Web Suka-Suka Translate Light Novel dan Web Novel

Selasa, 10 Juli 2018

Konjiki no Wordmaster Chapter 154 - Bahasa Indonesia

Chapter 154 - Sebuah Percakapan di Dalam Penjara

“Aku mengerti, jadi pihak lain menerimanya..... itu bagus. Untuk saat ini, kita dapat mengatakan kalau semuanya berjalan dengan baik.” (Eveam)
Eveam lega mendengar jawaban yang mereka terima dari para Beastmen. Dengan cara ini, tidak akan ada lagi kematian yang dibutuhkan untuk kedua belah pihak. Tentu saja, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada Evila jika mereka kalah.
Untuk jaga-jaga, mereka telah menggunakan Contract Roll untuk perjanjian dan di dalamnya terdapat janji untuk tidak sembarangan membunuh orang-orang yang kalah atau melakukan tindakan lain semacamnya. Meski begitu, kemungkinan kalau mereka akan dapat terus hidup sampai sekarang sangatlah rendah.

“Yang kalah harus mematuhi perintah si pemenang”. Dengan kata lain, yang kalah pada dasarnya harus menjadi bawahan si pemenang. Namun, perjanjian ini tak sempurna. Ada kemungkinan pihak lain akan melakukan bunuh diri dan mengkhianati yang menang.
Namun, rasa kegelisahan itu dihalau oleh Aquinas.
“Mereka tidak akan pernah menarik kembali kata-kata mereka setelah mereka memutuskannya. Aku percaya itu adalah kebanggaan Gabranth. Itu sebabnya, hingga saat ini, tidak pernah ada situasi di mana mereka mengkhianati seseorang. Setidaknya, jika Beast King saat ini menerima permintaan kita, mereka kemungkinan akan mengikutinya karena alasan emosional. Dan jika kita menang, Yang Mulia tidak punya niat untuk menindas mereka, ‘kan?” (Aquinas)
“Tentu saja.” (Eveam)
“Maka dari itu, tidak perlu merasa tidak puas. Yang tersisa hanyalah meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan mereka dengan cara yang memungkinkan mereka memahami niat kita yang sebenarnya, kan?” (Aquinas)
“Aku mengerti... ya, itu benar.” (Eveam)
“Tapi, untuk melakukan itu, kita harus menang dengan segala cara.” (Aquinas)
“Ya, kau benar sekali. Mari kalahkan mereka secara langsung, jujur ​​dan adil!” (Eveam)
Melihat Eveam yang mengepalkan tinjunya dengan kuat, Aquinas menghembuskan nafas saat wajahnya rileks.
“Tapi, untuk berpikir kita akan memilih metode semacam ini. Rahang Marione turun seolah-olah tidak akan pernah bisa menutup lagi, kan? ”(Aquinas)
“Ha ha ha. Sebenarnya, metode ini disarankan...... oleh Hiiro.” (Eveam)
“Hiiro?” (Aquinas)
“Y-Ya.” (Eveam)
Isi dari apa yang diminta Eveam dari Gabranth saat ini, adalah bagian dari rencana yang dibuat oleh Hiiro. Ketika dia berbicara dengan Hiiro, dia keceplosan bagaimana dia inginnya menyelesaikan perang ini dengan damai.
Pada saat itu, Hiiro tertawa dan menggodanya, sambil mengatakan padanya kalau dia berbicara terlalu naif. Secara alami, Eveam mengerti apa yang ingin dikatakan Hiiro. Namun, dia tidak setuju dengan ucapannya dan marah.
Setelah Eveam menjadi cemberut untuk waktu yang singkat, Hiiro mengucapkan kata-kata ini padanya.
“Tidak ada yang namanya perang yang tidak menyakiti siapa pun. Jika kau tidak ingin ada yang terluka, maka kau harus membuatnya sehingga tidak ada alasan untuk memulai perang.” (Hiiro)
Itu wajar saja. Sebagai sebuah tanggapan, dia memberi tahu Hiiro kalau dia juga telah berusaha keras untuk melakukan itu.
“Begitu perang dimulai, tidak ada jaminan kalau kau dapat menghentikannya tanpa adanya jatuh korban. Namun, kerusakan bisa dikurangi tergantung pada lawanmu. Aku punya sebuah ide. Yah, mungkin aku harus menyebutnya semacam khayalan naifku, dan itu adalah sebuah rencana bodoh yang mungkin bisa ditemukan dalam manga aksi berdarah panas atau semacamnya, tapi......” (Hiiro)
Setelah mengatakan itu, dia dengan enggan mulai mengajarinya tentang metode yang digunakan saat ini.
“Hou, jadi saran tak masuk akal ini dari Hiiro, kah?” (Aquinas)
Saat dia mengatakan itu, Aquinas memberikan ekspresi yang tampaknya sangat puas.
“Tetap saja, aku terkejut kau memutuskan untuk pergi dengan rencana itu.” (Aquinas)
“Itu tak bisa ditolong lagi kan? Pada tingkat ini, kita akan terus berjuang sampai salah satu dari kita hancur. Hal seperti itu sama sekali tak ada gunanya. Dalam kasus ini, aku berpikir jika kita pergi ke tempat musuh berada, mereka mungkin akan bersedia mendengarkan apa yang akan kita katakan.” (Eveam)
“Aku mengerti, jadi metode tepat karena lawannya adalah Gabranth, kah?” (Aquinas)
“Ya, meskipun cara ini tentu saja tak akan berakhir dengan sama sekali tak ada yang cedera, setidaknya, kita bisa mengurangi kerusakan minimal mungkin. Dan juga, tak seperti lawan kita, saran itu jelas-jelas tidak menguntungkan bagi pihak kita. Jika kita bisa mengalahkan mereka, pihak lawan tidak akan bisa mengatakan apa-apa tentang itu.” (Eveam)
“Fu.. tampaknya kau cukup bertekad.... Apa itu juga karena Hiiro?” (Aquinas)
“U-Umu. Yah, ya.” (Eveam)
Dia melihat ke arah lain karena malu.
“Yah, tentunya mereka punya keuntungan, tetapi jika mereka kalah meski berada dalam posisi yang menguntungkan, bahkan seorang Gabranth harus mengakuinya. Yaitu, kekalahan mereka sendiri.” (Aquinas)
“Ah, Hiiro juga mengatakan itu!” (Eveam)
Aquinas menatap Eveam, yang dengan riang menunjukkan senyumnya. Menyadari tatapan Aquinas, dia buru-buru berpaling darinya saat wajahnya menjadi sangat memerah.
“……Fuu.” (Aquinas)
Eveam melihat Aquinas, yang menyunggingkan senyuman yang sepertinya memiliki makna tersembunyi di dalamnya.
“Hei, apakah ada yang ingin kau katakan?!” (Eveam)
“Tidak, kau harus tetap seperti itu dan terus mengubah dirimu sedikit demi sedikit.” (Aquinas)
Ekspresinya sedikit mirip dengan orang tua yang mengawasi anaknya dengan penuh kasih sayang.
“Eh.. apa y....?” (Eveam)
Saat Eveam berbicara, Aquinas berbalik dan mulai berjalan ke tempat lain.
“Mau kemana kau, Aquinas?” (Eveam)
“.…Aku hanya ingin jalan-jalan.” (Aquinas)
Dia menatap punggung Aquinas saat dia pergi.
“....Apa itu semua tentang..?” (Eveam)
Dia memiringkan wajahnya yang masih panas dalam kebingungan.
* * *
“Funya~, Tubuhku masih sakit-nya~” (Crouch)
Orang yang mengatakan itu, yang saat ini tengah berbaring di atas tumpukan jerami sambil berguling-guling adalah salah satu dari Three Warriors, Crouch.
Setelah dikalahkan oleh Hiiro, dia dibawa sebagai tawanan perang dan dijebloskan ke penjara.
“Uhh~ seperti yang diharapkan, tubuhku masih putih-nya~” (Crouch)
Menatap tangannya, dia mendesah, bulunya, yang seharusnya berwarna hitam, saat ini berwarna putih seperti salju.
“Ini adalah Rebound karena memanggil tembakan besar sekaligus, -nya~... aku mungkin akan tetap seperti ini sampai bulan purnama berikutnya.” (Crouch)
Selain itu, tidak hanya bulunya yang berubah putih, tinggi badannya juga jelas-jelas berubah. Ketika dia berkulit hitam, tubuhnya kokoh dan tinggi, tapi sekarang, dia tidak lebih tinggi dari seorang anak kecil. Dadanya juga sedikit membengkak. Ini jelas adalah tubuh seorang gadis.
“Uhh~ aku bosan-nya~” (Crouch)
Crouch berguling-guling dan kemudian tiba-tiba berhenti. Dia kemudian mulai mengingat orang itu.
“……Hiiro... kah?” (Crouch)
Setelah bertarung dengannya, Crouch mengingat orang yang telah mengalahkan dirinya dengan kekuatannya yang luar biasa.
“Jubah merah... Kacamata... Dan juga, aroma itu.” (Crouch)
Ketika mereka bertarung, aroma Hiiro memasuki hidungnya dan dia merasakan sebuah ketidaknyamanan.
“Kenapa dia mempunyai bau seperti Tarou-nya~?” (Crouch)
Sayangnya, tidak ada yang menyangkal, “Itu karena mereka adalah orang yang sama.” Ketika pertama kali dia bertemu Hiiro, dia menyamar sebagai seorang Beastmen dan menolak memberitahukan nama aslinya, malah menyebut dirinya Tanaka Tarou. Namun, jubah merah, kacamata, dan aromanya sama.
Itulah mengapa dia tidak perlu bingung. Jika dia tahu Hiiro bisa mengubah penampilannya, dia akan segera tahu alasannya, tapi sayangnya, Crouch tidak menyadari kenyataan itu.
“……Aah! Lupakan!” (Crouch)
Dia berguling-guling lagi.
“Siapa yang peduli-nya! Lebih penting lagi, aku ingin melawannya lagi-nya! Aku ingin bertemu dengan Hiiro-nya!” (Crouch)
Suara nyaringnya bergema di seluruh penjara. Beastmen lain, yang tertangkap dan dipenjara di sana berkata, “Ah, dia kesal lagi.” Dan desahan jengkel bisa terdengar dari semua tempat.
Karena hal ini telah terjadi beberapa kali, penjaga penjara juga menyerah pada suasananya dan pasrah, karenanya mereka hanya bisa mengangkat bahu mereka. Akan tetapi, itu tak seperti mereka bisa meninggalkannya tanpa memberikan kata-kata peringatan sama sekali.
“Hei, bisa tenang sedikit, kan?” (Penjaga Penjara)
Nada penjaga agak lemah lembut, mungkin karena penampilan Crouch jelas seperti anak kecil. Meskipun dia jelas-jelas adalah seorang musuh, masih terasa canggung untuk memperlakukan seorang anak kecil secara sepihak sebagai sasaran kebencian mereka.
“Uu~ Panggil Hiiro ke sini-nya~” (Crouch)
“Aku sudah memberitahumu kalau itu tak mungkin, ‘kan? Orang itu adalah penyelamat negara, dan benar-benar layak disebut seorang pahlawan. Tidak mungkin aku membawanya ke tempat seperti ini.” (Penjaga Penjara)
“Nya? Apa Hiiro itu terkenal-nya?” (Crouch)
“Yah, aku rasa begitu. Semua orang yang melihatnya bertarung secara langsung pasti akan mengatakannya. Terlebih lagi, orang itu meledakkan jembatan seorang diri, kau tahu? Dia melakukan itu untuk kami Evila, jika kami tidak memanggilnya pahlawan, lalu kami harus memanggilnya apa?” (Penjaga Penjara)
Mata Penjaga Penjara berkilauan, menatap ke kejauhan dengan iri.
“Jembatan!? Sendirian?! Luar biasa......” (Crouch)
Crouch tahu kalau ada cukup banyak kekuatan yang digunakan untuk mempertahankan jembatan. Untuk menembus pertahanan itu saja, mata Crouch berkilauan memikirkan Hiiro, yang telah berhasil menghancurkan jembatan itu sendirian.
Crouch sama sekali tidak meragukan kata-kata pria itu. Dia mampu menilai kalau dia serius berdasarkan penampilannya.
“Kau tahu, apa yang lebih mengejutkan adalah kenyataan kalau orang itu sebenarnya adalah seorang Humas.” (Penjaga Penjara)
“…heh? Apa yang kau maksud dengan seorang Humas, -nya?” (Crouch)
“Yah, sepertinya dia mampu menggunakan sihir perubahan, tapi penampilan aslinya adalah seorang Humas . Namun, untuk berpikir ada orang seperti itu di antara manusia. Dia benar-benar berbeda dari manusia yang ada di Victorias. Ah, tapi orang itu juga berasal dari Victorias..... apa baik-baik saja untuk mengatakan itu?” (Penjaga Penjara)
“……Apa maksudmu-nya?” (Crouch)
Wajah Crouch berubah serius ketika dia mulai menggali informasi. Pria itu, yang terperangkap di dunianya sendiri, tidak memperhatikannya. Dia dimabukkan oleh kata-katanya sendiri.
“Tidak ada. Hanya saja dia tampaknya telah dipanggil bersama dengan para pahlawan.” (Penjaga Penjara)
“………” (Crouch)
“Yah, sepertinya dia bukan seorang pahlawan. Mereka bilang kalau dia entah bagaimana diseret ke dalam pemanggilan, jadi dia datang ke sini... Oi, apa kau mendengarkanku?” (Penjaga Penjara)
Melihat kalau dia tidak membalas, dia menjadi penasaran dan mengintip ke selnya. Tidak seperti sebelumnya, dia diam-diam berbaring di atas jerami. Melihat penampilannya saat ini, dia memperoleh kesadarannya dan mendapatkan kembali ketenangannya.
“Sial. Apakah itu baik-baik saja untuk mengatakan semua itu padanya?” (Penjaga Penjara) (TL/N : Wkwkwk akhirnya sadar juga nih penjaga penjara :v)
Menyadari kalau dia tidak sengaja memanas dan membocorkan informasi ke musuh, penjaga penjara menjadi gelisah. Namun, melihat dia tidak bergerak, dia berpikir mungkin saja dia sudah tertidur. Dia menggenggam tangannya dalam doa, berharap di dalam hatinya kalau Crouch akan melupakan semuanya. Setelah itu, seperti biasa, dia melanjutkan pekerjaannya.
Namun, Crouch tidak berencana melupakan apapun tentang percakapan tadi. Alasannya karena sekarang, dia tahu kalau Hiiro dan Tarou saling berhubungan.
(Sihir perubahan.... Aku mengerti, -nya..... jadi mereka adalah orang yang sama, -nya!) (Crouch)
Dia merasakan kegembiraan membengkak di dalam hatinya. Akibatnya, keinginan sebelumnya untuk melihatnya semakin kuat.
Belum lagi, dia mendengar sebuah cerita yang menarik.
(Tidak hanya itu, tapi untuk berpikir dia adalah seseorang dari dunia lain..... sungguh menarik-nya! Hiiro benar-benar menarik-nya!) (Crouch)
Crouch tersenyum, saat pipinya merona.
“Nyahaha……Nyahaha…… Nyahaha……” (Crouch)
Untuk sementara, hanya tawanya yang bisa terdengar di seluruh penjuru penjara. Secara kebetulan, ketika penjaga penjara menemukan suara tawanya yang menyeramkan, tampaknya mereka tetap terdiam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar