Web Suka-Suka Translate Light Novel dan Web Novel

Rabu, 11 Juli 2018

Konjiki no Wordmaster Chapter 155 - Bahasa Indonesia


Chapter 155 - Pengunjung Tak Terduga

……Gemetar!?
Liliyn menanyai Hiiro ‘apa terjadi sesuatu?’ karena dia tiba-tiba menjatuhkan buku yang sedang dibacanya.
“Tidak, bukan apa-apa.” (Hiiro)
“Benarkah?” (Liliyn)
Hiiro yang merasa menggigil curiga ada seseorang sedang menatapnya. Selain itu, akan lebih baik jika itu bukan seorang yang merepotkan.
(……Mari kita jadikan itu sebagai imajinasiku saja.) (Hiiro)
Menyeka perasaan buruk itu, dia sekali lagi menatap buku itu.
Hiiro dan yang lainnya tinggal di satu kamar di dalam Istana Raja Iblis. Dia tinggal di sebuah ruangan besar yang dia pinjam untuk sementara waktu. Ketika dia diminta menempati ruangan itu untuk beristirahat, dia dengan riang menerima permintaan itu.

Alasan terbesar mengapa dia setuju adalah karena dia mendapat informasi tentang situasi terakhir perang, tetapi juga karena dia bisa memakan semua makanan yang dia inginkan.
Sambil membaca buku, dia melihat ke arah Nikki yang duduk dalam posisi bersujud di lantai. Tubuhnya ditutupi oleh cahaya biru. Dan yang mengambang di depannya adalah sebuah bola seukuran bola tenis. Cahaya yang menyelimutinya terhubung ke bola mengambang itu.
“Kau kacau, Baka-Deshi.” (Hiiro)
“Y-Yeah desuzo.” (Nikki)
Dari dahinya sedikit keringat yang merembes keluar. Dia menggigit giginya dengan mata tertutup dan entah bagaimana tampak terlihat kesakitan.
“Ho~, Nikki sekarang sudah bisa mengendalikan sihir.” (Liliyn)
Mendengar kata-kata Liliyn, Nikki tersenyum lebar dan memandang ke arahnya. Tapi,
Creak!
Tiba-tiba bola itu tersentak, dan dia dengan sendirinya memalingkan wajahnya.
“……Ini masih jauh dari keberhasilanmu.” (Liliyn)
Liliyn mengangkat bahunya keheranan.
“Au~......” (Nikki)
“Ini terjadi karena kau kehilangan konsentrasimu. Lakukan lagi dari awal.” (Hiiro)
“Y-Ya desuzo......” (Nikki)
Dia dengan sedih mengangguk pada kata-kata Hiiro.
“Mumumu.” (Nikki)
Hiiro menatap Nikki yang sekali lagi mulai berkonsentrasi dengan matanya yang tertutup.
(Kalau dipikir-pikir lagi, itu sudah lama sejak aku membawanya.) (Hiiro)
Dia mengingat pertemuan pertamanya dengan Nikki yang putus asa mencoba mengendalikan kekuatan sihirnya. Pada awalnya, ekspresinya seperti mayat, tidak menunjukkan emosi. Seseorang tidak bisa mengetahui apakah dia hidup atau tidak.
Meskipun Nikki adalah manusia, dia dibesarkan oleh monster di benua Iblis. Suatu hari monster yang membesarkannya dibunuh oleh monster lain.
Bagi Nikki, itu sama seperti kehilangan orang tuanya. Setelah hidup sendiri untuk sementara waktu, dia mengalami kejadian yang tidak terduga.
Saat itulah, Hiiro yang menyelamatkannya. Karena beberapa kenyataan aneh dia disukai oleh Nikki, dan dia ingin menjadi murid Hiiro.
Tentu saja, awalnya Hiiro menolaknya, namun entah mengapa pada akhirnya dia menerimanya.
(Simpati…… apa karena itu? Itu bukan karakterku.) (Hiiro)
Ya, pada saat itu apa yang dia rasakan terhadap Nikki tak diragukan lagi adalah rasa simpati. Dia pikir itu akan menarik untuk membuatnya menjadi muridnya sembari melihat Nikki yang menempel di pinggangnya.
Setelah Hiiro memutuskan sesuatu, dia tak akan menyesalinya nanti. Dia tidak suka menyalahkan orang lain sebagai alasan untuk pilihan yang dia buat sendiri.
Dia telah memutuskan untuk bertanggung jawab atas pilihan yang dia buat sendiri. Dan selama dia berpikir untuk membiarkan Nikki tumbuh, dia akan menjaganya sampai Nikki bisa hidup mandiri.
Dan sebagai manusia yang menonjol di benua Iblis, dia mengubah wujudnya menjadi ras Imp dengan menggunakan Word Magicnya. Ketika Nikki tiba-tiba meminta bukti hubungannya dengan Shishou, Hiiro menggunakan Word Magicdan menulis 文献|Literature pada kain yang mirip dengan seragam kain bela diri.
Setelah itu, Mikazuki juga meminta bukti, jadi dia melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan pada Nikki.
(Entah kenapa anak-anak kecil selalu muncul di sekitarku? Dan semuanya adalah seorang gadis?) (Hiiro)
Hiiro mengalihkan tatapannya ke arah Nikki dan saat dia mengalihkan pandangannya ke arah Liliyn, dia diserang oleh tatapan yang luar biasa seolah-olah dia sedang diejek oleh Liliyn.
(……Dia punya intuisi yang bagus) (Hiiro)
Menjaga poker facenya yang biasa, Hiiro menghembuskan napas dan sekali lagi berkonsentrasi pada bukunya.
Pintu terbuka dan seorang yang berisik masuk.
“Maaaaaaster! Mikazuki telah kembali!” (Mikazuki)
Hiiro dengan sigap menghindari Mikazuki.
“Apa!?” (Mikazuki)
Dan seperti itulah Mikazuki berakhir dengan mencium lantai.
“Fuaa! I-Itu sakit~! Shishou jahat! Peluk aku!” (Mikazuki)
“Diam. Di sini panas sekali, jadi jangan menempel padaku.” (Hiiro)
“Itu benar Mikazuki! Hanya aku yang bisa memeluk Shishou!” (Nikki)
“Itu salah! Hanya Mikazuki yang bisa memeluk Shishou! Nikki bisa melanjutkan latihannya!” (Mikazuki)
“Apa, Apa yang kau bilan~g?” (Nikki)
Hiiro mendesah sembari melihat pertengkaran yang tidak ada manfaatnya di antara keduanya.
“Nufofofofo! Saya telah kembali, My Lady!” (Silva)
"Aa." (Liliyn)
“Oho! Saya terkesan bahkan oleh kata-kata dingin darimu My Lady! Nufofofofo!” (Silva)
"Hiiro, dia sangat menjengkelkan, hentikan dia menggunakan Word Magic milikmu." (Liliyn)
“Itu kasar! Itu memang kasar! Nufofofofo!” (Silva)
Liliyn mengarahkan pandangannya ke arah Shamoe yang berdiri di samping Bulter Hentai itu.
“Terima kasih sudah mengumpulkan informasi. Jadi bagaimana situasinya sekarang?” (Liliyn)
“I-Itu......” (Shamoe)
Shamoe menatap pintu dengan wajah yang mengatakan 'Sulit untuk mengatakan'.
“Nh? Apa seseorang di sana?” (Liliyn)
Seseorang tiba-tiba masuk melalui pintu. Hiiro mengernyitkan alisnya sementara Liliyn membuat ekspresi suram.
“Ho, kami punya tamu langka di sini. Tidak, sebenarnya, kamilah tamu di sini.” (Hiiro)
Mengatakan itu Hiiro menutup bukunya.
“Aku ingin berbicara denganmu sebentar.” (Aquinas)
Mendengar ucapan itu, Hiiro menatap Aquinas dengan tatapan yang menyelidiki. Liliyn sendiri menunjukkan suasana hati yang tidak menyenangkan. Silva yang tadinya tertawa juga lebih berhati-hati.
“Denganku? Hanya kita berdua?” (Hiiro)
"Ya." (Aquinas)
Suara keras seseorang yang menghentak lantai terdengar. Hiiro menyadari itu adalah kerjaan Liliyn.
“Jangan bercanda... Aku sudah memberitahumu... jangan menaruh tanganmu di bisnis kami.” (Liliyn)
Hiiro melebarkan matanya melihat Liliyn memancarkan permusuhan terhadap Aquinas.
(Aku pikir mereka kenalan tetapi rasanya tak seperti itu bahkan lebih dari itu) (Hiiro)
Dia tiba-tiba teringat. Itu ada di nama mereka. Ketika ia mengintip status Aquinas, ia merasakan beberapa perasaan tidak enak. Dia akhirnya mengingatnya.
Liliyn Li Reysis Red Rose dan Aquinas Li Reysis Phoenix. Itu adalah 'Li Reysis' yang sama persis di kedua nama mereka.
(Dan jika aku melihatnya dengan teliti.... mereka berdua.... terlihat mirip.) (Hiiro)
Rambut merah mereka tampak mirip satu sama lain, terutama bagian mata mereka terlihat sama. Dan mereka berdua memiliki atmosfer serupa juga. Hiiro mencoba menebak hubungan mereka, sementara keduanya saling menatap dan berbicara.
“Jangan khawatir. Ini tidak seperti aku ingin ikut campur dalam bisnismu. Aku datang hanya untuk berbicara dengannya.” (Aquinas)
“……Benarkah?” (Liliyn)
Aquinas menghembuskan nafas sembari menatapnya.
“Yah, aku juga punya sebuah permintaan.” (Aquinas)
“Baiklah! Mungkin saja itu akan menjadi permintaan yang merepotkan, ‘kan? Jadi selesaikan saja sendiri!” (Liliyn)
“Aku bisa melakukan itu, tapi jika aku melakukannya, mungkin aku tidak bisa memenuhi janji yang aku buat padanya.” (Aquinas)
Hiiro yang tetap diam, bereaksi terhadap kata-kata itu.
“Apa maksudmu?” (Hiiro)
“Kelanjutan dari cerita hanya akan ada di antara kita? Jadi apa itu? Maukah kau menerimanya atau tidak?” (Aquinas)
“Kuu! Kau seorang pengecut Aquinas! Jika kau mengatakannya seperti itu maka Hiiro akan...!” (Liliyn)
“Aa, aku akan menerima tawaran itu.” (Hiiro)
Hiiro dengan mudah menerima tawaran itu.
“Ah Mou! Baiklah, itu berakhir seperti itu!” (Liliyn)
“My Lady, tolong tenanglah.” (Silva)
“Eei! Bagaimana aku bisa tetap tenang dengan kejadian ini!?” (Liliyn)
Kata-kata Silva tidak berhasil dan Liliyn menjadi cemberut. Tapi yang mengejutkan adalah dia mengalihkan perhatiannya pada Hiiro.
“Aka-Loli, aku tidak tahu apa yang terjadi antara kau dan dia, tapi akulah yang harus memilih keputusanku di sini bukan kau.” (Hiiro)
“T-Tapi Hiiro, pria ini......” (Liliyn)
Hiiro mengangkat tangannya dan memberi isyarat untuk tak berbicara lagi.
“Sebenarnya, aku sudah bisa menebak apa permintaannya itu.” (Hiiro)
“B-Benarkah?” (Liliyn)
Liliyn membuat ekspresi kosong dalam sekejap. Aquinas membuat wajah paham, seperti mengatakan ‘Seperti yang diharapkan’.
“Aa, jadi kalian tunggu di sini. Ayo kita pergi Aka kami.”
“Ya.” (Aquinas)
Tepat sebelum Hiiro akan pergi,
“H-Hei Hiiro.” (Liliyn)
Hiiro menghentikan langkahnya dan bertanya “Apa?”
“Seharusnya baik-baik saja untuk mengetahui itu, kau....... tapi beritahu kami jika terjadi sesuatu.” (Liliyn)
Secara tak langsung berarti dalam kasus Mikazuki atau Nikki, mereka tidak dapat bergerak dan kata yang digunakan pada mereka harus diaktifkan.
Hiiro melirik sekilas ke teman-temannya. Ketika dia melihat mereka, dia melihat Nikki dan Mikazuki menatapnya dengan wajah khawatir.
tap.... tap.... Hiiro menyodok kepala mereka dengan jari telunjuknya.
“Tunggu dengan sabar.” (Hiiro)
Setelah mendengar kata-kata Hiiro, keduanya merasa diyakinkan. Dan kemudian, Hiiro dibawa keluar ruangan oleh Aquinas.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar