Chapter 05 – Masakan Kamaishi Enak
“Ayo makan!”
“Ya.”
Diatas atap, Kamaishi dan aku mulai
memakan bekal makan siang kami. Angin musim semi yang hangat bertiup dari waktu
ke waktu, menjadikan waktu yang tepat untuk makan. Mengenai kenapa kami memilih
atap? Yah, karena Kamaishi agak malu terlihat makan bersamaku. Untungnya, tak
ada orang lain disini saat kami datang. Saat kami duduk di bangku kayu, kami
membuka kotak makan siang kami.
“Kamaishi-san, keliatannya makananmu
enak. Apakah kau membuatnya sendiri?”
“Ehehe, benar. Aku membuatnya dirumah.”
Fried
Chickens, Tamagoyaki, Brokoli, dan masih banyak lagi. Hanya melihat sekilas
bekalnya membuat air liurku menetes. Seperti yang diharapkan dari seseorang
yang bisa memasak.
“Karena ibuku sepanjang waktu terlalu
sibuk dengan pekerjaannya, setiap hari aku mengatikannya membuat makanan.”
“Itu mengesankan.”
“Apa kau mau mencobanya?”
Sambil mengatakannya, Kamaishi
mengambil tamagoyaki dengan sumpitnya dan mengarahkannya ke mulutku.
“Kau yakin?”
“Ya, aku tak makan banyak. Jangan hanya
diam dan silahkan dicoba.”
Kamaishi membawa tamagoyaki lebih dekat
lagi, dan aku tak bisa berhenti berpikir tentang apa ini, atau mungkin yang
bisa terjadi. Aku tentu saja senang mencicipi masakannya, tapi bukankah ini
terlihat seperti ciuman tidak langsung?
Aku muali ragu-ragu, pandanganku
beralih antara Kamaishi dan tamagoyaki. Maksudku, aku tahu Kamaishi. Aku
mengenalnya dengan baik, karena itu dia mungkin bahkan tak memikirkannya,
Airhead sangat menakutkan, tapi tetap… (TL/N : Airhead, Maksudnya orang konyol dan
bodoh.)
*Gulp*
“Baiklah kalau begitu, akan kucoba.”
Aku membuka mulutku dan membiarkan tamagoyaki
melewati bibirku.
“…hmm. Ini sangat enak.”
“Benarkah?”
“Ya, rasanya setingkat dengan masakan
ibuku.”
“Apakah begitu. Ngomong-ngomong, apa
yang ibumu lakukan?”
“Ibuku seorang peneliti masakan.”
“Hmm… tunggu… Eeeh!?”
Aku tahu kenapa dia begitu terkejut.
Ibuku, Kamiya Shiori, seorang peneliti masakan, karena penampilannya yang
tergolong masih muda dan karena pekerjaannya, ia sering muncul di TV. Tak perlu
disebutkan bahwa keterampilan kulinernya sangat bagus dibandingkan dengan yang
rata-rata, membuatku, orang yang memakan masakannya setiap hari, sedikit
terlalu pilih-pilih jika menyangkut masalah selera, tapi bagiku untuk menguji
kemampuan memasak Kamaishi seperti ini, itu berarti ia juga pandai memasak.
Faktanya, ayahku adalah seorang prosuder TV yang bertemu ibuku untuk pertama
kalinya di tempat kerjanya. Mereka tampaknya menghabiskan waktu romantis untuk
berkerja bersama.
“Kamiya-kun, aku tak menduga ibumu
orang yang terkenal.”
“Ya, tapi aku pikir kau juga bagus
karena dapat membuat masakan seenak ini.”
“I-itu tidak benar~”
Kamishi menjawab dengan nada suara
rendah sambil tersipu.
“Apa kau mau mencicipi punyaku?”
“Eh? Apa tak apa-apa?”
“Yap, aku ingin membalas kebaikanmu.”
Aku mengambil tamagoyaki dari kotak
bekalku dan mengarahkannya ke mulut Kamaishi.
“T-tapi, aku merasa tak enak…”
“Ayolah, makan sebelum terlambat. Kau
pasti penasaran dengan masakan tangan ibuku, ‘kan?”
Masakan seorang peneliti makanan.
Mungkin karena tertarik, Kamaishi menelan ludahnya, dan tak lama kemudian, dia
membuka mulutnya dan mendekat.
“B-baiklah kalau begitu…”
Dan dia mulai menggigitnya.
“Mhm mhm… rasanya enak.”
“Ya kan?”
Bahkan jika aku mengatakannya sendiri,
masakan ibuku memang sangat enak dan kami makan siang bersama, bersenang-senang
sambil membicarakan hal-hal yang berbeda.
ーーーーーーーーーーーーーー
Bahkan setelah semua bekal kami habis,
kami tetap duduk di bangku. Panas dari matahari terasa hangat dan membawa
suasana hati yang ideal untuk tidur siang setelah selesai makan.
“Fuaah~ aku semakin mengantuk.”
“Kau masih ingin tidur setelah semua
waktu yang kau habiskan untuk tidur di kelas?”
Kamaishi menanyaiku dengan ekspresi
sedikit terkejut di wajahnya.
“Kita masih ada kelas sore. Akankah kau
baik-baik saja tidur melewatinya?
“Jangan khawatir, aku bisa
melakukannya.”
“Kenapa kau begitu sangat percaya
diri…?”
Kamaishi sepertinya bertanya-tanya
tentang bagaimana aku bisa tidur begitu lama, tapi dia tak tahu kalau aku
mengunakan semacam teknik rahasia. Tak masalah buatku. Baiklah mari kita tidur
nyenyak sore ini.
ーーーーーーーーーーーーーー
(POV
Orang ketiga)
Pelajaran sore telah dimulai, dan pada
saat yang sama, Kamiya mulai mendengkur. Penjelasan sensei bagaikan musik latar
yang enak, membiarkannya tidur nyenyak.
“Baik, Kamiya, coba selesaikan soal
ini.”
“Ggu…”
“Hei, Kamiya, bangun!”
“Ggu…”
“Bangun!!”
BAM!!
“…Nnha!”
Kamiya meringis saat dia menggosok
kepalanya, melihat buku teks yang dipegang sensei untuk memukulnya.
“Kau punya keberanian untuk tidur di
kelas, terutama setelah sekolah dimulai beberapa hari yang lalu, bukan? Aku
berasumsi, itu berarti kau yakin sudah paham tentang materinya? Aku kira kau
bisa menyelesaikan soal itu.”
Sensei itu tampak marah ketika dia
menunjuk ke papan tulis, Kamiya menatap pada persamaan dipapan tulis, dan dalam
beberapa detik dia melanjutkan berbicara.
“Jawabannya adalah 3.”
“Itu… Itu b-benar.”
Sensei terbatuk, ketika dia mengkonfirmasi
jawabanya. Tapi ketika Kamiya akan menundukkan kepalanya, sensei memanggilnya
lagi.
“Tunggu, Kamiya. Coba selesaikan soal no 03
halaman 05 di buku pelajaranmu.”
“Jawabanya adalah 8.”
“Uh… Benar, lagi.”
Tampaknya Kamiya tak mendengar teman
sekelasnya berseru riang gembira, seolah-olah mereka tengah mengolok-olok
sensei. Tentu saja itu tidak benar. Ini semua rencana Kamiya. Ketika dia naik
level, bukan hanya statusnya yang berkembang, tetapi juga keterampilan yang
berbeda. Kekuatan serangan, pertahanan, dan tentu saja, kecerdasannya, yang
memungkinkannya menghafal seluruh buku pelajaran hanya dengan membacanya.
Dengan ini, dia bisa lelap tidur tanpa dimarahi sensei dan begitulah dia jatuh
tertidur, mengabaikan wajah miring gurunya.
ーーーーーーーーーーーーーー
(Kamaishi
POV)
Hari pertama sekolah sudah berakhir.
Saat ini, aku sedang menuju apartemen dimana aku tinggal bersama ibuku.
“Aku pulang.”
“Selamat datang kembali, Sayaka.
Bagaimana sekolahmu baru-baru ini?”
“Aku pingsan karena anemia, tapi aku
bersenang-senang setelah itu.”
“Kau pingsan? Apa yang terjadi? Apa kau
baik-baik saja?”
“Ya, seorang teman sekolah membantuku,
dan aku merasa baik-baik saja.”
“Jika kau bilang begitu, aku merasa
lega. Makan malam hampir selesai, jadi taruh barang-barangmu dan cepatlah.”
“Aku mengerti. Aku akan kembali setelah
berganti pakaian.”
Setelah aku berbicara denga ibuku, aku
bergegas menuju kamarku, meletakkan tasku di lantai dan melompat ke atas tempat
tidur.
Hanya dua hari setelah sekolah dimulai,
tetapi banyak hal yang terjadi….
Ketika aku memikirkan hal itu, aku
mulai mengingat apa yang terjadi sampai sekarang.
Pingsan
karena kesehatanku yang buruk.
Diselamatkan
oleh Kamiya.
Makan
siang dengan Kamiya.
Bersenang-senang
berbicara dengan Kamiya
Tungguー lebih dari setengahnya adalah tentang
Kamiya! Ketika aku melambaikan kakiku dalam peregangan, keraguan tiba-tiba
muncul dipikirannya.
Aku
bertanya-tanya, kenapa aku baik-baik saja saat aku bersamanya.
Karena serangkaian kejadian, aku
menjadi buruk dalam berurusan dengan anak laki-laki. Aku bahkan tak dapat
melihat mata mereka, apalagi berbicara pada mereka. Jadi bagaimana dengan
Kamiya? Kalau dipikir-pikir lagi, aku bisa berbicara dengannya seperti biasa
sejak pertemuan pertama kami.
“Mungkinkah… aku menyukainya… Kyah!!
Apa yang kupikirkan?!?!”
Aku membenamkan wajahku di bantalku dan
menjatuhkan diriku di tempat tidur. Sangat memalukan mengatakannya dengan
keras. Beberapa saat setelah menenangkan diri, aku ingat saat ketika aku
mencicipi kotak makan siangnya. Itu sangat lezat. Haruskah aku mengatakan
seperti yang diharapkan dari keterampilan memasak seorang peneliti masakan? Suatu
hari aku ingin bisa memasak lebih baik lagi. Hm? Tunggu sebentar, kalau
dipikir-pikir.
Itu
adalah cuiman tidak langsung?!
Kyah!!! Apa yang kupikirkan ketika aku
melakukan itu?! sambil memikirkan itu aku mengubur wajahku di bantalku, berguling-guling
dalam kepanikan. Apa yang harus kulakukan? Apa mungkin dia menganggapku aneh?
Aku yang didorong kegelisahan seperti itu, tetapi segera, aku mengumpulkan
ketenanganku dan melanjutkan pikiranku.
“Dia sungguh luar biasa… dalam banyak
hal.”
Seperti bagaimana dia bisa tidur
dikelas sampai tengah hari setelah menyelesaikan perkenalannya, atau bagaimana
ibunya adalah orang yang terkenal, dan
dia terlalu cerdas untuk orang yang menghabiskan sebagaian waktunya
untuk tidur.
“Aku… akan mencoba berbicara dengannya lagi
besok…”
Aku berkata pada diriku sendiri
dikamarku.
« Sebelumnya | List Chapter |
Selanjutnya »
Awkwkwk mantap
BalasHapus