Chapter 145 - Bocah Misterius
Tanpa
disadarinya, Taishi berdiri dan memasang posisi bertarung. Itu wajar saja.
Lawannya, adalah [Evila], seorang
yang punya kekuatan kelas atas. Reaksi Taishi hanya normal.
Aku
seorang pahlawan, dan dengan harapan untuk menguasai [Evila], aku datang ke [Demon City : Xaos]. Kemudian perang pecah.
Ketika
dia mulai berpikir, dia mengerti kalau tak aneh jika Teckil datang dan
membunuhnya, karena Taishi adalah seorang pahlawan. Pikiran seperti itu membuat
wajahnya berubah pucat. Melihat keadaan Taishi seperti itu, Teckil mengangkat
bahunya.
“Kau
bisa santai, ini tak seperti aku akan membunuhmu-su.” (Teckil)
“Ke-kenapa?”
(Taishi)
“Aku
tak menerima perintah seperti itu-su.” (Teckil)
“Itu
benar-su. Aku belum menerima perintah apa pun untuk membunuh para pahlawan,
dari Raja Iblis.” (Teckil)
“…………”
(Taishi)
“Selain
itu, dalam situasi saat ini, aku percaya lebih baik berkerja sama denganmu,
daripada melawanmu-su.” (Teckil)
“Situasi
sekarang….. Apa kau tahu dimana ini?” (Taishi)
“Entahlah,
kau yang dibawa kesini harusnya tau-su.” (Teckil)
Taishi
mengingat saat dia tiba di tempat itu.
Dia
terperangkap dalam tornado besar, dan ketika dia berpikir dia tertiup jauh,
orang aneh muncul di depannya. Menggunakan Chika sebagai sandera, karena Taishi
tak punya cara untuk menggunakan sihirnya, dia harus mendengarkan orang itu.
Dia
patuh dan mengikutinya, dan kemudian tiba di sebuah gua. Bagian dalamnya dangat
gelap; sepertinya itu ruang yang menghalangi cahaya.
Dia
dibawa ke lubang di dalam gua, dimana ada jalan buntu. Di pintu masuknya, ada
pola jaringan yang dibentuk, bersama struktur sel penjara.
Kemudian, pria yang membimbing mereka ke sini,
melemparkan Chika ke lantai, dan dalam kemarahannya, megayunkan tinju ke perut
Taishi; satu tekanan yang intens telah membuatnya jatuh berlutut.
Pria
itu tak menghadap Taishi dan Chika yang berada di posisi berjongkok, dan
melemparkan selimut pada mereka. Dia kemudian memasangkan gelang seperti objek
pada kedua tulisan mereka. Kemudian kesadaran Taishi memudar setelah itu.
“Bagaimana
denganmu, Teckil-san?” (Taishi)
“Panggil
aku Teckil-su.” (Teckil)
“Ah…
Teckil apa kau juga tertangkap orang-orang itu?” (Taishi)
“Itu
benar-su. Meskipun aku tak tau tentang pria yang membawamu kesini. Aku ini senpaimu di sini-su.”
Dia
mengatakan dengan nada ringan. Melihatnya, sangat mungkin untuk melupakan
keseriusan situasi yang mereka tangkap.
“Kau
tak mengenalnya? Lalu siapa yang membawamu ke sini?” (Taishi)
“Itu adalah….”
Pada
saat itu, pola grid membuat suara berderak saat dibuka. Keduanya mengalihkan
pandangannya kearah itu. Ada seorang yang berdiri disana, dialah yang membawa Taishi
dan Chika ke sel. Luka dalam berbentuk salib menghiasi pipinya.
“Ho~
akhirnya pria itu bangun juga.” (Pria Misteruis)
Dia
menghadap Teckil dan mulai berbicara. Teckil telah berpura-pura tertidur selama
ini, setelah memberi Judom informasi yang ia miliki.
Jadi,
ini pertama kalinya dia bertemu dengan orang ini secara langsung.
“Tuanku,
memanggil kalian. Ikut denganku.” (Pria Misterius)
Taishi
membuat suara teguk tanpa sadar.
“Uu……”
(Taishi)
Seolah
mengukur waktunya, tahanan yang lain terbangun.
“Chi,
Chika!” (Taishi)
“…Ta…Taishi…..?”
(Chika)
Chika
menatap Taishi dengan setengah terbuka. Saat dia membuka matanya Taishi merasa
lega.
“Baguslah.
Kalian bertiga, cepat berdiri.” (Orang Misterius)
Orang
itu mengatakan hal yang sama lagi, dan berdiri di dekat pintu, Taishi
mencengkram tinjunya dan mempertimbangkan menghajar orang itu tetapi,
“Jangan
lakukan itu-su.” (Teckil)
Ucap
Teckil dengan suara rendah.
“K-Kenapa?”
(Taishi)
“Kau
tak paham-su. Ini tepat di tengah wilayah musuh. Bahkan aku tak tau berapa
banyak musuh disini, dan jika kita membuat keributan, tak hanya kau, tapi anak
disana akan terkena bahaya.” (Teckil)
“Ah….”
(Taishi)
Apa
yang dikatakan Teckil tak bisa disangkalnya. Tentu saja, saat ini hanya ada
pria pipi silang sebagai musuh, mungkin tak sama di luar, mungkin ada banyak
yang bersembunyi di luar.
Bahkan
jika mereka mengalahkan pria itu, tak ada jaminan kalau mereka akan aman
setelahnya.
“Selain
itu, dia kuat-su. Apa kau pikir bisa menang melawannya tanpa senjata-su.” (Teckil)
“Yah,
ada sihir, kan?” (Taishi)
“Sepertinya
kau tak tau itu-su. Jadi biarkan aku memberitaumu-su.” (Teckil)
Teckil
menyentakkan dagunya dan mengarahkannnya ke arah kanan Taishi.
“Gelang ini disebut <<Magic Sealing Bracelet>>-su.” (Teckil)
“Eh?
Apa itu alat sihir?” (Taishi)
“Itu
mirip seperti borgolku.” (Teckil)
Borgol
yang dipasangkan di Teckil lebih kuat daripada yang ada di Taishi dan Chika.
Itu berarti mereka menganggap Teckil lebih sebagai ancaman, tetapi dalam
situasi ini sihir mereka disegel.
“Nah,
dalam situasi ini, bisakah kau mengalahkannya tanpa senjata dan sihir-su?” (Teckill)
“I-itu…”
(Taishi)
“Selain
itu, gadis ini baru saja bangun. Saat ini akan lebih baik untuk diam
mematuhinya-su.” (Teckil)
Taishi
menerima ucapan Teckil dan mejatuhkan bahunya.
“…..Aku
paham. Chika, apa kau bisa berdiri?” (Taishi)
“Y-Ya……”
(Chika)
Tanpa
memahami situasinya , ia hanya bisa mengangguk.
“Aku
tau banyak hal yang ingin kau tanyakan, tapi untuk saat ini kau harus
menahannya.” (Taishi)
“Aku
ingin tanya, ini dimana, apa yang terjadi, juga tentang orang itu, tapi
sepertinya buka waktu yang tepat untuk
itu.” (Chika)
Chika
akhirnya terbangun, menilai kalau situasi saat ini tak menguntungkan, dia
menyetujuinya.
“Apa
yang kalian lakukan? Cepat ikuti aku.” (Org Misterius)
Setelah
mendengar suara pria itu, ketiganya berdiri dan meninggalkan penjara.
Tempat
Taishi dan lainnya berada harusnya bagian dalam gua, tapi tempat itu sangat
cerah. Namun, itu bukan sinar matahari; itu adalah batu permata putih kebiruan
yang bersinar terang.
Sumber
cahaya yang kuat adalah empat batu permata raksasa. Dari dalam gua tumbuh akar
mirip dengan pohon raksasa yang mendukung empat batu permata raksasa, akar
dibungkus dan terjalin di sekitarnya.
Ada
dua batu permata raksasa di setiap sisi pintu masuk. Di depan pintu masuk ada
tangga dan diatas tangga, kursi berornamen seperti singasana berada.
“Aku
menunggumu.” (Pria diatas tahta)
Ada
seorang yang duduk disingasana itu dan disi kirinya ada dua orang wanita, berdiri
dekatnya dan memegang kertas putih di tangannya.
“Anak
kecil?” (Taishi)
Saat
Taishi melihat sosok yang duduk diatas tahta tanpa sadar dia berguman. Saat Taishi
melihatnya, ada anak kecil yang duduk di singgasana.
Usiannya
sepertinya sekitar 10 tahun. Dia memiliki rambut pirang, dan wajahnya yang
tersenyum punya daya tarik untuk menangkap siapa pun tanpa memandang jenis
kelamin atau usia mereka.
Kata
‘bishounen’ tak cukup mengambarkanya. Saat Taishi melihat wajahnya, dia berpikir,
jika bocah itu tampil di televisi, ia akan langsung menjadi ‘super-idol’ dalam
semalam.
Bahkan
Chika yang berdiri disamping Taishi, menatap anak itu, tencengang takjub.
(Ia
punya atmosfer karakter yang hanya muncul dalam game) (Taishi)
Taishi
secara refleks siap berjalan keindahan seperti itu. Jika bocah itu tumbuh
dewasa, keindahannya akan lebih halus dan
akan mearik setiap orang, Taishi menelan ludahnya.
“Kemarilah.
Mari kita bicara.” (Bishounen)
Seolah–olah bocah itu mengerti apa yang
dipikirkan ketiga orang itu, dia terkekeh.
Secara
tak sengaja kaki Taishi berjalan kearahnya, tapi pada saat wajah Teckil
memasuki visinya, dia dibawa ke akal sehatnya, dan matanya terbuka lebar.
“He-,
Hei Teckil, ada apa?” (Taishi)
Taishi
bertanya padanya, entah kenapa Teckil berkeringat dari kepalanya secara tak
normal.
Matanya
terbuka lebar, seolah-olah dia melihat sesuatu yang tak dapat dipercaya.
“T-Tak
mungkin…Apa kau menghianati kami…..?” (Teckil)
Teckil
mengucapkan kata-kata itu pada orang yang duduk diatas tahta. Taishi berpikir
kalau bocah itu menghianati Teckil, karena dia mengatakan kata-kata seperti
itu.
“Aku
butuh jawabanmu-su. Apa kau menghianati kami-su….. Kiria- chan!?”
Itu
jelas cara memanggil orang terdekatnya. Karena hal itu Taishi percaya kalau
pemikirannya benar.
“A-apa
kau tahu, anak itu?” (Taishi)
Mengenai
pertanyaan itu, Teckil menggelengkan kepalanya.
“Itu
berbeda… Tidak, bukan begitu-su. Aku juga tak tahu tentang bocah itu. Tapi
orang yang aku ajak bicara sekarang itu kau, Kiri-chan-su.” (Teckil)
Jadi,
pandangan Teckil tak megarah pada bocah itu, tapi pada salah satu gadis yang
berdiri disampingnya. Dilihat dari arus pembicaraan, sepertinya dia bicara pada
wanita dan bukan pada bocah itu.
“Apa
tak apa-apa bagi saya untuk berbiacara, Yang Mulia?” (Kilia)
“Ya,
tak apa-apa.” (Bishounen)
“Saya
ucapkan terima kasih.” (Kilia)
Dia
dengan mudah mendapat izin, dan sekarang menghadap Teckil.
“Sudah
lama, Teckil-san.” (Kilia)
“……
Kiri-chan.” (Teckil)
Dia
mengatupkan giginya, dan berbicara dengan suara yang dipaksakan. Dia membuat wajah
tak senang ketika dia tau wanita itu
memang orang yang dia kenal.
“Kenapa
kau ada di tempat seperti ini-su? Bukankah seharusnya Eveam-sama menjadi
satu-satunya yang kau ikuti-su.” ( Teckil)
“………….”
(Kilia)
“…….Apa
sejak awal? Apa sejak awal kau menghianati Eveam-sama…” (Teckil)
Melihat
dia berbicara dengan ekspresi terkejut, bocah itu membuka mulutnya dengan suara
gembira.
“Tak
apa-apa NO.05, katakan yang sebenarnya.” (Bishounen)
“Kebenarannya?
T-Tidak, kesampingkan itu, apa maksudmu dengan NO.05-su?” (Teckil)
Melihat
kebawah pada Teckil dengan tatapan tak bernyawa dan dingin, wanita itu –NO.05
mulai berbicara.
“Aku
intelligence spesialised Varukiria, identifikasi NO.05. Kilia yang kau tahu
adalah buatan untuk tujuan mendekati kalian.” (NO.05)
“A-Apa,
apa kau bicarakan tentang-su?” (Teckil)
“Hanya
ada satu pemimpin bagiku, dan itu adalah
Yang Mulia, yang duduk disini.” (NO.05)
“T-Tidak
mungkin.” (Teckil)
Teckil
jatuh berlulut saat dia menatap tanah dengan keras.
“Jadi,
itu artinya informasi yang kudapatkan sampai sekarang….?” (Teckil)
“Ya.
Apa kau ingat, kau selau menggunakanku sebagai perantara dan memberiku semua
informasi. Dan tentu saja, dengan mudahnya aku mengubahnya dan memberikan pada kerajaan.”
(NO.05)
Wajah
Teckil menjadi semakin pucat.
“Ba-Bagaimana,
informasi tentang ‘Gabranth’ dan ‘Human’ punya perjanjian rahasia, dan
konferensi itu punya sisi gelap dibelakannya….? (Teckil)
“Ya.
Aku mengatakan pada mereka informasi yang menguntungkan bagi kami.” (NO.05)
Dia
mengepalkan tangannya yang sekarang berada di tanah
“A-Apa,
tentang konferensi!? Bagaimana dengan Raja Iblis-sama!? Bagaimana dengan [Xaos]!?”
(Teckil)
“Percayalah,
selama konferensi terjadi peristiwa yang tak terduga. Terlepas dari maslah itu,
Eveam dan [Demon City] entah bagaimana aman.” (NO.05)
Teckil
menghela nafas berat saat dia merasa kelelahan, karena sudah mengerahkan semua
tenaganya.
“Nah,
pekerjaan ini dilakukan oleh orang-orang, jadi akan selalu ada kesalahan Teckil-kun.”
(Bajinagan bishounen)
Anak
itu tak mematahkan senyumannya. Seolah-olah dia menikmaati kesalahan yang
dibuatnya.
“……Itu
benar, masalah terbesar adalah kau-su.” ( Teckil)
Dia
mulai memandang tajam anak itu.
“Ahaha,
kau menakutkan. Salah kalau kau memelotoiku dengan mata seperti itu. Meskipun,
aku terlihat seperti ini, aku masih tuanmu.” (Bajingan bishounen)
“Kuu…..”
(Teckil)
Taishi, ketika dia melihat keduanya saling
bertukar tatapan, berbicara ringan.
“H-Hei
Teckil, siapa anak itu?” (Taishi)
“………….”
(Teckil)
“Hmhmhm,
ayo sekarang beri tahu aku, Teckil." (Taishi)
Taishi
melirik bocah itu dan sesekali memandang kearah Teckil. Teckil menghembuskan
nafas berat dan membuka mulutnya.
“Dia
adalah……..Raja Iblis.” (Teckil)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar