Chapter 04 – Tidur
Lebih Dahulu
Ketika
kami memasuki kelas, kami menyadari tak ada satu pun siswa di dalam ruangan.
Tak heran mengapa kelas itu kosong. Itu berarti upacara penerimaan masih
berlangsung. Sementara aku memikirkannya, aku menyadari bangku di sudut kanan
paling cocok untuk tidur.
“Masih
belum ada orang disini.”
Kamaishi
tampak terkejut oleh fakta itu. Namun, beberapa detik kemudian, kami mendengar
suara yang datang dari luar jendela. Tampaknya, siswa yang tersisa sedang
berjalan kembali ke kelas.
“Tampaknya
mereka sedang menuju kemari, ayo kita cari tempat duduk duluan.”
“Baik.”
Kami
mengambil tempat duduk yang sudah diatur di papan tulis dan menunggu kelas
dimulai. Karena aku sudah tahu nomon urutku, yang harus ku lakukan hanyalah
memeriksa papan tulis dan menemukan tempat dudukku berada di sudut kanan atas.
“Kamiya-kun,
kau sudah menemukan tempat dudukmu.”
“Ya.
Ini hari keberuntunganku.”
“Eh?
Kenapa?”
“Aku
bisa tidur tanpa takut mencolok.”
Itu
benar meskipun. Berdasarkan pengalaman pribadiku, sulit untuk bisa tidur di
kursi pojokan sudut kanan atas, karena guru tak bisa melihat kursi itu dari
dekat papan tulis. Ternyata aku beruntung dari hari pertamaku sekolah. Ketika
aku dengan senangnya mengungkapkan pikiran jujurku kepada Kamaishi, dia
menatapku dengan mata mencela.
“Kamiya-kun
kau harus bersikap baik dikelas.”
“Aku
tahu, aku tahu.”
Dengan
santai aku membalas peringatan Kamaishi tanpa membebaninya. Itu suatu
kebahagiaan. Kursi di sudut kanan benar-benar menakjubkan. Baiklah, mari
pastikan bagaimana nyamannya tidur di atasnya. Aku menempatkan wajahku dimeja
dan mengambil posisi tidur.
“Tunggu,
apa yang kau lakukan sekarang?! Semuanya sedang menuju kemari!”
Kamaishi
yang tercengang dengan kelakuanku duduk didepanku. Kalau dipikir-pikir ternyata
ia duduk didepanku karena nama kami berdua dimulai dengan kata ‘Kam’ di daftar.
“Tidak,
maksudku, bukankan wajar untuk memeriksa apakah tempat dudukmu nyaman untuk
tidur?”
“Tidak,
bukan!? Mengapa kau menanyakan sesuatu yang sudah jelas?!”
Hal
pertama yang ingin ku ketahui setiap kali mencoba kursi baru, apakah kursiku
nyaman untuk tidur. Aku ingat pernah tertidur di kursi pertamaku di sekolah
menengah, bahkan tidak sampai satu menit setelah aku duduk. Meskipun aku bangun
tak terlalu petang.”
“Bagaimanpun
juga, jangan tidur dan tunggu semuanya, okay?”
Karena
dia bersikeras untukku sebanyak ini, aku dengan engan menerima permintaannya
dan memutuskan tetep terjaga. Rupanya, aku tak bisa menolak permintaan gadis
imut ini. Setelah menunggu beberapa menit, para siswa masuk ke kelas, mengubah kelas
yang begitu tenang dan damai tadi, menjadi gemerisik dan bising hanya dalam
beberapa saat. Itu menyebalkan bagiku, karena aku ingin tidur. Karena aku
merasa jengkel dan dari bawah aku mendengar, seorang wanita dewasa yang
tampaknya seorang guru olahraga mengunakan jersey masuk ke kelas.
“Baik!
Semuanya hadir! Saya akan memulai kelas sekarang. Pertama, saya akan
memperkenalkan diri saya.”
Guru
yang terburu-buru berbicara setelah ia masuk, dan memperkenalkan dirinya.
“Saya
adalah wali kelas kalian, Madou Kento. Mari berteman mulai sekarang dan
seterusnya.”
Madou
adalah seorang guru wanita muda dengan gaya rambut atletik khusus. Dia
tampaknya berusia sekitar pertengahan 20 tahunan. (TL/N: “Special athletic
hairstyle” = gaya rambut atletik spesial. Ane ga terlalu ngerti.)
“Kalau
begitu, semua yang ada disini mulai perkenalkan diri sesuai nomer urut secara
bergantian.”
Dengan
instruksi Madou-sensei, sebagian besar siswa dengan lancar selesai
memperkenalkan diri mereka.
“Saya
Kamaishi Sayaka. Saya tidak dapat menghadiri upacara penerimaan karena kondisi
kesehatanku memburuk, namun, mari berteman. Senang bertemu dengan kalian.”
Para
lelaki dikelas mulai berbisik sesuatu seperti, “gadis itu imut, bukan?” setelah
mendengar Kamaishi memperkenalkan dirinya dengan sopan. Dia memang imut. Aku
sendiri berpikir dia adalah yang pertama atau yang kedua di kelas jika dilihat
dari segi penampilan. Setelah Kamaishi menyelesaikan perkenalannya, aku berdiri
dari tempat dudukku dan mulai perkenalannya.
“Kamiya
Yato. Senang bertemu dengan kalian.”
Dengan
satu kalimat itu, aku duduk kembali. Yah, itu saja yang harus aku katakan.
Jelas dan sederhana.
Sekarang setelah aku selesai, yang
tersisa tinggal tidur siang. Jadi ayo lakukan ini.
Dengan
tujuan untuk itu, aku duduk di mejaku, mengambil pososi nyaman dan pergi
kedunia mimpi. Setelah perkenalan semua siswa, walikelas kami, Madou-sensei
menjelaskan hal-hal berbeda tengan peraturan sekolah atau semacamnya. Tentu
saja aku tak mendengarnya saat itu.
—
WAKTU ISTIRAHAT —
“Yo,
Yato! Aku Bokuya Shinji. Senang bertemu denganmu.”
“Ggu…”
“S-senang
bertemu denganmu…”
“Ggu…”
“…”
—
ISTIRAHAT KEDUA —
“Kamiya-kun.
A-aku Takenaka Emi. Um… senang bertemu denganmu.”
“Ggu…”
“U-Umm…”
“Ggu…”
“…”
—
ISTIRAHAT KETIGA —
“Apa
kau Kamiya Yato? Aku Sahara Yuji. Aku seorang malaikat. Perjumpaan kita mungkin
adalah takdir. Ayo kita ubah dunia bersama!”
“Ggu…”
“D-dunia…”
“Ggu…”
“…hmm, kita akan bertemu sekali lagi.”
—PULANG
SEKOLAH—
“Hnng!
Aku beristirahat dengan baik, hm? Apa ada yang salah Kamaishi-san.”
Aku
bertanya pada Kamaishi dengan ekspresi mengantuk, tapi dia tampak terkesan.
Sebenarnya, dia terlihat tidak senang.
“Kau
bertanya padaku apa yang salah? Kenapa tadi kau tidur di kelas?”
“Apa
maksudmu? Aku sudah selesai memperkenalkan diriku, jadi kupikir itu adalah
waktu sempurna untuk tidur.”
“Bukan
itu masalahnya disini! Keberanian macam apa yang kau punya untuk bisa tidur
dari awal sampai sekolah berakhir.”
“Eh?
Sudah waktunya?”
“Ya
itu! Meskipun kita hanya punya waktu 3 jam, kau tidur setelah semuanya. Serius,
ini pertama kalinya aku bertemu seorang sepertimu. Bahkan ada beberapa teman
sekelas mencoba berbicara denganmu… yah, tapi yang terakhir tak keberatan kalau
kau tertidur.”
“Benarkah?
Kau seharusnya membangunkanku.”
“Aku
sudah mencoba melakukan itu berkali-kali! Kau sama sekali tak menaggapinya!”
Seru
Kamaishi sambil mengalihkan pandangannya kearah yang berbeda. Sikapnya saat
marah juga cukup imut, tetapi jangan sampai mengatakan itu karena akan
memperburuk masalah.
“Ya
ampun, aku juga ingin berbicara denganmu…”
“Hm?
Apakah kau mengatakan sesuatu?”
“Tak
ada!!”
Aku
tak yakin kenapa dia marah, tapi sekolah sudah berakhir, jadi ayo pulang ke
rumah. Ketika aku memutuskann untuk pergi, aku mengambil tasku dan berdiri.
“Ah,
apa kau sudah mau pergi?”
“Ya,
sampai jumpa besok, Kamaishi.”
“O-Okay,
sampai jumpa.”
Aku
meninggalkan Kamaishi, yang terlihat agak kecewa karena suatu alasan di
belakang, dan langsung pulang ke rumah.
ーーーーーーーーーーーーーーーーーーー
Keesokan
harinya, sama seperti hari sebelumnya, aku sedang tidur siang di bangku sudut
kelas. Berbicara dengan jujur, aku akan bilang kalau sulit ketahuan tidur
disini, tapi itu mungkin karena madou-sensei sangat acak dan sampai sekarang
belum memulai pelajarannya. Itu sebabnya, hari ini aku bisa tidur untuk waktu yang
lama, sampai jam istirahat makan siang
“Fuaah,
aku bisa tidur siang dengan nyenyak? Apa yang salah, Kamaishi?”
“Tidak,
aku hanya berpikir bagaimana tak ada gunanya berdebat denganmu…”
Hal
pertama yang kulihat setelah bangun adalah wajah kaget Kamaishi. Apa terjadi
sesuatu? Lebih penting lagi, ini waktunya makan. Ketika Aku mengambil kotak
bekalku dari tas, aku melihat beberapa siswa laki-laki mendekati Kamaishi.
“Kamaishi-san,
maukah kau makan bersama kami?”
“Itu
lebih baik daripada makan sendirian, ‘kan?
“Eh?
Um…n.. aku….”
Niat
mereka terlalu jelas. Kamaishi yang tak terlalu pandai berurusan dengan
laki-laki gemetar tanpa bisa berbicara sepatah kata pun.
Apakah aku harus membantunya di sini?
Sebetulnya
Aku mungkin bisa meninggalkannya sendirian untuk berurusan dengan mereka,
namun, itu pastinya akan menghasilkan celah dalam hubungan kami. Mereka tak
memberiku pulihan, jadi mari bantu dia.
“Ayo
pergi, Kamaishi. Bawa juga kotak bekalmu.”
“Eh?”
“Ayolah,
cepat. Kita tak punya banyak waktu yang tersisa.”
“B-baik.”
Kamaishi,
yang tampak bingung, mengambil kotak bekalnya dan dipaksa mengikutiku keluar
kelas. Sejauh ini seharusnya kami baik-baik saja. Setelah berjalan beberapa
saat, aku menghentikan langkahku dan berbalik menghadap Kamaishi.
“Apa
kau baik-baik saja?”
“Y-ya,
terima kasih. Seperti yang kupikirkan, aku masih buruk dalam berurusan dengan
laki-laki…”
“Semua
orang pasti pernah buruk dalam berurusan dengan sesuatu. Jangan biarkan itu
terjadi padamu. Ngomong-ngomong, jika kau seburuk itu berbicara denga
laki-laki, kenapa kau baik-baik saja dengaku?”
“Eh?
I-itu karena…”
Ketika
aku menanyakan tentang hal itu, dia membuat ekspresi gelisah yang tampak
kesulitan mendapatkan jawaban. Aku bertanya-tanya ada apa dengannya.
“Yah,
oke saja. Lebih penting lagi, apakah kau benar-benar baik-baik saja makan siang
bersamaku?”
“Eh?
Itu baik-baik saja?”
“Ya,
itu jika kau mau.”
“Aku
tak keberatan! Tidak semuanya! Tapi itu membuatku senang; aku merasa akhirnya
aku berhasil, kau tahu…”
Kamaishi
menrima ajakanku untuk makan bersama dengan semua kekuatannya. Aku tak
mendengar beberapa kata terakhirnya dengan baik, tapi kelihatannya itu hal yang
positif.
“Baiklah,
ayo pergi.”
“Ya.”
Seperti
ini, aku makan siang dengan Kamaishi.
« Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya »
Lahh
BalasHapus