Chapter 157 - Sahabat Lama
Setelah Hiiro kembali ke kamarnya,
Liliyn menginterogasinya tentang diskusinya dengan Aquinas, seperti yang dia
duga sebelumnya. Untuk membuatnya mengerti, Hiiro memberitahunya tanpa
menyembunyikan apapun.
Tidak hanya itu, tetapi untuk beberapa
alasan Liliyn sepertinya membuat ekspresi lega. Itu mungkin karena
kekhawatirannya terbukti salah.
“Yah, jika itu memang keputusanmu, aku
tidak akan melakukan apapun untuk menghentikanmu.” (Liliyn)
“Nofofofofo! Ojou-sama benar-benar khawatir
tentang Hiiro-sama dan terus bertanya ‘Apakah dia sudah kembali?’ dia tidak
bisa tenang sama sekali!” (Silva)
“I-i-i-i-itu tidak benar, kau
bodooooooooh!” (Liliyn)
“Buhen—?!”
(Silva)
Karena pernyataan Silva yang tak ada
gunanya, wajah Liliyn langsung memerah cerah. Seakan-akan menyembunyikan
perasaannya, dia menendang wajah Silva.
Meskipun Shamoe terkejut oleh tindakan
kekerasan yang tiba-tiba itu, dia bergegas merawat Silva yang sekarang diam
tergeletak di tanah.
“Haa haa haa haa…… Dengarkan baik-baik,
Hiiro! Ocehan bajingan itu cuma omong kosong! Bukan seperti itu, oke?!”
(Liliyn)
Dengan mata agak berkaca-kaca, dia
menunjuk jarinya dan dengan panik membantah kebenaran komentar Silva. Hiiro
meliriknya dan—
“Begitukah...” (Hiiro)
Dia menjawab dengan sikap yang sama
sekali tidak peduli. Tentu saja, Liliyn terkejut oleh ketidaktertarikan
totalnya. Dia melotot padanya dan berkata—
“K-k-k-k-kau bodoh! Suatu hari, aku
akan membuatmu berlutut di hadapanku!” (Liliyn)
Bahkan saat dia berteriak, wajah Liliyn
yang masih memerah dan tubuh mungilnya tak menimbulkan satu ons pun rasa takut.
Sebaliknya, melihat tindakannya yang begitu putus asa akan membuat siapa pun
tersenyum.
(Apa kau berpura-pura sedang putus asa......)
(Hiiro)
Sayangnya, tak satupun yang dikatakan
Liliyn bisa mempengaruhi Hiiro walau cuma sedikit. Dia hanya memberi jawaban
kering sama seperti biasanya.
“Sh-shishou!” (Nikki)
Tanpa peringatan, Nikki mengepalkan
tinjunya dan berteriak.
“Apa?” (Hiiro)
“S-Shishou akan, um... pergi ke duel,
kan?!?!” (Nikki)
“Ya.” (Hiiro)
Nikki lalu memberi ekspresi yang jelas
gelisah. Hiiro mengerti apa yang ingin dia katakan dan dengan acuh tak acuh
mengatakan padanya—
“Kamu tak boleh ikut.” (Hiiro)
“Eeeh !? K-kenapa?!” (Nikki)
Nikki menunjukkan wajah yang sangat
kecewa, seolah-olah dia menerima kejutan besar.
“Itu wajar; ini masih terlalu awal
untukmu.” (Hiiro)
“T-Tapi...... aku ingin membantu
Shishou!” (Nikki)
“Permintaan ini untukku. Kau tak perlu
terlibat.” (Hiiro)
“Uuuu……”
(Nikki)
Dia terdiam atas penolakan lengkap
Hiiro.
“Ini adalah duel yang melibatkan nasib
negara ini. Kau masih harus menempuh jalan panjang sebelum kau dapat berpikir
tentang memikul tanggung jawab seperti itu.” (Hiiro)
“Uuuu~ kuat!” (Nikki)
“Ha?”
(Hiiro)
“Lebih kuat, lebih kuat, lebih
kuaaaaat! Jika aku menjadi lebih kuat,
bisakah aku bertarung bersama Shishou?!” (Nikki)
Dia mengatur bibirnya lurus dan memberi
Hiiro tatapan serius. Setelah melihat tampilan seperti itu, Hiiro menghela
nafas dan menganggukkan kepalanya.
“Mari kita lihat, menjadi kuat saja
tidak cukup. Tapi, yah, jika kau menjadi lebih kuat, maka kukira aku bisa
membiarkanmu bertarung bersamaku.” (Hiiro)
“Jadi, aku akan menjadi lebih kuat!
Jadi ketika saatnya tiba, aku akan berharap untuk bisa bertarung denganmu
Shishou!” (Nikki)
“.....Yah, aku akan menunggunya.”
(Hiiro)
Hiiro menjentikkan Nikki di dahinya,
membuat suara ton . Ekspresi Nikki
sangat terang, tapi Mikazuki merasa tidak puas dengan kejadian ini dan mengelus
pipinya.
“Buu~! Kenapa hanya Nikki~? Mikazuki
ingin dijentik juga!” (Mikazuki)
Meskipun Mikazuki mulai membuat ulah,
Hiiro benar-benar mengabaikannya. Nikki membusungkan dadanya dengan bangga,
membuat suara * fufun *, selagi
merasa lebih unggul dari Mikazuki yang kekanak-kanakan.
“Ku…… Ku…… Kuiiii! Shamoe-chaaaaaan!”
(Mikazuki)
Mikazuki yang terhina meringkuk ke dada
Shamoe. Shamoe dengan lembut membelai kepala Mikazuki untuk menghiburnya.
“Ngomong-ngomong, kapan duelnya akan
berlangsung?” (Silva)
Tanya Silva, yang telah pulih tanpa ada
yang memperhatikannya.
“Aku masih belum tahu. Bahkan jika kita
menyelesaikan semua persiapannya, bukankah seharusnya kita juga khawatir
tentang pihak lawan? Yah, kita bisa yakin pastinya mereka akan membawa petarung
terbaik mereka.” (Hiiro)
"Hohou, maka 《Three Warriors》
pasti akan ada di sana. Beast King dan... Ada dua, kan? Kedua pangeran
Gabrant.” (Silva)
Penyelidikan Silva tidak menghasilkan
apa pun kecuali nama-nama kelas atas.
“Ya……”
(Hiiro)
“Nofo? Adakah yang lainnya?” (Silva)
“...... Bukan apa-apa.” (Hiiro)
Hiiro mengingat percakapannya dengan
Aquinas. Ketika mereka berbicara tentang kekuatan lawan, dia mendengar nama
yang membuatnya bernostalgia.
(Jangan bilang orang itu berpikir untuk
berpartisipasi. Tapi sekali lagi, ada kemungkinan kecil mereka akan melakukannya.)
(Hiiro)
Saat Hiiro menatap ke kejauhan, semua
orang memiringkan kepala mereka sambil menatapnya.
***
Di tempat yang penuh dengan botol
alkohol, sesuatu bergerak dengan suara *
goso goso *. Dari gerakannya, sepertinya itu adalah seseorang. Ketika
setengah tertidur, orang itu berguling-guling dan memukul beberapa botol,
menjatuhkannya dan membuat suara * karan!
*.
Segera setelah itu, langkah seseorang
terdengar mendekat. Setelah melihat orang yang sedang tertidur itu, orang itu
mendesah sambil membuat ekspresi heran.
“Oi-oi, bahkan tak ada ruang untuk
berdiri di sini.” (???)
Orang itu dengan terampil melangkahi
botol-botol yang berserakan di sekitar dan mendekati orang yang tengah tertidur
itu. Dia kemudian meletakkan tangan di bahunya dan mencoba untuk menggoyangkan
badannya.
“Shishou?
Hey Shishou?” (???)
“Munya……ushishi……”
(???)
Kau bisa tahu dari senyumannya kalau
orang yang sedang tertidur itu sedang bermimpi indah. Wajah anak-anaknya tak
berubah memiliki sedikit air liur di ujung mulutnya. Tidak hanya itu, dia juga
memeluk sebotol alkohol. Ada kesenjangan antara penampilan dan tindakannya yang
menakutkan.
“Haa, benar-benar menyedihan. Orang ini
benar-benar mengganggu..... ” (???)
Saat dia berpikir sendiri, seberapa banyak orang ini menyukai alkohol?!,
dia mulai mengguncang orang yang sedang tidur dengan lembut. Dia telah diberitahu untuk membangunkannya saat
ini, sehingga dia tak mungkin berhenti mengguncangnya sampai orang yang
tertidur itu bangun.
“Ini buruk, bisakah kau sedikit
membersihkan?” (???)
“Ah. Tentu, aku akan melakukannya.”
(???)
Tampaknya ada dua orang lagi yang
memasuki ruangan, dan salah satu dari mereka meminta yang lain untuk
membersihkan kamar.
“Shishou, tolong segeralah bangun. Jika
tidak kau...... aku tak akan membuat
camilan lagi untukmu?” (???)
“Aku t-tak bisa menerima itu!” (???)
Orang yang tidur tiba-tiba meletus dengan
tinjunya di udara. Tampaknya dia akhirnya terbangun.
“Aku mengerti, kau akhirnya bangun
juga, Shishou.” (???)
“……… nh? Oh... jadi itu kau lolicon.”
(???)
“Siapa yang kau panggil Lolicon?!”
(Lolicon)
Lolicon itu berkata dengan suara yang
sangat keras sehingga menggema di seluruh ruangan.
“Nahahahaha! Aku hanya bercanda!” (???)
Orang itu tertawa gembira sambil
menggoyangkan rambut hijaunya. Saat orang itu meregang, telinga panjang yang
bertengger di atas kepala mereka membentur dengan sopan sampai benar-benar
lurus. Gadis itu adalah 『Were Rabbit』 dengan perawakan seorang siswa sekolah
dasar, yang selalu bisa ditemukan dengan mengenakan jas lab putih kotor.
“Ya ampun, saat pertama kali bertemu,
jika saja bajingan itu tak mengatakan hal yang tak perlu seperti itu pada
Shishou, maka aku tak akan memiliki gelar seperti itu yang menempel
padaku.....” (Lolicon)
Sambil menjatuhkan bahunya dengan cara
kecewa, orang itu mengingat orang yang memberinya gelar Lolicon dan melepaskan
niat membunuhnya.
“Nahaha! Berbicara tentang anak itu,
sudah lebih dari setengah tahun sejak dia pergi, kan?” (Gadis Kelinci)
Mendengar suara itu, orang yang telah,
sampai saat ini, membersihkan dengan tenang kamar itu berhenti dan melihat ke
bawah dengan tatapan sepi di matanya
“Aa mou, pria itu sama sekali tak
berpikir tentang menepati janjinya! Lihat, Muir juga tak perlu khawatir!”
(Lolicon)
“U,
un……” (???)
Muir Castrea. Itulah nama gadis itu.
Dan nama satu-satunya orang di ruangan itu adalah walinya, Arnold Ocean.
Mereka berdua adalah mantan teman
seperjalanan Hiiro Okamura. Dan penyebab ledakan hasrat membunuh Arnold
sebelumnya adalah Hiiro sendiri.
Lebih dari setengah tahun yang lalu,
mereka bertiga tiba di tempat ini dan bertemu dengan anak kecil yang mengenakan
jas putih : guru Arnold, Rarashik Fan'naru. Saat itulah Arnold meminta Rarashik
untuk melatih Muir dan dirinya sendiri.
Namun, setelah diberitahu kalau akan
membutuhkan waktu cukup lama bagi Muir untuk menjadi lebih dewasa, Hiiro
memutuskan untuk meninggalkan keduanya, mengatakan kalau dia tak bisa lagi
tinggal di 【Beastman
Capital : Passion】
Pada saat itu, dia mengatakan kalau
jika dia bebas setelah setengah tahun, dia akan datang dan bertemu dengan
mereka lagi. Namun sejak saat itu, sama sekali tak ada kabar darinya. Muir,
yang telah menunggu untuk berbicara dengan Hiiro setelah sekian lama, menjadi
depresi.
Muir memiliki kesan yang baik tentang
Hiiro sebagai seorang lawan jenis. Selama perjalanan mereka, dia belum
menyadarinya, tetapi ketika dia pergi, perasaan ingin bertemu dengannya sekali
lagi tumbuh dengan mantap.
Kehadiran Hiiro menjadi jauh lebih
besar dalam dirinya daripada yang dia duga, sampai pada titik di mana dia
sendiri terkejut. Jadi, untuk persiapan bertemu Hiiro setelah setengah tahun,
Muir sepenuhnya mengabdikan dirinya dalam pelatihan Rarashik.
「Menjadi lebih kuat.」
Untuk menanggapi kata-kata perpisahan
Hiiro.
Rarashik mulai tersenyum ketika matanya
beralih ke Muir.
“Serius, bocah itu benar-benar pria
yang berdosa. Aku pernah mendengar kalau
Mimir-sama juga terpesona olehnya.” (Rarashik)
Mimir adalah putri kedua dari Beast
Kingdom. Pada usia muda, penyakit telah
merampas suaranya setelah demam tinggi. Baginya, yang suka bernyanyi di atas
segalanya, kehilangan suaranya adalah nasib terburuk yang sebanding dengan
keputusasaan pada kematian.
Namun, karena dia merasa kalau dia tak
ingin membuat orang-orang di sekitarnya sedih, dia memakai senyuman palsu. Bagaimanapun
juga, senyuman itu, tak hanya sudah direnggut oleh Hiiro, tapi bahkan dokter
terbaik tak bisa mengembalikannya. Hiiro sudah menyembuhkannya menggunakan 《Word Magic》
hanya dalam waktu hitungan detik.
Sejak saat itu, Mimir terus memikirkan
Hiiro sebagai penyelamatnya. Dia kemudian melanjutkan untuk mendekatinya
sembari memegang perasaan kekaguman yang begitu kuat, itu bisa dibandingkan
sebagai sebuah pemujaan. Dalam perasaan itu, gairah cinta yang samar mulai
terbentuk. Orang bisa mengatakan kalau dia telah jatuh cinta padanya pada pandangan
pertama.
“Muir dan Mimir-sama; aku ingin tahu
siapa lagi yang telah jatuh cinta pada pria ini dalam enam bulan terakhir.
Nahahahaha!” (Rarashik)
Saat Rarashik mengatakan kata-kata ini
dengan cara yang geli——
*crack!*
Terkejut, Arnold melihat ke arah arah
suara dan melihat Muir yang dengan tangan telanjang mematahkan botol sake yang
dipegangnya. Selain itu, tidak ada satu pun luka di tangannya.
“Mui, Muir.....?” (Arnold)
“Eh? Ah, umm…… A-Aku minta maaf! Aku
akan membersihkannya segera!” (Muir)
Entah apakah dia tak menyadari apa yang
telah dia lakukan, Muir menyapu kaca yang pecah seolah-olah tak terjadi
apa-apa. Tidak, jika kau melihat lebih dekat, kau bisa melihat kalau ada
sedikit pucat di pipinya saat dia tampaknya mengerti kenapa dia melakukan itu.
“Nahahaha! Menggoda Muir selalu
menyenangkan seperti biasa!” (Rarashik)
« Sebelumnya | List Chapter |
Selanjutnya »
Tidak ada komentar:
Posting Komentar