Web Suka-Suka Translate Light Novel dan Web Novel

Rabu, 11 Juli 2018

Konjiki no Wordmaster Chapter 156 - Bahasa Indonesia


Chapter 156 - Hiiro dan Aquinas

Aquinas memandu Hiiro ke suatu ruangan yang tampaknya itu adalah kamarnya. Di teras, ada meja bundar dengan beberapa kursi yang mengitarinya.
Setelah ditawari untuk duduk, Hiiro duduk diam.
“Kau bisa minum?” (Aquinas)
Setelah dia bertanya, Aquinas mengeluarkan sebuah botol, yang sepertinya berisi wine.
“Maaf, tapi aku benar-benar tidak punya daya tarik pada alkohol.” (Hiiro)
“Hmm, kau akan kehilangan sedikit kenikmatan dalam hidupmu.” (Aquinas)
“Hei, kau tahu, aku bisa menikmati hidup bahkan tanpa minum.” (Hiiro)
“Apa begitu? Yah,  aku tak akan berpura-pura hanya untuk menipumu dan apa kau mau mencoba minum. Jika ini tak sesuai dengan seleramu, kau bisa membiarkannya.” (Aquinas)
Kemudian, Aquinas menuangkan botol wine ke gelas dan cairan yang mirip dengan anggur merah mengalir keluar.

“Sebelumnya aku ingin memberitahumu, tidak ada racun di dalamnya.” (Aquinas)
“Aku tak khawatir tentang itu. Tak ada gunanya meracuni seseorang yang ingin kau memintai bantuan.” (Hiiro)
Hiiro mengangkat gelas dan membawanya ke bibirnya.
“Nh?…nh?” (Hiiro)
Itu memberinya perasaan yang sedikit tak terduga. Minuman itu tidak pahit sama sekali, dan jika dia harus mengatakannya, itu manis yang membuatnya lebih mudah untuk diminum.
“Bagaimana rasanya? Tak banyak alkohol di dalamnya. Apakah itu sesuai seleramu?” (Aquinas)
“Rasanya tak seburuk seperti yang aku pikirkan.” (Hiiro)
“Senang mendengarnya.” (Aquinas)
Aquinas duduk, menyesap sedikit, dan membiarkannya mengalir ke tenggorokannya. Kemudian, dia diam-diam menaruh gelasnya di atas meja kemudian mulai berbicara.
“Hiiro.” (Aquinas)
“.....Apa?” (Hiiro)
“Aku ingin berterima kasih padamu.” (Aquinas)
“……...?” (Hiiro)
Hiiro pikir Aquinas akan meminta bantuannya segera tapi begitu terkejut dia saat kata terima kasih tiba-tiba di berikan padanya, secara refleks dia menjawab.
“.....Apa yang kau syukuri?” (Hiiro)
“Berbagai hal.” (Aquinas)
“Berbagai hal... ya?” (Hiiro)
“Benar, berbagai hal.” (Aquinas)
Hiiro berpikir kalau ini  berkaitan dengan bantuannya selama perang. Tapi, baginya, itu adalah pekerjaan yang berkaitan dengan kontrak yang dia tanda tangani dengan Eveam. Dia tidak ingat hal lain yang akan disyukuri oleh Aquinas. Selama dia menerima imbalannya dengan benar, maka dia akan merasa puas.
“Kau tahu, ini bukan hanya tentang persiapan perang...” (Aquinas)
Aquinas mengatakannya seolah-olah dia telah membaca pikiran Hiiro.
“Lalu apa itu?” (Hiiro)
“……Prin... ini tentang Yang Mulia.” (Aquinas)
“Raja Iblis, yang kepalanya penuh dengan bunga, kan?” Kata Hiiro dengan sedikit tertawa.
“Fufu. Kukira hanya kau yang berani mengatakan hal seperti itu tentang seorang penguasa suatu negara.” (Aquinas)
Alih-alih menemukan kesalahan dalam ucapan Hiiro, Aquinas tersenyum tulus.
“Aah, itu benar, ini tentang Yang Mulia.” (Aquinas)
“……Aku belum melakukan apa-apa, tahu?” (Hiiro)
Jika dia mengatakan kalau dia sudah melakukan sesuatu, maka itu mungkin adalah tentang bagaimana dia menyembuhkan luka Eveam. Walaupun begitu, pada saat itu, dia hanya berpikir jika Eveam tewas dia akan kehilangan tiketnya yang selama ini dicarinya untuk bisa masuk ke perpustakaan.
“Tidak, aku berterima kasih padamu, karenamu sekarang Yang Mulia mampu bergerak maju, menuju tujuannya.” (Aquinas)
“…………” (Hiiro)
“Selama konflik kali ini, kami seharusnya menderita sejumlah kerusakan yang signifikan. Tapi, karena usahamu, kami bisa menyelesaikan insiden ini dengan kerusakan seminimal mungkin. Dan juga karenamu, sekarang Yang Mulia memperoleh tekadnya untuk bertarung.” (Aquinas)
“Aku hanya menjelaskan tentang sedikit akal sehat kepadanya. Selain itu, jika kau berbicara tentang saran itu, kau berterima kasih pada orang yang salah. Itu hanya kilasan inspirasi yang aku punya. Aku biasanya tak akan berpikir kalau akan ada orang yang mau mempraktekkannya atau menerima saran itu.” (Hiiro)
“Namun itu diusulkan kepada kami, dan saran itu diterima oleh pihak lain.” (Aquinas)
“.....Benar-benar ada sesuatu yang salah dengan pemikiran para penguasa di dunia ini.” (Hiiro)
“Mungkin.....” (Aquinas)
Aquinas dengan cepat menyesap winenya lagi dari gelasnya.
“….Hmm, Yang Mulia mampu melanjutkan jalannya dengan caranya sendiri. Orang yang membantunya mencapai titik itu adalah kau, Hiiro.” (Aquinas)
Mereka saling memandang saling pengertian.
“Yang Mulia menderita pukulan berat. Tak hanya dia dikhianati oleh ajudannya, yang berada di sisinya selama bertahun-tahun, konferensi perdamaian dengan Humas juga berakhir dengan sebuah kegagalan.” (Aquinas)
“………” (Hiiro)
“Tapi kau masih ada di sini. Untuk beberapa alasan, Yang Mulia sepenuhnya percaya padamu. Pada saat ini, keberadaanmu adalah dukungan terbesar untuk Yang Mulia.” (Aquinas)
“Meskipun aku merasa dia itu sangat merepotkan?” (Hiiro)
“Hmph, jangan katakan itu. Meskipun dia terlihat seperti itu, dia benar-benar gadis yang masih polos. Pandangannya masih dangkal. Tapi sepertimu, dia punya sesuatu yang menarik orang ke arahnya.” (Aquinas)
“Meskipun aku tidak percaya kalau aku punya sesuatu seperti itu?” (Hiiro)
Itu adalah sesuatu yang benar-benar dia yakini.
“Jika kamu mengatakan sesuatu seperti itu, temanmu akan marah, kan?” (Aquinas)
“Kenapa?” (Hiiro)
“………” (Aquinas)
Seperti yang diharapkan, bahkan Aquinas berkedip tak percaya ketika dia mendengar jawaban seperti itu.
“.....Hiiro, pernahkah kau dianggap berkepala tebal?” (Aquinas)
“Ah? Berkepala tebal? Hmm, aku ingat Aka-Loli dan si Hentai pernah mengatakan sesuatu seperti itu.” (Hiiro)
“Aka…… loli? H-Hentai?” (Aquinas)
“Aka-loli, dia yang tadi melotot padamu. Hentai itu si butler tua.” (Hiiro)
…………くっ」
“.....Kuh.” (Aquinas)
Mendengar itu, Aquinas mengalihkan pandangannya sementara tubuhnya mulai bergetar sedikit demi sedikit.
“………?” (Hiiro)
Hiiro bertanya-tanya apa yang salah dengan Aquinas saat dia memperhatikannya. Tak lama setelah itu, Aquinas tampaknya telah kembali normal sejak dia berbalik ke arah Hiiro dengan ekspresi segar.
“Seperti yang diharapkan, kau orang yang menarik. Tidak heran Liliyn tertarik padamu.” (Aquinas)
“Apa maksudmu?” (Hiiro)
“Hmph, ayo tinggalkan hal itu. Tentang Yang Mulia.....” (Aquinas)
“Oh, baiklah.” (Hiiro)
“Entah bagaimana Yang Mulia telah memutuskan untuk bertarung.” (Aquinas)
“Aku mengerti.” (Hiiro)
“Sampai sekarang dia tak pernah ingin bertarung, tapi sekarang dia akhirnya membuka matanya pada kenyataan. Itu semua berkatmu.”(Aquinas)
“Memilih untuk tidak bertarung dapat dianggap sebagai hal yang terhormat. Ini adalah gagasan yang luar biasa.” (Hiiro)
“Memang, gagasan yang luar biasa.” (Aquinas)
“Namun, dalam kenyataannya itu adalah sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Terutama ketika kau tinggal di era yang diperintah oleh raja-raja.” (Hiiro)
“Itu memang benar.” (Aquinas)
“Yah, akan baik-baik saja kalau sekarang dia bisa sedikit melihat kenyataan? Untuk saat ini, kau bisa mengatakan kalau dia sedikit menjadi lebih dewasa.” (Hiiro)
“Tapi, pertanyaan terbesar adalah apakah keputusannya akan membawakan hasil.” (Aquinas)
Dengan kata lain, dia mengatakan kalau semua ini tak akan ada gunanya jika mereka tidak memenangkan pertarungan melawan Gabranth.
“Aku mengerti. Tampaknya bantuan yang kau tanyakan sebelumya seperti apa yang sedang aku pikirkan.” (Hiiro)
“Hou, apa kau ingin berbagi?” (Aquinas)
“Kau ingin aku... berpartisipasi, ‘kan? Dalam duel dengan Gabranth.” (Hiiro)
“………” (Aquinas)
Hiiro menganggap diamnya Aquinas sebagai pembenaran. Sebenarnya, ketika Hiiro memberitahu Eveam tentang cara untuk menyelesaikan situasi ini, dia telah memperkirakan hal seperti ini akan terjadi.
Namun, dia tak menduga Aquinas datang untuk meminta bantuannya dengan cara ini, sejak awal Hiiro sudah tahu kalau Aquinas datang untuk meminta keikutsertaannya dalam duel.
Itu tentu saja, agar mereka bisa memenangkan pertarungan. Jika seseorang memikirkannya, semua orang akan melihat kekuatan Hiiro. Meskipun dia orang luar, akan terlihat aneh jika mereka tidak menggunakan kekuatannya ketika dia berada di sisinya.
Meskipun begitu, Hiiro tahu sesuatu seperti ini bisa terjadi jadi dia sudah menyiapkan sesuatu. Dia ingin mengakhiri perang sesegera mungkin sehingga dia bisa mendapatkan akses ke Fortuna Grand Library segera.
Selain itu, ia juga berkomitmen untuk memenuhi impian Liliyn. Mimpinya adalah untuk menciptakan A place that everybody could enjoy.  (TL/N : Artinya, Tempat yang bisa dinikmati semua orang)
Dengan keadaan saat ini, sesuatu seperti itu sangat mustahil. Itulah mengapa Liliyn ingin menciptakan negara baru dan membangun tempat impiannya; meskipun pada saat ini hal itu masih jauh dari tujuannya.
Namun, jika mereka tak melakukan apa-apa, bahkan jika seratus tahun berlalu, kemungkinan besar mereka tak akan pernah dapat mewujudkan mimpinya. Dalam hal ini, ide Hiiro adalah memanfaatkan negara-negara yang ada.
Dunia ini memiliki tiga negara, masing-masing punya sejarah hebat mereka sendiri. Namun mereka saling bertarung terus menerus dan menciptakan kebencian yang luar biasa terhadap satu sama lain. Melihat keadaan mereka sekarang, selamanya akan mustahil untuk menciptakan tempat di mana orang-orang dari masing-masing negara dapat hidup dalam keselaranan.
Dengan hal itu dalam pikirannya, negara manapun akan baik-baik saja, selama mereka lebih memperhatikan negara-negara di perbatasan. Dengan kendali di tempat itu, kebebasan sipil dapat dibentuk dan akan ada kemungkinan besar mereka mampu mengendalikan pertentangan.
Alih-alih kekuasaan dan perbudakan, orang akan mencari kebebasan dan persahabatan. Namun, hal seperti itu tidak akan dapat diwujudkan tanpa menyelesaikan konflik antar negara. Sementara Hiiro masih tidak yakin bagaimana menyelesaikannya, selama metode yang dia gunakan untuk mengakhiri konflik disetujui oleh kedua belah pihak, dia pikir itu akan baik-baik saja.
Dengan itu dalam pikirannya, Hiiro tidak yakin bagaimana dia akan mendekati Humas. Namun, ia menemukan kalau untuk Gabrant , duel yang diusulkannya akan bekerja dengan baik. Alasan utamanya adalah entah bagaimana  dia merasa kalau Beast King, dia akan bersedia menerima usulan itu.
Gabranth adalah kelompok yang meyakini bahwa kekuatan adalah segalanya. Jadi, Hiiro merasa jika mereka memiliki metode untuk memamerkan kekuatan mereka, mereka akan dapat membujuknya. Jika semuanya berjalan dengan baik, maka kedua belah pihak akan bersedia berpartisipasi dalam pertempuran.
Jadi, jika Evila menang, maka mereka akan dapat mendapatkan negara Beastmen. Meskipun dia mungkin mengatakan "mendapatkan", apa yang sebenarnya mereka inginkan adalah membuka jalan untuk membuat sebuah aliansi.
Jika mereka bisa melakukan itu, yang tersisa tinggal bagaimana cara yang tepat berurusan dengan Humas, sehingga memungkinkan Liliyn untuk mengambil langkah besar menuju mimpinya.
Tentu saja, masih ada banyak ketidakpastian, tetapi pada saat ini satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah memastikan Demon Capital : Xaos menang. Itulah kenapa—
"Kedengarannya bagus. Aku juga akan berpartisipasi dalam duel melawan Gabranth.” (Hiiro)
Jawaban ini sudah dipersiapkan sebelumnya.
Mungkin saja, nantinya....... 'mereka' akan muncul!?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar