Chapter 155 - Pengunjung Tak Terduga
……Gemetar!?
Liliyn menanyai Hiiro ‘apa terjadi
sesuatu?’ karena dia tiba-tiba menjatuhkan buku yang sedang dibacanya.
“Tidak, bukan apa-apa.” (Hiiro)
“Benarkah?” (Liliyn)
Hiiro yang merasa menggigil curiga ada seseorang
sedang menatapnya. Selain itu, akan lebih baik jika itu bukan seorang yang
merepotkan.
(……Mari kita jadikan itu sebagai
imajinasiku saja.) (Hiiro)
Menyeka perasaan buruk itu, dia sekali
lagi menatap buku itu.
Hiiro dan yang lainnya tinggal di satu
kamar di dalam Istana Raja Iblis. Dia tinggal di sebuah ruangan besar yang dia
pinjam untuk sementara waktu. Ketika dia diminta menempati ruangan itu untuk
beristirahat, dia dengan riang menerima permintaan itu.
Alasan terbesar mengapa dia setuju
adalah karena dia mendapat informasi tentang situasi terakhir perang, tetapi
juga karena dia bisa memakan semua makanan yang dia inginkan.
Sambil membaca buku, dia melihat ke
arah Nikki yang duduk dalam posisi bersujud di lantai. Tubuhnya ditutupi oleh
cahaya biru. Dan yang mengambang di depannya adalah sebuah bola seukuran bola
tenis. Cahaya yang menyelimutinya terhubung ke bola mengambang itu.
“Kau kacau, Baka-Deshi.” (Hiiro)
“Y-Yeah desuzo.” (Nikki)
Dari dahinya sedikit keringat yang
merembes keluar. Dia menggigit giginya dengan mata tertutup dan entah bagaimana
tampak terlihat kesakitan.
“Ho~, Nikki sekarang sudah bisa
mengendalikan sihir.” (Liliyn)
Mendengar kata-kata Liliyn, Nikki
tersenyum lebar dan memandang ke arahnya. Tapi,
Creak!
Tiba-tiba bola itu tersentak, dan dia
dengan sendirinya memalingkan wajahnya.
“……Ini masih jauh dari keberhasilanmu.”
(Liliyn)
Liliyn mengangkat bahunya keheranan.
“Au~......” (Nikki)
“Ini terjadi karena kau kehilangan
konsentrasimu. Lakukan lagi dari awal.” (Hiiro)
“Y-Ya desuzo......” (Nikki)
Dia dengan sedih mengangguk pada
kata-kata Hiiro.
“Mumumu.” (Nikki)
Hiiro menatap Nikki yang sekali lagi
mulai berkonsentrasi dengan matanya yang tertutup.
(Kalau dipikir-pikir lagi, itu sudah
lama sejak aku membawanya.) (Hiiro)
Dia mengingat pertemuan pertamanya
dengan Nikki yang putus asa mencoba mengendalikan kekuatan sihirnya. Pada
awalnya, ekspresinya seperti mayat, tidak menunjukkan emosi. Seseorang tidak
bisa mengetahui apakah dia hidup atau tidak.
Meskipun Nikki adalah manusia, dia
dibesarkan oleh monster di benua Iblis. Suatu hari monster yang membesarkannya
dibunuh oleh monster lain.
Bagi Nikki, itu sama seperti kehilangan
orang tuanya. Setelah hidup sendiri untuk sementara waktu, dia mengalami
kejadian yang tidak terduga.
Saat itulah, Hiiro yang
menyelamatkannya. Karena beberapa kenyataan aneh dia disukai oleh Nikki, dan
dia ingin menjadi murid Hiiro.
Tentu saja, awalnya Hiiro menolaknya, namun
entah mengapa pada akhirnya dia menerimanya.
(Simpati…… apa karena itu? Itu bukan
karakterku.) (Hiiro)
Ya, pada saat itu apa yang dia rasakan
terhadap Nikki tak diragukan lagi adalah rasa simpati. Dia pikir itu akan
menarik untuk membuatnya menjadi muridnya sembari melihat Nikki yang menempel
di pinggangnya.
Setelah Hiiro memutuskan sesuatu, dia
tak akan menyesalinya nanti. Dia tidak suka menyalahkan orang lain sebagai
alasan untuk pilihan yang dia buat sendiri.
Dia telah memutuskan untuk bertanggung
jawab atas pilihan yang dia buat sendiri. Dan selama dia berpikir untuk
membiarkan Nikki tumbuh, dia akan menjaganya sampai Nikki bisa hidup mandiri.
Dan sebagai manusia yang menonjol di
benua Iblis, dia mengubah wujudnya menjadi ras Imp dengan menggunakan 《Word
Magic》nya. Ketika Nikki tiba-tiba meminta
bukti hubungannya dengan Shishou, Hiiro menggunakan 《Word
Magic》dan menulis 『文献』|『Literature』 pada kain yang mirip dengan seragam
kain bela diri.
Setelah itu, Mikazuki juga meminta
bukti, jadi dia melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan pada Nikki.
(Entah kenapa anak-anak kecil selalu
muncul di sekitarku? Dan semuanya adalah seorang gadis?) (Hiiro)
Hiiro mengalihkan tatapannya ke arah
Nikki dan saat dia mengalihkan pandangannya ke arah Liliyn, dia diserang oleh
tatapan yang luar biasa seolah-olah dia sedang diejek oleh Liliyn.
(……Dia punya intuisi yang bagus)
(Hiiro)
Menjaga poker facenya yang biasa, Hiiro
menghembuskan napas dan sekali lagi berkonsentrasi pada bukunya.
Pintu terbuka dan seorang yang berisik
masuk.
“Maaaaaaster! Mikazuki telah kembali!”
(Mikazuki)
Hiiro dengan sigap menghindari
Mikazuki.
“Apa!?” (Mikazuki)
Dan seperti itulah Mikazuki berakhir
dengan mencium lantai.
“Fuaa! I-Itu sakit~! Shishou
jahat! Peluk aku!” (Mikazuki)
“Diam. Di sini panas sekali, jadi
jangan menempel padaku.” (Hiiro)
“Itu benar Mikazuki! Hanya aku yang
bisa memeluk Shishou!” (Nikki)
“Itu salah! Hanya Mikazuki yang bisa
memeluk Shishou! Nikki bisa melanjutkan latihannya!”
(Mikazuki)
“Apa, Apa yang kau bilan~g?” (Nikki)
Hiiro mendesah sembari melihat
pertengkaran yang tidak ada manfaatnya di antara keduanya.
“Nufofofofo! Saya telah kembali, My
Lady!” (Silva)
"Aa." (Liliyn)
“Oho! Saya terkesan bahkan oleh
kata-kata dingin darimu My Lady! Nufofofofo!” (Silva)
"Hiiro, dia sangat menjengkelkan,
hentikan dia menggunakan 《Word Magic》 milikmu." (Liliyn)
“Itu kasar! Itu memang kasar!
Nufofofofo!” (Silva)
Liliyn mengarahkan pandangannya ke arah
Shamoe yang berdiri di samping Bulter Hentai itu.
“Terima kasih sudah mengumpulkan
informasi. Jadi bagaimana situasinya sekarang?” (Liliyn)
“I-Itu......” (Shamoe)
Shamoe menatap pintu dengan wajah yang
mengatakan 'Sulit untuk mengatakan'.
“Nh? Apa seseorang di sana?” (Liliyn)
Seseorang tiba-tiba masuk melalui
pintu. Hiiro mengernyitkan alisnya sementara Liliyn membuat ekspresi suram.
“Ho, kami punya tamu langka di sini.
Tidak, sebenarnya, kamilah tamu di sini.” (Hiiro)
Mengatakan itu Hiiro menutup bukunya.
“Aku ingin berbicara denganmu sebentar.”
(Aquinas)
Mendengar ucapan itu, Hiiro menatap
Aquinas dengan tatapan yang menyelidiki. Liliyn sendiri menunjukkan suasana hati
yang tidak menyenangkan. Silva yang tadinya tertawa juga lebih berhati-hati.
“Denganku? Hanya kita berdua?” (Hiiro)
"Ya." (Aquinas)
Suara keras seseorang yang menghentak
lantai terdengar. Hiiro menyadari itu adalah kerjaan Liliyn.
“Jangan bercanda... Aku sudah
memberitahumu... jangan menaruh tanganmu di bisnis kami.” (Liliyn)
Hiiro melebarkan matanya melihat Liliyn
memancarkan permusuhan terhadap Aquinas.
(Aku pikir mereka kenalan tetapi
rasanya tak seperti itu bahkan lebih dari itu) (Hiiro)
Dia tiba-tiba teringat. Itu ada di nama
mereka. Ketika ia mengintip status Aquinas, ia merasakan beberapa perasaan
tidak enak. Dia akhirnya mengingatnya.
Liliyn Li Reysis Red Rose dan Aquinas
Li Reysis Phoenix. Itu adalah 'Li Reysis' yang sama persis di kedua nama mereka.
(Dan jika aku melihatnya dengan
teliti.... mereka berdua.... terlihat mirip.) (Hiiro)
Rambut merah mereka tampak mirip satu
sama lain, terutama bagian mata mereka terlihat sama. Dan mereka berdua
memiliki atmosfer serupa juga. Hiiro mencoba menebak hubungan mereka, sementara
keduanya saling menatap dan berbicara.
“Jangan khawatir. Ini tidak seperti aku
ingin ikut campur dalam bisnismu. Aku datang hanya untuk berbicara dengannya.”
(Aquinas)
“……Benarkah?” (Liliyn)
Aquinas menghembuskan nafas sembari menatapnya.
“Yah, aku juga punya sebuah permintaan.”
(Aquinas)
“Baiklah! Mungkin saja itu akan menjadi
permintaan yang merepotkan, ‘kan? Jadi selesaikan saja sendiri!” (Liliyn)
“Aku bisa melakukan itu, tapi jika aku
melakukannya, mungkin aku tidak bisa memenuhi janji yang aku buat padanya.”
(Aquinas)
Hiiro yang tetap diam, bereaksi
terhadap kata-kata itu.
“Apa maksudmu?” (Hiiro)
“Kelanjutan dari cerita hanya akan ada
di antara kita? Jadi apa itu? Maukah kau menerimanya atau tidak?” (Aquinas)
“Kuu! Kau seorang pengecut Aquinas!
Jika kau mengatakannya seperti itu maka Hiiro akan...!” (Liliyn)
“Aa, aku akan menerima tawaran itu.”
(Hiiro)
Hiiro dengan mudah menerima tawaran
itu.
“Ah Mou! Baiklah, itu berakhir seperti
itu!” (Liliyn)
“My Lady, tolong tenanglah.” (Silva)
“Eei! Bagaimana aku bisa tetap tenang
dengan kejadian ini!?” (Liliyn)
Kata-kata Silva tidak berhasil dan
Liliyn menjadi cemberut. Tapi yang mengejutkan adalah dia mengalihkan
perhatiannya pada Hiiro.
“Aka-Loli, aku tidak tahu apa yang
terjadi antara kau dan dia, tapi akulah yang harus memilih keputusanku di sini
bukan kau.” (Hiiro)
“T-Tapi Hiiro, pria ini......” (Liliyn)
Hiiro mengangkat tangannya dan memberi
isyarat untuk tak berbicara lagi.
“Sebenarnya, aku sudah bisa menebak apa
permintaannya itu.” (Hiiro)
“B-Benarkah?” (Liliyn)
Liliyn membuat ekspresi kosong dalam
sekejap. Aquinas membuat wajah paham, seperti mengatakan ‘Seperti yang
diharapkan’.
“Aa, jadi kalian tunggu di sini. Ayo
kita pergi Aka kami.”
“Ya.” (Aquinas)
Tepat sebelum Hiiro akan pergi,
“H-Hei Hiiro.” (Liliyn)
Hiiro menghentikan langkahnya dan
bertanya “Apa?”
“Seharusnya baik-baik saja untuk
mengetahui itu, kau....... tapi beritahu kami jika terjadi sesuatu.” (Liliyn)
Secara tak langsung berarti dalam kasus
Mikazuki atau Nikki, mereka tidak dapat bergerak dan kata yang digunakan pada
mereka harus diaktifkan.
Hiiro melirik sekilas ke
teman-temannya. Ketika dia melihat mereka, dia melihat Nikki dan Mikazuki
menatapnya dengan wajah khawatir.
tap.... tap.... Hiiro menyodok kepala
mereka dengan jari telunjuknya.
“Tunggu dengan sabar.” (Hiiro)
Setelah mendengar kata-kata Hiiro,
keduanya merasa diyakinkan. Dan kemudian, Hiiro dibawa keluar ruangan oleh
Aquinas.
« Sebelumnya | List Chapter |
Selanjutnya »
Tidak ada komentar:
Posting Komentar