Chapter
156 - Hiiro dan Aquinas
Aquinas memandu Hiiro ke suatu ruangan
yang tampaknya itu adalah kamarnya. Di teras, ada meja bundar dengan beberapa
kursi yang mengitarinya.
Setelah ditawari untuk duduk, Hiiro
duduk diam.
“Kau bisa minum?” (Aquinas)
Setelah dia bertanya, Aquinas
mengeluarkan sebuah botol, yang sepertinya berisi wine.
“Maaf, tapi aku benar-benar tidak punya
daya tarik pada alkohol.” (Hiiro)
“Hmm, kau akan kehilangan sedikit
kenikmatan dalam hidupmu.” (Aquinas)
“Hei, kau tahu, aku bisa menikmati
hidup bahkan tanpa minum.” (Hiiro)
“Apa begitu? Yah, aku tak akan berpura-pura hanya untuk menipumu
dan apa kau mau mencoba minum. Jika ini tak sesuai dengan seleramu, kau bisa
membiarkannya.” (Aquinas)
Kemudian, Aquinas menuangkan botol wine
ke gelas dan cairan yang mirip dengan anggur merah mengalir keluar.
“Sebelumnya aku ingin memberitahumu,
tidak ada racun di dalamnya.” (Aquinas)
“Aku tak khawatir tentang itu. Tak ada
gunanya meracuni seseorang yang ingin kau memintai bantuan.” (Hiiro)
Hiiro mengangkat gelas dan membawanya
ke bibirnya.
“Nh?…nh?”
(Hiiro)
Itu memberinya perasaan yang sedikit
tak terduga. Minuman itu tidak pahit sama sekali, dan jika dia harus
mengatakannya, itu manis yang membuatnya lebih mudah untuk diminum.
“Bagaimana rasanya? Tak banyak alkohol
di dalamnya. Apakah itu sesuai seleramu?” (Aquinas)
“Rasanya tak seburuk seperti yang aku
pikirkan.” (Hiiro)
“Senang mendengarnya.” (Aquinas)
Aquinas duduk, menyesap sedikit, dan
membiarkannya mengalir ke tenggorokannya. Kemudian, dia diam-diam menaruh
gelasnya di atas meja kemudian mulai berbicara.
“Hiiro.”
(Aquinas)
“.....Apa?” (Hiiro)
“Aku ingin berterima kasih padamu.”
(Aquinas)
“……...?”
(Hiiro)
Hiiro pikir Aquinas akan meminta
bantuannya segera tapi begitu terkejut dia saat kata terima kasih tiba-tiba di
berikan padanya, secara refleks dia menjawab.
“.....Apa yang kau syukuri?” (Hiiro)
“Berbagai hal.” (Aquinas)
“Berbagai hal... ya?” (Hiiro)
“Benar, berbagai hal.” (Aquinas)
Hiiro berpikir kalau ini berkaitan dengan bantuannya selama perang.
Tapi, baginya, itu adalah pekerjaan yang berkaitan dengan kontrak yang dia
tanda tangani dengan Eveam. Dia tidak ingat hal lain yang akan disyukuri oleh
Aquinas. Selama dia menerima imbalannya dengan benar, maka dia akan merasa
puas.
“Kau tahu, ini bukan hanya tentang
persiapan perang...” (Aquinas)
Aquinas mengatakannya seolah-olah dia
telah membaca pikiran Hiiro.
“Lalu apa itu?” (Hiiro)
“……Prin... ini tentang Yang Mulia.”
(Aquinas)
“Raja Iblis, yang kepalanya penuh
dengan bunga, kan?” Kata Hiiro dengan sedikit tertawa.
“Fufu. Kukira hanya kau yang berani
mengatakan hal seperti itu tentang seorang penguasa suatu negara.” (Aquinas)
Alih-alih menemukan kesalahan dalam
ucapan Hiiro, Aquinas tersenyum tulus.
“Aah, itu benar, ini tentang Yang
Mulia.” (Aquinas)
“……Aku belum melakukan apa-apa, tahu?”
(Hiiro)
Jika dia mengatakan kalau dia sudah
melakukan sesuatu, maka itu mungkin adalah tentang bagaimana dia menyembuhkan
luka Eveam. Walaupun begitu, pada saat itu, dia hanya berpikir jika Eveam tewas
dia akan kehilangan tiketnya yang selama ini dicarinya untuk bisa masuk ke
perpustakaan.
“Tidak, aku berterima kasih padamu,
karenamu sekarang Yang Mulia mampu bergerak maju, menuju tujuannya.” (Aquinas)
“…………”
(Hiiro)
“Selama konflik kali ini, kami
seharusnya menderita sejumlah kerusakan yang signifikan. Tapi, karena usahamu,
kami bisa menyelesaikan insiden ini dengan kerusakan seminimal mungkin. Dan
juga karenamu, sekarang Yang Mulia memperoleh tekadnya untuk bertarung.”
(Aquinas)
“Aku hanya menjelaskan tentang sedikit akal
sehat kepadanya. Selain itu, jika kau berbicara tentang saran itu, kau
berterima kasih pada orang yang salah. Itu hanya kilasan inspirasi yang aku
punya. Aku biasanya tak akan berpikir kalau akan ada orang yang mau
mempraktekkannya atau menerima saran itu.” (Hiiro)
“Namun itu diusulkan kepada kami, dan
saran itu diterima oleh pihak lain.” (Aquinas)
“.....Benar-benar ada sesuatu yang
salah dengan pemikiran para penguasa di dunia ini.” (Hiiro)
“Mungkin.....” (Aquinas)
Aquinas dengan cepat menyesap winenya
lagi dari gelasnya.
“….Hmm, Yang Mulia mampu melanjutkan
jalannya dengan caranya sendiri. Orang yang membantunya mencapai titik itu
adalah kau, Hiiro.” (Aquinas)
Mereka saling memandang saling
pengertian.
“Yang Mulia menderita pukulan berat. Tak
hanya dia dikhianati oleh ajudannya, yang berada di sisinya selama
bertahun-tahun, konferensi perdamaian dengan 『Humas』 juga berakhir dengan sebuah kegagalan.”
(Aquinas)
“………”
(Hiiro)
“Tapi kau masih ada di sini. Untuk
beberapa alasan, Yang Mulia sepenuhnya percaya padamu. Pada saat ini,
keberadaanmu adalah dukungan terbesar untuk Yang Mulia.” (Aquinas)
“Meskipun aku merasa dia itu sangat merepotkan?”
(Hiiro)
“Hmph, jangan katakan itu. Meskipun dia
terlihat seperti itu, dia benar-benar gadis yang masih polos. Pandangannya
masih dangkal. Tapi sepertimu, dia punya sesuatu yang menarik orang ke
arahnya.” (Aquinas)
“Meskipun aku tidak percaya kalau aku punya
sesuatu seperti itu?” (Hiiro)
Itu adalah sesuatu yang benar-benar dia
yakini.
“Jika kamu mengatakan sesuatu seperti
itu, temanmu akan marah, kan?” (Aquinas)
“Kenapa?” (Hiiro)
“………”
(Aquinas)
Seperti yang diharapkan, bahkan Aquinas
berkedip tak percaya ketika dia mendengar jawaban seperti itu.
“.....Hiiro, pernahkah kau dianggap
berkepala tebal?” (Aquinas)
“Ah? Berkepala tebal? Hmm, aku ingat
Aka-Loli dan si Hentai pernah mengatakan sesuatu seperti itu.” (Hiiro)
“Aka…… loli? H-Hentai?” (Aquinas)
“Aka-loli, dia yang tadi melotot
padamu. Hentai itu si butler tua.” (Hiiro)
「…………くっ」
“.....Kuh.” (Aquinas)
Mendengar itu, Aquinas mengalihkan
pandangannya sementara tubuhnya mulai bergetar sedikit demi sedikit.
“………?”
(Hiiro)
Hiiro bertanya-tanya apa yang salah
dengan Aquinas saat dia memperhatikannya. Tak lama setelah itu, Aquinas
tampaknya telah kembali normal sejak dia berbalik ke arah Hiiro dengan ekspresi
segar.
“Seperti yang diharapkan, kau orang
yang menarik. Tidak heran Liliyn tertarik padamu.” (Aquinas)
“Apa maksudmu?” (Hiiro)
“Hmph, ayo tinggalkan hal itu. Tentang Yang
Mulia.....” (Aquinas)
“Oh, baiklah.” (Hiiro)
“Entah bagaimana Yang Mulia telah
memutuskan untuk bertarung.” (Aquinas)
“Aku mengerti.” (Hiiro)
“Sampai sekarang dia tak pernah ingin
bertarung, tapi sekarang dia akhirnya membuka matanya pada kenyataan. Itu semua
berkatmu.”(Aquinas)
“Memilih untuk tidak bertarung dapat
dianggap sebagai hal yang terhormat. Ini adalah gagasan yang luar biasa.”
(Hiiro)
“Memang, gagasan yang luar biasa.”
(Aquinas)
“Namun, dalam kenyataannya itu adalah
sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Terutama ketika kau tinggal di era yang
diperintah oleh raja-raja.” (Hiiro)
“Itu memang benar.” (Aquinas)
“Yah, akan baik-baik saja kalau
sekarang dia bisa sedikit melihat kenyataan? Untuk saat ini, kau bisa
mengatakan kalau dia sedikit menjadi lebih dewasa.” (Hiiro)
“Tapi, pertanyaan terbesar adalah
apakah keputusannya akan membawakan hasil.” (Aquinas)
Dengan kata lain, dia mengatakan kalau semua
ini tak akan ada gunanya jika mereka tidak memenangkan pertarungan melawan
Gabranth.
“Aku mengerti. Tampaknya bantuan yang
kau tanyakan sebelumya seperti apa yang sedang aku pikirkan.” (Hiiro)
“Hou, apa kau ingin berbagi?” (Aquinas)
“Kau ingin aku... berpartisipasi, ‘kan?
Dalam duel dengan Gabranth.” (Hiiro)
“………”
(Aquinas)
Hiiro menganggap diamnya Aquinas sebagai
pembenaran. Sebenarnya, ketika Hiiro memberitahu Eveam tentang cara untuk
menyelesaikan situasi ini, dia telah memperkirakan hal seperti ini akan
terjadi.
Namun, dia tak menduga Aquinas datang
untuk meminta bantuannya dengan cara ini, sejak awal Hiiro sudah tahu kalau
Aquinas datang untuk meminta keikutsertaannya dalam duel.
Itu tentu saja, agar mereka bisa
memenangkan pertarungan. Jika seseorang memikirkannya, semua orang akan melihat
kekuatan Hiiro. Meskipun dia orang luar, akan terlihat aneh jika mereka tidak
menggunakan kekuatannya ketika dia berada di sisinya.
Meskipun begitu, Hiiro tahu sesuatu
seperti ini bisa terjadi jadi dia sudah menyiapkan sesuatu. Dia ingin
mengakhiri perang sesegera mungkin sehingga dia bisa mendapatkan akses ke 《Fortuna Grand Library》
segera.
Selain itu, ia juga berkomitmen untuk
memenuhi impian Liliyn. Mimpinya adalah untuk menciptakan 【A
place that everybody could enjoy】. (TL/N :
Artinya, Tempat yang bisa dinikmati semua orang)
Dengan keadaan saat ini, sesuatu seperti
itu sangat mustahil. Itulah mengapa Liliyn ingin menciptakan negara baru dan
membangun tempat impiannya; meskipun pada saat ini hal itu masih jauh dari
tujuannya.
Namun, jika mereka tak melakukan
apa-apa, bahkan jika seratus tahun berlalu, kemungkinan besar mereka tak akan
pernah dapat mewujudkan mimpinya. Dalam hal ini, ide Hiiro adalah memanfaatkan
negara-negara yang ada.
Dunia ini memiliki tiga negara,
masing-masing punya sejarah hebat mereka sendiri. Namun mereka saling bertarung
terus menerus dan menciptakan kebencian yang luar biasa terhadap satu sama lain.
Melihat keadaan mereka sekarang, selamanya akan mustahil untuk menciptakan
tempat di mana orang-orang dari masing-masing negara dapat hidup dalam
keselaranan.
Dengan hal itu dalam pikirannya, negara
manapun akan baik-baik saja, selama mereka lebih memperhatikan negara-negara di
perbatasan. Dengan kendali di tempat itu, kebebasan sipil dapat dibentuk dan
akan ada kemungkinan besar mereka mampu mengendalikan pertentangan.
Alih-alih kekuasaan dan perbudakan,
orang akan mencari kebebasan dan persahabatan. Namun, hal seperti itu tidak akan
dapat diwujudkan tanpa menyelesaikan konflik antar negara. Sementara Hiiro
masih tidak yakin bagaimana menyelesaikannya, selama metode yang dia gunakan
untuk mengakhiri konflik disetujui oleh kedua belah pihak, dia pikir itu akan
baik-baik saja.
Dengan itu dalam pikirannya, Hiiro
tidak yakin bagaimana dia akan mendekati 『Humas』.
Namun, ia menemukan kalau untuk 『Gabrant
』 , duel yang diusulkannya akan bekerja dengan baik. Alasan utamanya
adalah entah bagaimana dia merasa kalau
Beast King, dia akan bersedia menerima usulan itu.
Gabranth adalah kelompok yang meyakini
bahwa kekuatan adalah segalanya. Jadi, Hiiro merasa jika mereka memiliki metode
untuk memamerkan kekuatan mereka, mereka akan dapat membujuknya. Jika semuanya
berjalan dengan baik, maka kedua belah pihak akan bersedia berpartisipasi dalam
pertempuran.
Jadi, jika 『Evila』 menang,
maka mereka akan dapat mendapatkan negara Beastmen. Meskipun dia mungkin
mengatakan "mendapatkan", apa yang sebenarnya mereka inginkan adalah
membuka jalan untuk membuat sebuah aliansi.
Jika mereka bisa melakukan itu, yang
tersisa tinggal bagaimana cara yang tepat berurusan dengan 『Humas』, sehingga memungkinkan Liliyn untuk
mengambil langkah besar menuju mimpinya.
Tentu saja, masih ada banyak
ketidakpastian, tetapi pada saat ini satu-satunya hal yang bisa dia lakukan
adalah memastikan 【Demon
Capital : Xaos】
menang. Itulah kenapa—
"Kedengarannya bagus. Aku juga
akan berpartisipasi dalam duel melawan Gabranth.” (Hiiro)
Jawaban ini sudah dipersiapkan
sebelumnya.
Mungkin saja, nantinya....... 'mereka'
akan muncul!?
« Sebelumnya | List Chapter |
Selanjutnya »
Tidak ada komentar:
Posting Komentar