Chapter 07 – Serangan Teroris
“Eh, apa itu tadi?
Kamaishi tampaknya terkejut oleh
perubahan situasi mendadak yang baru saja terjadi. Bagaimana mungkin hal ini
bisa terjadi? Apa semua ini kerena perhitungan kemungkinan dan semua yang ku
lakukan pagi ini? Seharusnya kemungkinan hal itu bisa terjadi kurang dari satu
persen. Aku jadi lebih marah karena terlalu keras memikirkan situasi saat ini.
“Hei, Kamiya-kun. Apa itu tadi…?”
“Sebuah tembakan.”
“Eeh!? Tembakan?... Kenapa…?”
“Mereka mungkin organisasi teroris yang
di beritakan tadi pagi.”
“T-Teroris?!”
Seru Kamaishi yang tercengang setelah
mendengar perkataanku.
“K-Kenapa mereka disini…?”
“Siapa tahu, tapi yang pasti kita
sangat tak beruntung.”
“Apakah begitu…”
Sejujurnya, kami sangat tidak
beruntung. Kalau diingat – ingat lagi, aku tak punya skill yang bisa menyeretku
kedalam situasi seperti ini… ‘kan?
Jika itu memang masalahnya, aku lebih
baik menyingkirkan mereka semua, dan dengan begitu aku bisa dengan nyenyak.
“A-Apa yang harus kita lakuakan, Kamiya-kun?”
“Untuk sekarang, tetap disini akan
menjadi pilihan terbaik. Untungnya, aku rasa mereka tak akan naik ke atap.”
Dengan ucapan seperti itu, aku
menempatkankan punggungku di bangku dan
menutup mataku.
“Hei, Kamiya-kun, apa yang kau
lakukan?”
“Tak ada yang bisa dilakukan sekarang,
jadi aku akan berbaring disini dan menutup mataku.”
“Apa kau mau tidur siang?!”
Kamaishi menatapku, mulutnya terbuka
lebar.
Namun dia tidak memikirkannya secara
logis, apa yang seharusnya mereka lakukan?
Mengingat posisi dan kemampuan mereka
saat ini, tak ada yang bisa mereka lakukan. Yang tersisa hanyalah tidur
sebentar.
Tidak, tunggu, sebelum itu aku perlu
mendapatkan skill itu. Memikirkan hal itu, aku memusatkan kesadaranku di
sekitarku selama beberapa detik untuk mendapatkankan gambaran yang jelas di dalam
pikiranku.
“Skill 【Presence Detection】
telah didapatkan.” (T/N : Presence Detection, skill
untuk mendeteksi kehadiran seseorang.)
Persiapan awal selesai. Dengan ini, aku
bisa tidur tanpa takut resikonya. Aku mengaktifkan skill baruku dan bersiap
untuk tidur.
“Tidak, tunggu! Jangan tidur! Jangan
lakukan itu! Jangan tinggalkan aku sendirian!”
Saat aku hampir menutup mata, kamaishi
menghentikanku, mengguncangku dengan kuat. Berisik sekali.
Semua akan baik-baik saja karena aku
mendapatkan skill 【Presence
Detection】.
Yah, aku tak bisa mengatakan itu
padanya sekarang, ‘kan?
Saat aku hendak mengatakan sesuatu,
ketakutan dan jeritan sampai ke telingaku dari lapangan olahraga dibawah.
Aku berbalik, hanya melihat puluhan
murid yang berlari penuh kepanikan.
“Eh? Apa yang terjadi? Kenapa mereka…”
“Mungkin saja, teroris itu sedang
mencoba mengurangi jumlah sandera. Jadi mereka membebaskan beberapa siswa yang
tidak mereka butuhkan.”
“M-Maka kita juga harus pergi!”
Setelah menyelesaikan perkataannya, Kamaishi
bergegas ke pintu atap, namun, aku memintanya untuk menunggu.
“Aku tak menyarankanmu untuk pergi
sekarang.”
“Eh? Kenapa?”
“Coba pikirkan sebentar, apa yang akan
terjadi padamu jika kau bertemu salah seorang teroris di jalan?”
Mereka mungkin membawanya ke gedung
olahraga dan menyelesaikan beberapa hal khusus bersama.
“U-Ucapanmu benar juga.”
“Maka dari itu lebih baik aman menunggu
disini daripada turun.”
“B-Benarkah…”
Kamaishi berujar saat dia berjalan kembali mendekati bangku. Lalu, apa
yang harus kulakukan sekarang?
Aku tak bisa tidur karena kamaishi
bersamaku, dan menunggu seperti ini sangat membosankan, ketika aku mulai
memikirkan apa yang harus dilakukan, aku ingat seseorang.
Kukira, aku harus menelponnya untuk
saat ini. Aku mengeluarkan ponselku dan membuat sebuah panggilan.
“Kamiya-kun, siapa yang kau telpon?”
“Seorang kenalanku.”
Setelah mengatakan itu, seseorang
menjawab telponku dengan suara yang menyeramkan.
“Halo?”
“Halo, pak tua. Kau tak ada kerjaan?”
“Apa,
kau kah itu… maaf tapi aku sibuk. Aku tak punya waktu untuk membantumu.
Bukankah, seharusnya kau berada di sekolah sekarang.”
“Aku menelponmu karena itu. Sebenarnya,
para teroris di berita pagi ini menyerang sekolahku.”
“Apa!!! Kau serius?!!!”
Laki-laki tua itu berteriak dengan
suara bernada sangat tinggi. Sekarang telingaku sakit. Kamaishi yang tak
mendengarnya secara langsung langsung bahkan sampai terkejut.
“Kau menyebalkan, pak tua!”
“Ah… aa, maaf tentang itu. Aku sedikit terkejut.
Tapi itu, benar kan? Karena aku mengalami beberapa masalah tentang apa yang
harus dilakukan tentang mereka. Semenjak kami mendapatkan informasi tentang
organisasi teroris yang menyusup ke daerah ini, aku sekarang mengalami
masa-masa sulit.”
“Benarkah. Dalam hal ini, kau akan
datang ke sini, ‘kan?”
“Ya. Tunggu aku, aku akan segera
kesana. Sekolahmu itu sekolah tinggi Kannami, jika aku benar. Aku akan
menghubungimu lagi nanti.”
Begitulah, pria tua itu menutup telpon.
Dengan hal itu dilakukan, kupikir itu membuatku lebih baik.
“Kamiya-kun, siapa orang itu?
“Kenalanku; seorang detektif.”
“Detektif!? Kau punya kenalan seorang
detektif?”
“Banyak hal yang terjadi dimasa lalu.”
Seseorang yang baru saja ku ajak bicara
di telpon adalah Ijida Tetsuji. Alias pria tua. Satu tahun yang lalu, dia
menawariku bantuan besar pada saat kasus
menghilangnya seluruh murid di kelasku. Meskipun wajahnya tampak muram,
dan suaranya serak, dia bukanlah seorang yang buruk.
“Sekarang karena kita sudah memanggil
polisi, mari kita tetap disini dan mengamati situasinya.”
“B-Baik.”
Kamaishi setuju dengan saranku dan
memutuskan untuk menunggu polisi bersamaku. Sementara itu aku ingin tahu
tentang situasi di dalam sekolah, jadi aku menggunakan 【Space Magic】untuk memeriksanya.
Sama seperti namanya 【Space Magic】adalah skill yang memungkinkanku
memanipulasi ruang. Jika aku bisa mengendalikan ruang, maka menemukan apapun
didalamya akan menjadi lebih mudah. Mengaktifkan 【Space Magic】,
sosok para siswa yang ketakutan dan sekelompok orang bersenjata tercermin di
kepalaku.
ーーーーーーーーーーーーーーー
«
Third Person Point of View »
Di dalam salah satu ruang kelas yang
diserang oleh teroris, puluhan siswa didorong ke dinding oleh tiga orang
bersenjata mengenakan semacam topeng hitam berbentuk tengkorak yang menutupi
wajah mereka.
Salah satu dari mereka berbadan besar,
yang lainnya lumayan kurus, dan yang terakhir terbaring pingsan di lantai.
“Aah. Aku bosan. Berapa lama lagi kita
akan terus seperti ini.”
“Hentikan omelanmu. Kita harus tetap
disini sampai kita mendapatkan kelikopter. Mereka sedang mencoba bernegosiasi
sekarang. Jadi sampai saat itu tetaplah diam!”
“Tapi… menunggu seperti ini sangat
membosankan. Mungkinkah kita harus bermain dengan anak – anak ini karena kita
sudah melakukannya.”
Mengatakan itu, pria berbadan besar
menatap kearah para siswa. Saat dia meliriknya, wajah pucat bisa terlihat di
wajah para siswa yang ada disana.
“Jangan lakukan itu, Bos memerintahkan
kita untuk tidak menyentuh para sandera, atau kau mau berakhir seperti teman
kita disini?”
Orang yang terbaring pingsan dilantai
sudah menembakkan senjatanya tanpa izin, melukai seorang siswa dipundaknya. Dia
dihajar habis – habisan sampai kehilangan kesadarannya dan dibiarkan begitu
saja terbaring di lantai.
“Uh… Aku tak akan melakukan sesuatu
seperti itu, aku lebih tahu.”
“Baguslah kalau begitu.”
Tepat ketika pria kurus itu
menyelesaikan kata-katanya, sirine terdengar sampai ke dalam kelas dari luar.
“Mereka disini.”
“Yeah.”
Saat kedua pria itu berguman, teroris
lain masuk kekelas. Dia memanggil. Dia mengenakan topeng tengkorak yang berbeda dan jelas
terlihat lebih tinggi dari yang lainnya.
“Bos, polisi sudah tiba.”
“Aku bisa melihatnya. Besar Kemungkinan
murid yang melarikan diri yang memanggil mereka. Kita akan tetap memulai tahap
negosiasi sekarang.”
“Hei bos, jika kita selesai
bernegosiasi, bisakah aku membunuh beberapa polisi? Aku tak tahan dengan
kebosanan.”
“Sabar, jangan menyerang seorang
petugas tanpa alasan yang jelas. Semua yang kita lakukan adalah untuk
mendapatkankan sebuah helikopter.”
Ketua para teroris itu berbalik dan
menatap ke luar jendela. Dan melihat seluruh tempat itu telah dikepung mobil
patroli.
“Hm, ini menyenangkan, berapa lama lagi
polisi Jepang bisa bertahan.”
Senyuman mencurigakan tersirat di
wajahnya dan kemudian dia berbalik untuk berjalan kembali.
“Kalian tetap bersiap dan amati keadaan
dari sini.”
“Ya!”
“Serius, aku ingin berkeliling juga.”
Pria kurus itu dengan penuh semangat
menjawab perintah ketua teroris itu, sementara pria bertubuh kekar itu menjawab
dengan nada tak puas.
“Jangan khawatir setelah kita
mendapatkan helikopter, kalian bisa menembakkan senjata kalian sebanyak yang
kalian mau.”
Menuinggalkan kata-kata itu sebelumnya,
ketua teroris itu pergi.
« Sebelumnya | List Chapter |
Selanjutnya »
.........
BalasHapus