Web Suka-Suka Translate Light Novel dan Web Novel

Sabtu, 26 Mei 2018

Konjiki no Wordmaster Chapter 145 - Bahasa Indonesia

Chapter 145 - Bocah Misterius

Tanpa disadarinya, Taishi berdiri dan memasang posisi bertarung. Itu wajar saja. Lawannya, adalah [Evila], seorang yang punya kekuatan kelas atas. Reaksi Taishi hanya normal.
Aku seorang pahlawan, dan dengan harapan untuk menguasai [Evila], aku datang ke [Demon City : Xaos]. Kemudian perang pecah.
Ketika dia mulai berpikir, dia mengerti kalau tak aneh jika Teckil datang dan membunuhnya, karena Taishi adalah seorang pahlawan. Pikiran seperti itu membuat wajahnya berubah pucat. Melihat keadaan Taishi seperti itu, Teckil mengangkat bahunya.
“Kau bisa santai, ini tak seperti aku akan membunuhmu-su.” (Teckil)
“Ke-kenapa?” (Taishi)
“Aku tak menerima perintah seperti itu-su.” (Teckil)
“Perintah?” (Taishi)
“Itu benar-su. Aku belum menerima perintah apa pun untuk membunuh para pahlawan, dari Raja Iblis.” (Teckil)
“…………” (Taishi)
“Selain itu, dalam situasi saat ini, aku percaya lebih baik berkerja sama denganmu, daripada melawanmu-su.” (Teckil)
“Situasi sekarang….. Apa kau tahu dimana ini?” (Taishi)
“Entahlah, kau yang dibawa kesini harusnya tau-su.” (Teckil)
Taishi mengingat saat dia tiba di tempat itu.
Dia terperangkap dalam tornado besar, dan ketika dia berpikir dia tertiup jauh, orang aneh muncul di depannya. Menggunakan Chika sebagai sandera, karena Taishi tak punya cara untuk menggunakan sihirnya, dia harus mendengarkan orang itu.
Dia patuh dan mengikutinya, dan kemudian tiba di sebuah gua. Bagian dalamnya dangat gelap; sepertinya itu ruang yang menghalangi cahaya.
Dia dibawa ke lubang di dalam gua, dimana ada jalan buntu. Di pintu masuknya, ada pola jaringan yang dibentuk, bersama struktur sel penjara.
 Kemudian, pria yang membimbing mereka ke sini, melemparkan Chika ke lantai, dan dalam kemarahannya, megayunkan tinju ke perut Taishi; satu tekanan yang intens telah membuatnya jatuh berlutut.
Pria itu tak menghadap Taishi dan Chika yang berada di posisi berjongkok, dan melemparkan selimut pada mereka. Dia kemudian memasangkan gelang seperti objek pada kedua tulisan mereka. Kemudian kesadaran Taishi memudar setelah itu.
“Bagaimana denganmu, Teckil-san?” (Taishi)
“Panggil aku Teckil-su.” (Teckil)
“Ah… Teckil apa kau juga tertangkap orang-orang itu?” (Taishi)
“Itu benar-su. Meskipun aku tak tau tentang pria yang membawamu kesini.  Aku ini senpaimu di sini-su.”
Dia mengatakan dengan nada ringan. Melihatnya, sangat mungkin untuk melupakan keseriusan situasi yang mereka tangkap.
“Kau tak mengenalnya? Lalu siapa yang membawamu ke sini?” (Taishi)
 “Itu adalah….”
Pada saat itu, pola grid membuat suara berderak saat dibuka. Keduanya mengalihkan pandangannya kearah itu. Ada seorang yang berdiri disana, dialah yang membawa Taishi dan Chika ke sel. Luka dalam berbentuk salib menghiasi pipinya.
“Ho~ akhirnya pria itu  bangun juga.” (Pria Misteruis)
Dia menghadap Teckil dan mulai berbicara. Teckil telah berpura-pura tertidur selama ini, setelah memberi Judom informasi yang ia miliki.
Jadi, ini pertama kalinya dia bertemu dengan orang ini secara langsung.
“Tuanku, memanggil kalian. Ikut denganku.” (Pria Misterius)
Taishi membuat suara teguk tanpa sadar.
“Uu……” (Taishi)
Seolah mengukur waktunya, tahanan yang lain terbangun.
“Chi, Chika!” (Taishi)
“…Ta…Taishi…..?” (Chika)
Chika menatap Taishi dengan setengah terbuka. Saat dia membuka matanya Taishi merasa lega.
“Baguslah. Kalian bertiga, cepat berdiri.” (Orang Misterius)
Orang itu mengatakan hal yang sama lagi, dan berdiri di dekat pintu, Taishi mencengkram tinjunya dan mempertimbangkan menghajar orang itu tetapi,
“Jangan lakukan itu-su.” (Teckil)
Ucap Teckil dengan suara rendah.
“K-Kenapa?” (Taishi)
“Kau tak paham-su. Ini tepat di tengah wilayah musuh. Bahkan aku tak tau berapa banyak musuh disini, dan jika kita membuat keributan, tak hanya kau, tapi anak disana akan terkena bahaya.” (Teckil)
“Ah….” (Taishi)
Apa yang dikatakan Teckil tak bisa disangkalnya. Tentu saja, saat ini hanya ada pria pipi silang sebagai musuh, mungkin tak sama di luar, mungkin ada banyak yang bersembunyi di luar.
Bahkan jika mereka mengalahkan pria itu, tak ada jaminan kalau mereka akan aman setelahnya.
“Selain itu, dia kuat-su. Apa kau pikir bisa menang melawannya tanpa senjata-su.” (Teckil)
“Yah, ada sihir, kan?” (Taishi)
“Sepertinya kau tak tau itu-su. Jadi biarkan aku memberitaumu-su.” (Teckil)
Teckil menyentakkan dagunya dan mengarahkannnya ke arah kanan Taishi.
 “Gelang ini disebut <<Magic Sealing Bracelet>>-su.” (Teckil)
“Eh? Apa itu alat sihir?” (Taishi)
“Itu mirip seperti borgolku.” (Teckil)
Borgol yang dipasangkan di Teckil lebih kuat daripada yang ada di Taishi dan Chika. Itu berarti mereka menganggap Teckil lebih sebagai ancaman, tetapi dalam situasi ini sihir mereka disegel.
“Nah, dalam situasi ini, bisakah kau mengalahkannya tanpa senjata dan sihir-su?” (Teckill)
“I-itu…” (Taishi)
“Selain itu, gadis ini baru saja bangun. Saat ini akan lebih baik untuk diam mematuhinya-su.” (Teckil)
Taishi menerima ucapan Teckil dan mejatuhkan bahunya.
“…..Aku paham. Chika, apa kau bisa berdiri?” (Taishi)
“Y-Ya……” (Chika)
Tanpa memahami situasinya , ia hanya bisa mengangguk.
“Aku tau banyak hal yang ingin kau tanyakan, tapi untuk saat ini kau harus menahannya.” (Taishi)
“Aku ingin tanya, ini dimana, apa yang terjadi, juga tentang orang itu, tapi sepertinya buka waktu yang tepat untuk  itu.” (Chika)
Chika akhirnya terbangun, menilai kalau situasi saat ini tak menguntungkan, dia menyetujuinya.
“Apa yang kalian lakukan? Cepat ikuti aku.” (Org Misterius)
Setelah mendengar suara pria itu, ketiganya berdiri dan meninggalkan penjara.
Tempat Taishi dan lainnya berada harusnya bagian dalam gua, tapi tempat itu sangat cerah. Namun, itu bukan sinar matahari; itu adalah batu permata putih kebiruan yang bersinar terang.
Sumber cahaya yang kuat adalah empat batu permata raksasa. Dari dalam gua tumbuh akar mirip dengan pohon raksasa yang mendukung empat batu permata raksasa, akar dibungkus dan terjalin di sekitarnya.
Ada dua batu permata raksasa di setiap sisi pintu masuk. Di depan pintu masuk ada tangga dan diatas tangga, kursi berornamen seperti singasana berada.
“Aku menunggumu.” (Pria diatas tahta)
Ada seorang yang duduk disingasana itu dan disi kirinya ada dua orang wanita, berdiri dekatnya dan memegang kertas putih di tangannya.
“Anak kecil?” (Taishi)
Saat Taishi melihat sosok yang duduk diatas tahta tanpa sadar dia berguman. Saat Taishi melihatnya, ada anak kecil yang duduk di singgasana.
Usiannya sepertinya sekitar 10 tahun. Dia memiliki rambut pirang, dan wajahnya yang tersenyum punya daya tarik untuk menangkap siapa pun tanpa memandang jenis kelamin atau usia mereka.
Kata ‘bishounen’ tak cukup mengambarkanya. Saat Taishi melihat wajahnya, dia berpikir, jika bocah itu tampil di televisi, ia akan langsung menjadi ‘super-idol’ dalam semalam.
Bahkan Chika yang berdiri disamping Taishi, menatap anak itu, tencengang takjub.
(Ia punya atmosfer karakter yang hanya muncul dalam game) (Taishi)
Taishi secara refleks siap berjalan keindahan seperti itu. Jika bocah itu tumbuh dewasa, keindahannya akan  lebih halus dan akan mearik setiap orang, Taishi menelan ludahnya.
“Kemarilah. Mari kita bicara.” (Bishounen)
 Seolah–olah bocah itu mengerti apa yang dipikirkan ketiga orang itu, dia terkekeh.
Secara tak sengaja kaki Taishi berjalan kearahnya, tapi pada saat wajah Teckil memasuki visinya, dia dibawa ke akal sehatnya, dan matanya terbuka lebar.
“He-, Hei Teckil, ada apa?” (Taishi)
Taishi bertanya padanya, entah kenapa Teckil berkeringat dari kepalanya secara tak normal.
Matanya terbuka lebar, seolah-olah dia melihat sesuatu yang tak dapat dipercaya.
“T-Tak mungkin…Apa kau menghianati kami…..?” (Teckil)
Teckil mengucapkan kata-kata itu pada orang yang duduk diatas tahta. Taishi berpikir kalau bocah itu menghianati Teckil, karena dia mengatakan kata-kata seperti itu.
“Aku butuh jawabanmu-su. Apa kau menghianati kami-su….. Kiria- chan!?”
Itu jelas cara memanggil orang terdekatnya. Karena hal itu Taishi percaya kalau pemikirannya benar.
“A-apa kau tahu, anak itu?” (Taishi)
Mengenai pertanyaan itu, Teckil menggelengkan kepalanya.
“Itu berbeda… Tidak, bukan begitu-su. Aku juga tak tahu tentang bocah itu. Tapi orang yang aku ajak bicara sekarang itu kau, Kiri-chan-su.” (Teckil)
Jadi, pandangan Teckil tak megarah pada bocah itu, tapi pada salah satu gadis yang berdiri disampingnya. Dilihat dari arus pembicaraan, sepertinya dia bicara pada wanita dan bukan pada bocah itu.
“Apa tak apa-apa bagi saya untuk berbiacara, Yang Mulia?” (Kilia)
“Ya, tak apa-apa.” (Bishounen)
“Saya ucapkan terima kasih.” (Kilia)
Dia dengan mudah mendapat izin, dan sekarang menghadap Teckil.
“Sudah lama, Teckil-san.” (Kilia)
“…… Kiri-chan.” (Teckil)
Dia mengatupkan giginya, dan berbicara dengan suara yang dipaksakan. Dia membuat wajah tak senang  ketika dia tau wanita itu memang orang yang dia kenal.
“Kenapa kau ada di tempat seperti ini-su? Bukankah seharusnya Eveam-sama menjadi satu-satunya yang kau ikuti-su.” ( Teckil)
“………….” (Kilia)
“…….Apa sejak awal? Apa sejak awal kau menghianati Eveam-sama…” (Teckil)
Melihat dia berbicara dengan ekspresi terkejut, bocah itu membuka mulutnya dengan suara gembira.
“Tak apa-apa NO.05, katakan yang sebenarnya.” (Bishounen)
“Kebenarannya? T-Tidak, kesampingkan itu, apa maksudmu dengan NO.05-su?” (Teckil)
Melihat kebawah pada Teckil dengan tatapan tak bernyawa dan dingin, wanita itu –NO.05 mulai berbicara.
“Aku intelligence spesialised Varukiria, identifikasi NO.05. Kilia yang kau tahu adalah buatan untuk tujuan mendekati kalian.” (NO.05)
“A-Apa, apa kau bicarakan tentang-su?” (Teckil)
“Hanya ada satu pemimpin  bagiku, dan itu adalah Yang Mulia, yang duduk disini.” (NO.05)
“T-Tidak mungkin.” (Teckil)
Teckil jatuh berlulut saat dia menatap tanah dengan keras.
“Jadi, itu artinya informasi yang kudapatkan sampai sekarang….?” (Teckil)
“Ya. Apa kau ingat, kau selau menggunakanku sebagai perantara dan memberiku semua informasi. Dan tentu saja, dengan mudahnya  aku mengubahnya dan memberikan pada kerajaan.” (NO.05)
Wajah Teckil menjadi semakin pucat.
“Ba-Bagaimana, informasi tentang ‘Gabranth’ dan ‘Human’ punya perjanjian rahasia, dan konferensi itu punya sisi gelap dibelakannya….? (Teckil)
“Ya. Aku mengatakan pada mereka informasi yang menguntungkan bagi kami.” (NO.05)
Dia mengepalkan tangannya yang sekarang berada di tanah
“A-Apa, tentang konferensi!? Bagaimana dengan Raja Iblis-sama!? Bagaimana dengan [Xaos]!?” (Teckil)
“Percayalah, selama konferensi terjadi peristiwa yang tak terduga. Terlepas dari maslah itu, Eveam dan [Demon City] entah bagaimana aman.” (NO.05)
Teckil menghela nafas berat saat dia merasa kelelahan, karena sudah mengerahkan semua tenaganya.
“Nah, pekerjaan ini dilakukan oleh orang-orang, jadi akan selalu ada kesalahan Teckil-kun.” (Bajinagan bishounen)
Anak itu tak mematahkan senyumannya. Seolah-olah dia menikmaati kesalahan yang dibuatnya.
“……Itu benar, masalah terbesar adalah kau-su.” ( Teckil)
Dia mulai memandang tajam anak itu.
“Ahaha, kau menakutkan. Salah kalau kau memelotoiku dengan mata seperti itu. Meskipun, aku terlihat seperti ini, aku masih tuanmu.” (Bajingan bishounen)
“Kuu…..” (Teckil)
 Taishi, ketika dia melihat keduanya saling bertukar tatapan, berbicara ringan.
“H-Hei Teckil, siapa anak itu?” (Taishi)
“………….” (Teckil)
“Hmhmhm, ayo sekarang beri tahu aku, Teckil." (Taishi)
Taishi melirik bocah itu dan sesekali memandang kearah Teckil. Teckil menghembuskan nafas berat dan membuka mulutnya.

“Dia adalah……..Raja Iblis.” (Teckil)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar