Chapter 146 - Mantan Raja Iblis Avoros
Ketika mereka mendengar kata-kaata dari Teckil, Taishi
dan Chika membeku.
“Eh…. Hei Taishi. Raja Iblis itu seorang gadis, kan?” (Chika)
“Ah-ah… Itu yang ku dengar dari raja…”( Taishi)
“Ah, ada sedikit kesalahan. Dia adalah Raja Iblis, tapi
dari generasi sebelumnya. Dengan kata lain, dia adalah mantan Raja Iblis.” (Teckil)
“E, mantan Raja
Iblis?” (Taishi)
Taishi, membuka lebar matanya dan menatap bocah itu.
Bocah itu masih tersenyum seolah sedang bersenang-senang.
“Pada saat, ketika ‘itu’ mencul didepan mataku…. Itu
juga perbuatanmu, kan-su?” (Teckil)
“Ahahaha… tidakkah kau merindukannya? Tapi itu sudah
matang, dan kau sudah membunuhnya sekali waktu. Padahal, dimasa lalu ‘itu’
hanya berurusan denganmu hanya dengan satu tangan.” (Avoros)
“Terima kasih, sekarang aku <<Cruel>> -su.”
(Teckil)
“Ini berarti, waktu itu pasti mengalir.” (Avoros)
“…… Mengesampingkan itu, fakta kalau kau masih hidup,
berarti kematianmu adalah kebohongan-su?” (Teckil)
“Ya, itu benar.”
“Tapi bagaimana kau melakukannya? Pada saat itu,
Aquinas sudah mengkonfirmasinya-su?” (Teckil)
Dia adalah orang yang menyandang gelar terkuat [Evila].
Itu memang menjadi sebuah misteri, mengapa Aquinas tak menyadari kalau Avoros memalsukan
kematiannya.
“Ya, matanya adalah hal yang paling merepotkan. Itu
sebabnya, karena kau baru saja bilang kalau aku hidup, tapi mungkin lebik baik
bilang kalau aku dihidupkan kembali.” (Avoros)
“Dihidupkan kembali…..?” (Teckil)
“Ya, untuk lebih
tepanya aku masih belum sempurna.” (Avoros)
“Belum sempurna…..?” (Teckil)
“Selebihnya itu rahasia? Ya untuk sekarang.” (Avoros)
Dia mengatakan itu sambil mengarahkan jari telunjuknya
didekat bibirnya dan menutup satu matanya.
“….Apa tujuanmu-su?” (Teckil)
“Nn~? Aku baru saja bilang, kalau aku belum sempurna.
Jadi mungkin…, menjadi sempurna.” (Avoros)
“…………….” (Teckil)
“Kau membuat ekspresi kalau kau tak mengerti apa yang
aku katakan. Yah, aku bisa menebaknya.
Kalau begitu, bagaima kalau kau membiarkan pahlawan-pahlawan disana, menjelaskan
apa yang sedang terjadi pada dunia saat ini?” (Avoros)
Sementara “Eh?” lolos dari bibirnya, Teckil memandang
ke arah Taishi.
“Eh.… kami?” (Taishi)
“Ya itu benar.
Bukankah kalian menyerang [Demon City . Xeos]” (Avoros)
Teckil terkejut mendengar kata-kata itu, dan mengerti
alasan mengapa Iraora memberi mereka izin untuk melewati jembatan itu.
Akhirnya dia menemukan kebenaran tunggal mengenai
keberadaan Kilia ini, dan alasan kenapa dia yang bertugas mengumpulkan
informasi adalah orang pertama yang di tangkap.
“…..Apa kita….. berperang-su?” (Teckil)
“WWhoa~, seperti yang diharapkan dari Teckil-kun. Itu
benar, saat ini kita sedang berperang. Ngomong-ngomong Humas dan Gabranth ada
dalam aliansi.” (Avoros)
“Apa!?” (Teckil)
Apa yang dianggapnya skenario terburuk baru saja
terjadi. Sebelum konferensi, dia memberi tahu Kilia tentang hal-hal aneh yang
dilakukan kedua ras, tetapi jika itu seperti yang dikatakannya tadi, maka
informasi itu tak di kirimkan ke Eveam.
Dia ingat satu hal lagi. Kilia bilang kalau Eveam dan [Demon
City] sama-sama aman. Setidaknya, ini berarti mereka belum diserang.
Tapi fakta kalau perang yang sedang terjadi, berarti
situasinya mengerikan. Setelah semua, dua ras berada dalam aliansi dan berusaha
menghancurkan [Evila]
Bocah itu melihat Teckil, mengertakkan giginya, dan
berbicara,
“Aku baru saja bilang kalau kejadian tak terduga
terjadi. Ini juga salah satu kesalahanmu.” (Avoros)
Tubuh Teckil menegang. Itu memang benar, fakta kalau ia
memberikan informasi pada Judom tak dapat ditarik kembali.
“Yah, apa pun
yang terjadi di konferendsi itu, tak akan jadi penghalang bagi rencanaku. Meski
begitu, aku meremehkan kekuatanmu. Borgol itu tak bisa menahan kemampuan
fisikmu, tapi itu cukup untuk menyegel sihirmu.” (Avoros)
Ketika Teckil dibawa kesini, tentu mereka mengambil
pena favoritnya dan memasangkan borgol, yang membatasi gerakan fisiknya. Pemuda
itu berpikir jika dia mengambil pena Teckil, maka dia tak akan bisa menggunakan
sihirnya.
Itu karena Teckil selalu melakukan tindakan yang
membuatnya terlihat seperti dia membutuhkan pena untuk mengunakan sihirnya.
Untuk saat-saat ketika dia berada dalam situasi yang bahaya, dia punya kartu
andalan yang disimpannya, tapi sekarang semuanya terungkap dan dia diborgol
dengan borgol pernyegel sihir.
“Dengan cara ini, kau tak bisa melakuakn apa-apa. Untuk alasan kenapa aku memanggilmu
kesini, sederhananya, ini adalah untuk membicarakan apa yang akan terjadi mulai
sekarang.” (Avoros)
Ketiganya menatap pemuda itu dengan tenang.
“Sebenarnya, dua pahlawan lainnya seharusnya ada
disini, tapi sepertinya ada kejadian tak terduga lainnya. Dari informasi yang
ku terima, keduanya sekarang bersama Eveam.” (Avoros)
Saat itu guncangan terjadi di punggung Taishi dan Chika.
Mereka tak bisa tetap tenang setelah tau kalau Shinobu
dan Shuri telah ditangkap oleh pemimpin musuh.
“B-Bohong!!” (Chika)
“Nn?” (Alvoros)
“Informasi itu, ceritakan padaku secara detail.” (Chika)
Chika seolah-olah kehilangan kendali diirinya maju
untuk mencari jawaban.
“T-Tak ada gunanya Chika!” (Taishi)
Taishi mencoba menghentikannya, tapi pria dengan luka
salib muncul dihadapannya.
“Ah……!” (Taishi)
Taishi terkejut dengan kecepatannya muncul di depan Chika.
“Wanita, kau bergerak maju lagi aku akan memotong salah
satu kakimu.” (X-man)
Hawa membunuh intens menusuk Chika, seolah-olah itu
pisau tajam.
“Chika!” (Taishi)
Taishi bergegas
menunju Chika tan terkena niat membunuh dan jatuh berlutut.
“Ahaha, jangan menakut-nakuti mereka terlalu banyak.” (Avoros)
Pria dengan luka silang itu menundukkan kepalanya pada
kata-kata bocah itu.
“Ah, ya, ya. Kau tak perlu khawatir tentang dua
pahlawan lainnya. Eveam benar-benar baik, dan ku rasa dia tak akan membiarkan
mereka terbunuh. Yah, mungkin sekarang mereka dalam kurungan.” (alvoros)
Tapi Taishi dan Chika tak percaya kata-katanya. Karena
mereka tak diberitahu tantang Eveam, mereka berdua berpikir kalau teman-teman
mereka mungkin saja telah dibunuh.
Taishi menompang tubuh Chika yang gemetaran.
“Ta-, Taishi….”
(Chika)
“Mari… percaya kalau Shinobu dan Shuri masih hidup.” (Taishi)
Mereka tak percaya pada kata-kata bocah itu, tapi lebih
pada kekuatan Shinobu dan Shuri. Sambil mereasa tak nyaman, Chika mengangguk
pada kata-kata Taishi.
“Sekarang, apa itu baik-baik saja?” (Avoros)
Bocah itu melanjutkan pembicaraan sebelumnya.
“Akan kukatan, aku akan berbicara banyak hal-hal mulai
sekarang, artinya kau harus paham? Kau harus tau, kalian tak punya hak untuk
menolaknya.” (Avoros)
Keringat yang tak menyenangkan mulai mengalir dari masing-masing
merka.
“Pertama-tama, biar kuberitahu mengapa aku memulai
perang ini.” (Avoros)
Ketinganya tanpa sadar menelan ludah setelah mendengar
kata-kata anak itu.
“Perang ini, aku akan mengatakan yang sebenarnya, aku
tak terlalu peduli tentang hasilnya.” (Avoros)
“…..Apa yang kau maksud dengan itu-su?” (Teckil)
“Hanya fakta kalau perang telah dimulai adalah salah
satu hal yang kubutuhkan.” (Avoros)
“………..” (Teckil)
“Fufufu……” (Avoros)
Bocah itu berdiri dari kursi dan perlahan menuruni
tangga.
“Hal-hal yang disebut ‘orang’ ini sangat menarik.
Alih-alih emosi yang baik, emosi buruk mudah tumbuh dalam hatinya. Dan itu
bahkan jika itu dari satu kesempatan saja.” (Avoros)
“….Apa yang kau coba katakan?” (Teckil)
Avaros berhenti berjalan ketika dia sampai di tengah
tangga.
“Perasaan negatif lebih kuat dari perasaan lainnya. Di
atas itu, mudah untuk mewarnai sesuatu yang murni dengannya.” (Avoros)
Tak mengerti apa yang dia katakan, Teckil mengerutkan
keningnya.
“Fufufu, sepertinya aku terlalu banyak bicara.
Bagaimanapun, sekarang setelah perang dimulai, perasaan negatif akan terus
meningkat didalam hati orang-orang. Tujuanku adalam memperkuat perasaan itu.
Dan dalam hal itu….. ufufufu.” (Avoros)
“…..Kau tak berubah sama sekali, wajahmu-su.” (Teckil)
“Oya? Benarkah?” (Avoros)
“Itu tak berubah…. Mata yang memandang manusia bagai
bidak catur, belum berubah dari saat kau menjadi Raja Iblis-su.” (Teckil)
“Ufufufu, apa kau mungkin akan mengatakan sesuatu?
Seperti, karena aku punya mata seperti ini, aku disingkirkan?” (Avoros)
“………………..” (Teckil)
“Ufufufu,
seperti yang ku katakan sebelumnya. Aku tak disungkirkan. Aku hanya membiarkan
kalian menyingkirkanku. Itu semua memang tujuanku.” (Avoros)
“…………..” (Teckil)
“Nah, aku akan memberi tahu apa peran kalian disini.” (Avoros)
Anak lelaki itu menghadap kearah Taishi dan Chika.
”Ah, kalau dipikir-pikir, aku belum memperkenalkan
diriku, ‘kan?” (Avoros)
Dari sudut pandang orang-orang yang belum pernah
mendengar pembicaraan sebelumnya, senyum anak itu tampaknya berasal dari anak
yang polos, tetapi Taishi dan lainnya merasa menggigil dipunggungnya.
“Kalau begitu, seperti yang Teckil-kun bilang aku
adalah mantan Raja Iblis. Dengan kata lain aku adalah saudara Raja Iblis saat
ini, Eveam….” (Avoros)
“Kau saudaranya!” Taishi membuat ekspresi membalas.
“Akan lebih baik kau menginggatnya. Mulai hari ini, ini
adalah nama tuanmu.” (Avoros)
Bocai itu menyeringai dan berbicara lagi,
“Namaku Avoros. Avoros Gran Early Evening.” (Avoros)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar