Web Suka-Suka Translate Light Novel dan Web Novel

Rabu, 13 Juni 2018

My Entire Class Was Summoned to Another World Except for Me Chapter 04 - Bahasa Indonesia


Chapter 04 – Tidur Lebih Dahulu

Ketika kami memasuki kelas, kami menyadari tak ada satu pun siswa di dalam ruangan. Tak heran mengapa kelas itu kosong. Itu berarti upacara penerimaan masih berlangsung. Sementara aku memikirkannya, aku menyadari bangku di sudut kanan paling cocok untuk tidur.
“Masih belum ada orang disini.”
Kamaishi tampak terkejut oleh fakta itu. Namun, beberapa detik kemudian, kami mendengar suara yang datang dari luar jendela. Tampaknya, siswa yang tersisa sedang berjalan kembali ke kelas.
“Tampaknya mereka sedang menuju kemari, ayo kita cari tempat duduk duluan.”
“Baik.”
Kami mengambil tempat duduk yang sudah diatur di papan tulis dan menunggu kelas dimulai. Karena aku sudah tahu nomon urutku, yang harus ku lakukan hanyalah memeriksa papan tulis dan menemukan tempat dudukku berada di sudut kanan atas.
“Kamiya-kun, kau sudah menemukan tempat dudukmu.”
“Ya. Ini hari keberuntunganku.”
“Eh? Kenapa?”
“Aku bisa tidur tanpa takut mencolok.”
Itu benar meskipun. Berdasarkan pengalaman pribadiku, sulit untuk bisa tidur di kursi pojokan sudut kanan atas, karena guru tak bisa melihat kursi itu dari dekat papan tulis. Ternyata aku beruntung dari hari pertamaku sekolah. Ketika aku dengan senangnya mengungkapkan pikiran jujurku kepada Kamaishi, dia menatapku dengan mata mencela.
“Kamiya-kun kau harus bersikap baik dikelas.”
“Aku tahu, aku tahu.”
Dengan santai aku membalas peringatan Kamaishi tanpa membebaninya. Itu suatu kebahagiaan. Kursi di sudut kanan benar-benar menakjubkan. Baiklah, mari pastikan bagaimana nyamannya tidur di atasnya. Aku menempatkan wajahku dimeja dan mengambil posisi tidur.
“Tunggu, apa yang kau lakukan sekarang?! Semuanya sedang menuju kemari!”
Kamaishi yang tercengang dengan kelakuanku duduk didepanku. Kalau dipikir-pikir ternyata ia duduk didepanku karena nama kami berdua dimulai dengan kata ‘Kam’ di daftar.
“Tidak, maksudku, bukankan wajar untuk memeriksa apakah tempat dudukmu nyaman untuk tidur?”
“Tidak, bukan!? Mengapa kau menanyakan sesuatu yang sudah jelas?!”
Hal pertama yang ingin ku ketahui setiap kali mencoba kursi baru, apakah kursiku nyaman untuk tidur. Aku ingat pernah tertidur di kursi pertamaku di sekolah menengah, bahkan tidak sampai satu menit setelah aku duduk. Meskipun aku bangun tak terlalu petang.”
“Bagaimanpun juga, jangan tidur dan tunggu semuanya, okay?”
Karena dia bersikeras untukku sebanyak ini, aku dengan engan menerima permintaannya dan memutuskan tetep terjaga. Rupanya, aku tak bisa menolak permintaan gadis imut ini. Setelah menunggu beberapa menit, para siswa masuk ke kelas, mengubah kelas yang begitu tenang dan damai tadi, menjadi gemerisik dan bising hanya dalam beberapa saat. Itu menyebalkan bagiku, karena aku ingin tidur. Karena aku merasa jengkel dan dari bawah aku mendengar, seorang wanita dewasa yang tampaknya seorang guru olahraga mengunakan jersey masuk ke kelas.
“Baik! Semuanya hadir! Saya akan memulai kelas sekarang. Pertama, saya akan memperkenalkan diri saya.”
Guru yang terburu-buru berbicara setelah ia masuk, dan memperkenalkan dirinya.
“Saya adalah wali kelas kalian, Madou Kento. Mari berteman mulai sekarang dan seterusnya.”
Madou adalah seorang guru wanita muda dengan gaya rambut atletik khusus. Dia tampaknya berusia sekitar pertengahan 20 tahunan. (TL/N: “Special athletic hairstyle” = gaya rambut atletik spesial. Ane ga terlalu ngerti.)
“Kalau begitu, semua yang ada disini mulai perkenalkan diri sesuai nomer urut secara bergantian.”
Dengan instruksi Madou-sensei, sebagian besar siswa dengan lancar selesai memperkenalkan diri mereka.
“Saya Kamaishi Sayaka. Saya tidak dapat menghadiri upacara penerimaan karena kondisi kesehatanku memburuk, namun, mari berteman. Senang bertemu dengan kalian.”
Para lelaki dikelas mulai berbisik sesuatu seperti, “gadis itu imut, bukan?” setelah mendengar Kamaishi memperkenalkan dirinya dengan sopan. Dia memang imut. Aku sendiri berpikir dia adalah yang pertama atau yang kedua di kelas jika dilihat dari segi penampilan. Setelah Kamaishi menyelesaikan perkenalannya, aku berdiri dari tempat dudukku dan mulai perkenalannya.
“Kamiya Yato. Senang bertemu dengan kalian.”
Dengan satu kalimat itu, aku duduk kembali. Yah, itu saja yang harus aku katakan. Jelas dan sederhana.
Sekarang setelah aku selesai, yang tersisa tinggal tidur siang. Jadi ayo lakukan ini.
Dengan tujuan untuk itu, aku duduk di mejaku, mengambil pososi nyaman dan pergi kedunia mimpi. Setelah perkenalan semua siswa, walikelas kami, Madou-sensei menjelaskan hal-hal berbeda tengan peraturan sekolah atau semacamnya. Tentu saja aku tak mendengarnya saat itu.
   WAKTU ISTIRAHAT —
“Yo, Yato! Aku Bokuya Shinji. Senang bertemu denganmu.”
“Ggu…”
“S-senang bertemu denganmu…”
“Ggu…”
“…”
   ISTIRAHAT KEDUA —
“Kamiya-kun. A-aku Takenaka Emi. Um… senang bertemu denganmu.”
“Ggu…”
“U-Umm…”
“Ggu…”
“…”
   ISTIRAHAT KETIGA —
“Apa kau Kamiya Yato? Aku Sahara Yuji. Aku seorang malaikat. Perjumpaan kita mungkin adalah takdir. Ayo kita ubah dunia bersama!”
“Ggu…”
“D-dunia…”
“Ggu…”
 “…hmm, kita akan bertemu sekali lagi.”
—PULANG SEKOLAH—
“Hnng! Aku beristirahat dengan baik, hm? Apa ada yang salah Kamaishi-san.”
Aku bertanya pada Kamaishi dengan ekspresi mengantuk, tapi dia tampak terkesan. Sebenarnya, dia terlihat tidak senang.
“Kau bertanya padaku apa yang salah? Kenapa tadi kau tidur di kelas?”
“Apa maksudmu? Aku sudah selesai memperkenalkan diriku, jadi kupikir itu adalah waktu sempurna untuk tidur.”
“Bukan itu masalahnya disini! Keberanian macam apa yang kau punya untuk bisa tidur dari awal sampai sekolah berakhir.”
“Eh? Sudah waktunya?”
“Ya itu! Meskipun kita hanya punya waktu 3 jam, kau tidur setelah semuanya. Serius, ini pertama kalinya aku bertemu seorang sepertimu. Bahkan ada beberapa teman sekelas mencoba berbicara denganmu… yah, tapi yang terakhir tak keberatan kalau kau tertidur.”
“Benarkah? Kau seharusnya membangunkanku.”
“Aku sudah mencoba melakukan itu berkali-kali! Kau sama sekali tak menaggapinya!”
Seru Kamaishi sambil mengalihkan pandangannya kearah yang berbeda. Sikapnya saat marah juga cukup imut, tetapi jangan sampai mengatakan itu karena akan memperburuk masalah.
“Ya ampun, aku juga ingin berbicara denganmu…”
“Hm? Apakah kau mengatakan sesuatu?”
“Tak ada!!”
Aku tak yakin kenapa dia marah, tapi sekolah sudah berakhir, jadi ayo pulang ke rumah. Ketika aku memutuskann untuk pergi, aku mengambil tasku dan berdiri.
“Ah, apa kau sudah mau pergi?”
“Ya, sampai jumpa besok, Kamaishi.”
“O-Okay, sampai jumpa.”
Aku meninggalkan Kamaishi, yang terlihat agak kecewa karena suatu alasan di belakang, dan langsung pulang ke rumah.
ーーーーーーーーーーーーーーーーーーー
Keesokan harinya, sama seperti hari sebelumnya, aku sedang tidur siang di bangku sudut kelas. Berbicara dengan jujur, aku akan bilang kalau sulit ketahuan tidur disini, tapi itu mungkin karena madou-sensei sangat acak dan sampai sekarang belum memulai pelajarannya. Itu sebabnya, hari ini aku bisa tidur untuk waktu yang lama, sampai jam istirahat makan siang
“Fuaah, aku bisa tidur siang dengan nyenyak? Apa yang salah, Kamaishi?”
“Tidak, aku hanya berpikir bagaimana tak ada gunanya berdebat denganmu…”
Hal pertama yang kulihat setelah bangun adalah wajah kaget Kamaishi. Apa terjadi sesuatu? Lebih penting lagi, ini waktunya makan. Ketika Aku mengambil kotak bekalku dari tas, aku melihat beberapa siswa laki-laki mendekati Kamaishi. 
“Kamaishi-san, maukah kau makan bersama kami?”
“Itu lebih baik daripada makan sendirian, ‘kan?
“Eh? Um…n.. aku….”
Niat mereka terlalu jelas. Kamaishi yang tak terlalu pandai berurusan dengan laki-laki gemetar tanpa bisa berbicara sepatah kata pun.
Apakah aku harus membantunya di sini?
Sebetulnya Aku mungkin bisa meninggalkannya sendirian untuk berurusan dengan mereka, namun, itu pastinya akan menghasilkan celah dalam hubungan kami. Mereka tak memberiku pulihan, jadi mari bantu dia.
“Ayo pergi, Kamaishi. Bawa juga kotak bekalmu.”
“Eh?”
“Ayolah, cepat. Kita tak punya banyak waktu yang tersisa.”
“B-baik.”
Kamaishi, yang tampak bingung, mengambil kotak bekalnya dan dipaksa mengikutiku keluar kelas. Sejauh ini seharusnya kami baik-baik saja. Setelah berjalan beberapa saat, aku menghentikan langkahku dan berbalik menghadap Kamaishi.
“Apa kau baik-baik saja?”
“Y-ya, terima kasih. Seperti yang kupikirkan, aku masih buruk dalam berurusan dengan laki-laki…”
“Semua orang pasti pernah buruk dalam berurusan dengan sesuatu. Jangan biarkan itu terjadi padamu. Ngomong-ngomong, jika kau seburuk itu berbicara denga laki-laki, kenapa kau baik-baik saja dengaku?”
“Eh? I-itu karena…”
Ketika aku menanyakan tentang hal itu, dia membuat ekspresi gelisah yang tampak kesulitan mendapatkan jawaban. Aku bertanya-tanya ada apa dengannya.
“Yah, oke saja. Lebih penting lagi, apakah kau benar-benar baik-baik saja makan siang bersamaku?”
“Eh? Itu baik-baik saja?”
“Ya, itu jika kau mau.”
“Aku tak keberatan! Tidak semuanya! Tapi itu membuatku senang; aku merasa akhirnya aku berhasil, kau tahu…”
Kamaishi menrima ajakanku untuk makan bersama dengan semua kekuatannya. Aku tak mendengar beberapa kata terakhirnya dengan baik, tapi kelihatannya itu hal yang positif.
“Baiklah, ayo pergi.”
“Ya.”
Seperti ini, aku makan siang dengan Kamaishi.

1 komentar: