Web Suka-Suka Translate Light Novel dan Web Novel

Rabu, 20 Juni 2018

My Entire Class Was Summoned to Another World Except for Me Chapter 09 - Bahasa Indonesia

Chapter 09 – Tak Terlalu Kesulitan Menangani Teroris

(Kamiya POV)
Setelah menerima permintaan pak tua, aku bergegas menuju ruang kelas, bermaksud menyelamatkan para siswa yang dijadikan sandera di sana. Sesampainya di kelas, aku melihat salah seorang teroris masuk dan sepertinya dia akan memeriksa keadaan di dalam.
“Yo, bagaimana keadaan disini?”
“Tak ada masalah sejauh ini. Apa yang kau lakukan disini?”
“Aku hanya memeriksa sekitar.”
“Tepat sekali kau datang. Gantikan aku berjaga disini. Aku ingin pergi ke kamar kecil.”
“Kau… Sekarang kita berada dalam situasi yang rumit, dan kau ingin buang air kecil?”
“Kau ingin aku kencing di celana? Biarkan aku pergi.”
“Baiklah. Cepatlah kembali.”
“Terima kasih.”

Meninggalkan perkataan sebelumnya, pria bertubuh kekar tertawa dan meninggalkan kelas. Tepat saat dia melangkah keluar, senyum samar tampak terlihat diwajahnya sewaktu dia berbalik… melihat kelas yang baru saja dia tinggalkan.
“Hehe, siapa juga mau kembali ke tempat membosankan itu. Kalian tetaplah di sana dan jaga mereka sampai kalian mati.”
Membisikan itu pada dirinya sendiri, pria itu menuju arah yang berlawanan dari arah ke kamar kecil.
“Sekarang aku berhasil keluar, kemana aku harus pergi? Menggunakan senjata api hanya akan menarik perhatian, dan juga tak ada gadis disekitar sini. Jadi apa yang bisa aku lakukan untuk bersenang-senang.”
Pria itu terus berjalan sembari merenungkan apa yang harus dia lakukan sampai tiba-tiba, dia tiba di depan tangga dan berhenti di depannya. Dia berdiri di sana dan tanpa sadar menatap sampai tak lama kemudian, dia mendapatkan sebuah ide dan mengatakan sesuatu pada dirinya.
“Ayo pergi ke atap dan awasi para polisi.”
Pria itu menaiki tangga dan menuju ke atap.
ーーーーーーーーーーーーーーーーー
(POV Orang Ketiga)
Setelah orang yang mengatakan dia ingin ke toilet itu meninggalkan ruang kelas, para teroris lainnya yang tertinggal mulai saling berbisik.
“Ya ampun, sungguh pria yang merepotkan.”
“Ya, cobalah menbuatnya tetap berada dalam pengawasanmu. Orang itu agak keluar jalur.”
“Bukan hanya sedikit. Orang itu… dalam serangan terakhir kita, dia pernah menembak mati salah satu teman kita.”
“Benarkah? Apa bos tahu tentang itu?”
“Jika bos tahu,  orang itu pasti tak akan ada di dunia ini sekarang.”
Bebrapa saat berlalu semenjak pria itu meninggalkan kelas, membuat orang yang menggantikannya mulai merasakan keraguan.
“Hei, bukankah dia pergi terlalu lama?”
“Tak tahu, mungkin semua itu cuma omong kosong?”
“Jangan tanya aku… mungkin dia sedang menyelinap keluar?”
“Mustahil… tunggu, itu mungkin saja.”
“Aku akan pergi memeriksanya.”
Salah satu pria meninggalkan kelas, meninggalkan yang lainnya untuk berjaga di sana.
DON!
“AHHH!!”
Begitu teroris yang pergi keluar dari kelas, suara erangan bergema di lorong dan mencapai kelas. Teroris yang berjaga tersentak.
“Hei, ada apa? Apa terjadi sesuatu?”  
Salah seorang teroris berteriak dari dalam kelas.
Tak ada jawaban. Dia berniat keluar untuk memastikan situasi itu, bagaimanapun juga, dia tak bisa melakukannya.
Jika dia melakukannya, para sandera dikelas akan melarikan diri.
Saat dia bertanya-tanya apa yang terjadi, dia melihat sesuatu yang aneh di sisi para sandera.
“A-Apa yang terjadi…?”
Entah karena alasan apa, mereka semua tertidur. Teroris itu tak bisa menahan keterkejutannya melihat adegan ini.
Beberapa detik yang lalu, sebagaian dari mereka duduk dengan ekspresi muram. Tiba-tiba mereka tertidur sekaligus tepat ketika aku memalingkan muka… itu sangat tak masuk akal.
Ragu akan keadaannya, Teroris itu mendekati para sandera dan menyadari kalau mereka benar-benar tidur nyenyak. Apa yang sedang terjadi? Bagaimana mereka bisa tidur dalam waktu seperti ini? Belum lagi, semuanya sekaligus? Teroris itu jatuh ke dalam pemikiran yang dalam untuk sementara waktu sampai dia mencapai kesimpulan yang masuk akal.
“Apa mereka benar-benar tertidur?”
“Benar.”
“GUA!!”
Detik berikutnya, dia mendengar suara dari suatu tempat, bersamaan dengan kekuatan yang kuat menghantam  tengkuk lehernya.
A-Apa ini…
Ketika kesadarannya mulai memudar, teroris itu berbalik dan melihat sosok seorang siswa berseragam di belakangnya.
“Kau…. Sia… pa…kau…?”
“Hanya seorang siswa SMA biasa.”
“I-Itu tak mungkin…”
Teroris itu pingsan sebelum dia sempat mengatakan kalimat itu.
ーーーーーーーーーーーーーーー
(Kamiya POV)
“Ini yang terakhir.”
Kataku semabri melihat teroris yang roboh. Astaga, entah bagaimana aku berhasil melakukannya. Awalnya aku sempat kesulitan membuat rencana, tapi ketika salah satu dari mereka pergi, aku memukul perutnya, jadi semuanya baik-baik saja.
Teroris  lainnya terlihat bingung karena para sandera sedang tertidur, jadi mudah bagiku memukulnya tepat di leher. Tapi tetap saja aku tak berharap kalau pukulan leher akan berhasil, karena sebelumnya aku belum pernah mencobanya. Ku pikir gerakan seperti itu hanya ada dalam manga. Mulai sekarang, aku akan menggunakan teknik ini untuk menggalahkan musuh.
Kalau dipikir-pikir lagi, pak tua itu memintaku untuk melakukannya secara normal. Yah, kurasa itu akan berakhir baik nantinya.
Sebaliknya ia harus berterima kasih kepadaku karena membantunya menangkap para teroris. Setelah menyelesaikan pekerjaanku disini, aku memutuskan untuk kembali ke Kamaishi di atap.
Namun tiba-tiba radio di sabuk  pria yang roboh di lantai terus menyala.
“Hei, ini aku. Bagaimana keadaan disana.”
Tubuhku menegang , dan aku melihat ke radio yang menyala itu.
Tunggu, tunggu, tunggu, apa yang harus kulakukan? Haruskah aku menjawabnya? Tidak, aku akan langsung ketahuan jika aku melakukannya. Namun, tidak menjawab juga akan menimbulkan kecurigaan.
Sewaktu aku merenungkan apakah aku harus menjawabnya atau tidak, suara itu mulai memanggil lagi dengan sedikit memaksa.
“Apa ini? Apa yang kau lakukan? cepat jawab sekarang!”
Sial, aku tak punya pilihan lagi. Aku menenangkan diri dan menjawab.
“Maaf membuatmu menunggu, tak ada masalah disini. Aku akan melakukan pemerikasaan.”
“……”
Bagaimana itu? Aku sedikit menurunkan nada suaraku agar terlihat mirip dengan pria yang pingsan di lantai. Ini sebaiknya dilakukan, ‘kan?
“Siapa kau?! Kau bukan salah satu rekan kami! Apa yang terjadi pada mereka?”
E-Erm, ini tak berhasil. Seharusnya aku memperkirakan hasil seperti ini. Itu wajar saja.
“Hei semuanya. Kalian semua, menuju ke kelas para sandera sekarang! Musuh ada disana!”
Seketika suara itu menyelesaikan perkataannya, sambungan radio itu terputus. Lalu aku melemparkan radio itu ke lantai, memejamkan mata dan mulai memikirkan apa yang harus dilakukan.
Ini semua akan berakhir, ’kan? Semua teroris kemari, ‘kan? Bencana apa itu! Aku mulai panik saat mendengar suara orang menuruni tangga dari kejauhan.
Aduh. Mau gimana lagi. ini akan segera berakhir.
“Mari ingat untuk menambahkan ramen babi panggang ke daftar nanti.”
Menginggat hal itu, aku mulai bersiap-siap menyambut para teroris itu.

 


1 komentar: