Chapter
08 - Hadiahnya Adalah Ramen
Setelah
memeriksa ruang kelas, entah mengapa aku merasa sedikit khawatir dengan suasana
yang ada di sana.
Uwa…
ada apa dengan suasana hati ini?
Aku senang aku tak berada disana, jika aku masih
berada didalam kelas itu, aku pasti akan menyingkirkan salah satu teroris itu. Bagaimanapun
juga, aku tak menyukai suasana yang menyusahkan.
Saat
pikiranku melayang ke dalam lamunan, membayangkan situasi saat itu, tiba – tiba
ponsel di sakuku berdering. Melihat nama Ishida Tesuji di ID pemanggil, aku
langsung mengangkatnya.
“Pak
tua, ada apa?”
“Sekarang
kami sudah berada di depan sekolahmu.”
“Aku
tahu. Aku bisa melihatmu dari sini.”
Aku
mengatakannya ketika aku berbalik untuk melihat beberapa mobil patroli di luar.
Aku bahkan bisa melihat pak tua yang berbicara melalui telpon dari atas sini.
“Apa
maksudmu? Dimana kau sekarang?”
“Atap.”
Tepat
ketika aku mengatakannya, lelaki tua itu mendongak ke atas; segera saja mata
kami saling bertemu. Ketika dia sudah mengetahui posisiku, aku dengan ringan
melambaikan tanganku. Menyadari itu adalah aku, lelaki tua itu tersenyum pahit.
Ada apa dengan wajah itu?
“Kau…
dalam situasi seperti ini, bagaimana kau… beruntung, itu bukan masalahnya
sekarang. Lebih penting lagi, siapa gadis imut yang ada di sampingmu? Pacarmu?”
“Bukan!
Dan juga untukmu, apa yang kau ingin tanyakan dariku dalam situasi seperti ini?
Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan di pihakmu?”
Karena
pertanyannya tentang kamaishi kemungkinan akan merepotkan, aku memutuskan
mengubah topik pembicaraan.
“Ah,
kami saat ini dalam proses negosiasi dengan teroris, akan tetapi kelihatannya mereka meminta
sebuah helikopter untuk melarikan diri. Mereka mengancam akan membunuh seorang
sandera setiap tiga jam.”
Jadi
mereka membutuhkan helikopter.
“Apa
kau sudah tahu tujuan mereka? Tentang hal apapun yang mereka siapkan?”
Begitu
aku bertanya, lelaki tua itu tampak kesal.
“Tentang
itu, aku sedang melakukan yang terbaik disini untuk memperpanjang negosiasi
sementara aku mengirim beberapa unit untuk mengepungnya. Tapi orang – orang ini
bukan sekelompok amatiran. Kami tak akan membiarkan mereka pergi begitu saja,
dan saat ini kami tak bisa bergerak sampai kami tahu dengan pasti jumlah dan
posisi mereka.”
Kedengarannya
lelaki tua itu terlihat mengeluh, tapi begitu dia selesai, dia melirikku dengan
cara yang aneh.
“Aah…
Aku ingin tahu apakah ada seseorang yang bisa membantuku. Seorang yang bisa
tahu jumlah musuh dan lokasinya… Oh, dan jika seseorang itu bisa mengalahkan
mereka, itu akan lebih bagus.”
“Hentikan…”
Apa
yang pria tua itu harapkan dengan mengatakan semua itu? Siapa yang akan
melakukan hal yang merepotkan ini?
Mengapa
dia menambahkan lagi, semakin bertambah banyak, hal-hal yang dia ingin aku
lakukan?
“Hanya
untuk membuatku bebas di sini, aku tak akan melakukan apapun untukmu.”
“Eeeeh,
ayolah. Kau pasti bisa melakukannya dengan kemampuanmu itu.”
Ugh.
Berhenti berpura-pura telihat seperti anak kecil. Betapa tak dewasanya dirimu. Tentu
saja yang dia maksud adalah skill yang kumiliki. Dia tak sengaja melihatku
menggunakannya ketika polisi yang tak bosan-bosannya mengintrogasiku. Awalnya,
aku berpikir untuk menghapus ingatannya, tetapi aku berubah pikiran setelah menyaksikan
reaksinya.
‘Apa
ini? Sebuah trik sulap?’ aku ingat saat dia bertanya padaku.
Sejujurnya,
aku pikir dia akan ketakutan setelah melihatnya, namun, reaksi yang belum
pernah terjadi sebelumnya membuatku sedikit terkejut. Sejak saat itu, aku
membuat kesepakatan dengannya untuk tidak membocorkan rahasiaku sebagai imbalan
atas aku yang sesekali membantu pekerjaannya.
Karena
itu, aku sekarang punya koneksi langsung dengan polisi yang membuatku cukup
nyaman. Jika aku tertangkap atau ditangkap, aku hanya perlu menghubunginya dan
semua masalah akan beres tanpa perlu menonjokan diriku. Itu adalah hubungan
yang saling menguntungkan. Tentu saja, jika suatu hari dia mengingkari
janjinya, aku akan selalu bisa menghapus ingatannya.
“Baiklah?
Tak apa-apa, ’kan? Hajar saja menggunakan kemampuanmu. Tentu saja, kau harus
membuatnya terlihat wajar.”
Pria
tua ini semakin sibuk dengan dirinya sendiri. Apa yang dia pikirkan tentangku?
Dewa atau semacamnya, kah? Tak peduli seberapa kuatnya aku, aku tak bisa
mengalahkan mereka dengan mudah. Yah, sebenarnya aku bisa melakukannya…
“Aku
tak mau. Aku tak ingin bekerja secara gratis.”
“Aku
mengerti. Kali ini aku akan meneraktirmu ramen. Bagaimana?”
Dia
akhirnya mengeluarkankan kartu andalannya. Tapi tetap saja, bagaimana bisa
ramen menjadi hadiah kerena mengusir teroris? Itu terlalu murah!
“Biar
kukatakan ini, bagaimapun juga, ini bukan ramen biasa seperti yang kau
bayangkan. Itu adalah ramen ‘MENMEN’ yang muncul di TV.”
Aku
berhenti sejenak. “MENMEN”, ya? itu adalah ramen yang disiarkan di TV berkali –
kali, sampai ke titik dimana, itu membuatku berpikir kalau aku harus mencobanya
hari itu juga. Aku menghabiskan beberpa detik memeras otakku dengan
perbandingan dan membandingkan antara ramen dengan permintaan yang merepotkan
dan;
“…Aku
hanya akan membebaskan para sandera, apakah sudah puas?”
“Benarkah!?
Bagaimana dengan syaratmu?”
“Ramen
dengan tambahan telur goreng. Dan untuk servis keduanya, aku ingin Gyoza.”
“Ha!
Apa kau tak minta terlalu banyak? Ini sudah hampir hari gajian, dan kau sudah
menghabiskan uangku disini.”
“Aku
tak keberatan jika kau menolak.”
“Ggu….
Baiklah.”
“Baik.
Aku akan melakukannya. Aku akan menghubungimu lagi setelah aku selesai.”
Aku
menutup telpon sambil mendesah. Pada akhirnya, kesepakatan adalah kesepakatan,
meskipun itu menyusahkan.
“Kamiya-kun,
apa yang kau bicarakan di telpon?” Tanya Kamaishi
Ah,
sial. Aku lupa dia di sebelahku. Aku harap dia tak mendengar terlalu banyak.
“Ah…
Aku diminta untuk melakukan sesuatu. Maaf, aku harus persi sekarang. Kau
tetaplah disini Kamaishi-san.”
Meninggalkan
kata – kata itu, aku meninggalkan atap, menuruni tangga dan menuju ke bagian
dalam sekolah.
“Eh,
tunggu!? Kamiya-kun!?”
Kamaisihi
membuka pintu lagi untuk mengikutiku, tapi aku sudah tak ada lagi. Aku merasa
tak enak, tapi aku harus menggunakan skill teleportasi untuk berpindah ke bagian
tengah sekolah.
“Baiklah,
demi ramen, haruskah kita memulainya?”
« Sebelumnya | List Chapter |
Selanjutnya »
Wkwkwk
BalasHapus