Web Suka-Suka Translate Light Novel dan Web Novel

Sabtu, 14 Juli 2018

Konjiki no Wordmaster Chapter 164 - Bahasa Indonesia

Chapter 164 – Beast King Yang Menyayanginya

Jika Hiiro mengingatnya dengan benar, ketika dia datang sebelumnya ke Beast Capital : Passion setengah tahun yang lalu, dia telah memasuki King's Tree, tempat sang Beast King tinggal setelah melalui serangkaian kejadian yang tak terduga. Pada waktu itu, dia bertemu seorang gadis kecil sendirian ketika sedang menjelajahi tempat itu sendirian.
Rambut coklat kemerah-merahannnya terurai hingga pinggangnya, dan sebuah pita biru, yang cukup besar untuk disebut sebuah 'merek', terletak di atas kepalanya. Meskipun dia tak bisa dikatakan sangat cantik, matanya yang menarik, besar, berbentuk almond dan kulit putih yang hampir transparan memberi perasaan kalau dia akan tumbuh menjadi cantik di masa depan.
Sebelumnya dia pernah berkomunikasi dengannya dengan menuliskan sesuatu menggunakan sebuah papan tulis. Sepertinya dia kehilangan suaranya karena sebuah penyakit yang menimpa dirinya di masa kecilnya.
Jujur ini tak ada hubungannya dengan Hiiro, tapi dia mengingatnya, bagaimanapun juga, melihat ekspresinya saat itu membuatnya kesal. Dia hidup hanya demi orang lain. Itulah sesuatu yang biasanya dikatakan indah.

Jika dia benar-benar ingin hidup dengan cara seperti itu, dia tak akan memikirkan apa pun tentang hal itu. Bagaimanapun juga, jauh di dalam matanya, dia bisa mendeteksi jejak kepasrahan dan kepahitan yang disembunyikan.
Lalu, ketika gadis kecil itu mengalihkan senyumnya ke arahnya, dia mulai menyadari kalau gadis itu sedang berpura-pura dan menganggap itu hal yang menyebalkan. Walaupun itu hanyalah keinginan sederhananya, tanpa berpikir panjang dia mengembalikan suara gadis kecil itu menggunakan Word Magic yang dimilikinya.
 Dia memiliki perasaan kalau itu adalah sesuatu yang harus dilakukannya, tapi pada saat yang sama, dia juga benar-benar merasa dia ingin melihat senyuman aslinya.
Setelah menyembuhkannya, dia menyadari makna dari tindakannya dan begitulah dia melarangnya untuk berbicara tentang dirinya dan bergegas meninggalkan negara ini. Seandainya dia tetap di sini waktu itu, pastinya hal ini akan menjadi sesuatu yang merepotkan untuknya.
Tentu saja, dia tak bertemu dengannya setelah kejadian itu. Sebenarnya, dia benar-benar lupa tentang kejadian itu sampai gadis kecil ini muncul di hadapannya sekarang.
Dia mengenakan pita biru yang sama dengan pita yang dikenakannya saat pertama kali dia bertemu dengannya.
“Hi-Hiiro-sama….Hiiro-samaaaaaaaaaaa!” (Mimir)
Dia berlari ke arahnya dengan kekuatan penuh, benar-benar tidak terlihat seperti seorang putri. Dia bermaksud untuk menghindari tumbukan tubuh yang masuk, karena dia mengira itu akan memiliki kekuatan yang besar, tapi—
“…..Hm?” (Hiiro)
Dia mendapati pakaiannya dicengkeram seseorang.
“C-Chibi Usagi!” (Hiiro)
Itu adalah Rarashik. Bibirnya tersenyuman menyeringai, dan berkata—
“Ini pekerjaan pria untuk diam dan menerima pelukan seorang wanita, bukan?” (Rarashik)
“Apa itu..... gufu!” (Hiiro)
Dia bisa saja menghindarinya tepat waktu jika pakaiannya tidak dicengkeram, tapi karena dia tak dapat melakukannya, dia ditangani oleh gadis pita biru, Mimir. Dampak dari tumbukannya bukanlah sesuatu yang bisa disebut hanya sebuah 'pelukan'.
Tentu saja, dia tak punya niat untuk menyerang Hiiro. Sepertinya dia sangat gembira melihatnya lagi dan hanya ingin memeluknya.
“Hiiro-samaaaa!” (Mimir)
Dia menggosokkan kepalanya yang kecil di dada Hiiro dengan wajahnya yang tersenyum. Melihat pemandangan seperti itu, semua orang menjadi tercengang, kecuali untuk Leowald yang tersenyum dan Rarashik.
“Mi-Mimir-sama! Tolong menjauh dari orang itu! Dia adalah musuh!” (Barid)
Walaupun Barid memberikan peringatan pada Mimir, sepertinya itu tak sampai padanya, ketika dia mengangkat wajahnya dan menatap Hiiro.
“Akhirnya...... akhirnya aku bisa bertemu Hiiro-sama.” (Mimir)
“Ugh.... Aku mengerti, aku sudah mengerti, jadi cepatlah turun dariku!” (Hiiro)
Saat dia mengatakan itu, Mimir semakin mempererat pelukannya.
“Aku tidak mau! Kau akan pergi ke suatu tempat  lain lagi, bukan?” (Mimiru)
“Hah? Apa yang kau katakan....” (Hiiro)
“Gahahaha! Hiiro, tak peduli apa yang kau katakan pada Mimir sekarang, itu tak ada gunanya! Anak ini sudah mewarisi kekeraskepalaanku!” (Leowald)
Setelah merasa kalau dia melihat sesuatu yang langka, Leowald tertawa lepas. Bahkan jika dia tak senang dengan kata-katanya, Mimir memberi tatapan masam dan dengan keras kepala menahan Hiiro, mengungkapkan keinginan kuatnya untuk tetap terus memegangnya.
Melihat Mimir seperti itu, Hiiro mendesah pendek dan dengan cepat menulis sebuah karakter 風の弾|Untouchable.
Suka!
Tiba-tiba, Mimir, yang memeluk erat tubuh Hiiro, melewati tubuhnya.
“E……Eeeeh!?” (Mimir)
Tidak hanya Mimir, tapi juga semua orang di ruangan itu sangat terkejut hingga menjatuhkan rahang mereka.
Hiiro berbalik ke arah Leowald seolah-olah tak terjadi apa-apa. Mimir memberi tatapan kosong saat dia sekali lagi mengulurkan tangannya dalam upaya untuk menyentuhnya, tapi—
Suka!
Seperti yang diduga, dia tak bisa menyentuhnya walaupun Hiiro berdiri tepat di hadapannya. Seolah-olah dia adalah sebuah hologram yang tak bisa disentuh.
“Sayang sekali, Pita Biru.” (Hiiro)
“Uuuu~ Hiiro-sama!” (Mimir)
Mimir, yang mengembungkan pipinya karena ketidaksenangannya, terus berusaha mengulurkan tangannya berulang kali. Namun, seolah-olah dia mencoba menangkap awan, karena dia tak merasakan respon apapun.
“Hohou, jadi itu sihirmu, Hiiro.” (Leowald)
“Apa ini berfungsi sebagai referensi yang bagus untukmu, Beast King?” (Hiiro)
Mereka berdua saling bertukar pandang sambil sedikit tersenyum satu sama lain.
“Fufu, selain itu, aku cukup terkejut ketika tahu Mimir punya sisi seperti ini.” (Leowald)
“...... Ah!... Uh-Uhm.... Aku minta maaf atas ketidaksopananku, Otou-sama!” (Mimir)
Setelah kembali sadar, Mimir memperbaiki wajahnya ketika dia menundukkan kepalanya karena malu.
“Tak apa-apa, itu hanya menunjukkan betapa kau menyukai Hiiro, eh?” (Leowald)
Wajah Mimir semakin memerah dan tampak seolah-olah uap akan mulai meletus dari kepalanya.
“Untukmu, yang biasanya bersikap lebih dewasa daripada orang lain, kehilangan ketenanganmu sejauh ini... kau benar-benar menarik, Hiiro.” (Leowald)
“Aku tak terlalu mengerti, tapi tampaknya......” (Hiiro)
Hiiro menatap wajah Mimir. Karena tiba-tiba ditatap, jantung Mimir berdegup kencang dan semakin tersipu.
“Sepertinya kau sudah sedikit lebih baik saat tersenyum dibandingkan sebelumnya.” (Hiiro)
Setelah mendengar kata-kata Hiiro, matanya melebar saat dia tersenyum lebar dan—
“Ya!” (Mimir)
—menjawabnya dengan penuh semangat. Sepertinya dia tak lagi berbohong pada dirinya. Sekali lagi Hiiro berpikir pada dirinya sendiri kalau memang sepatutnya dia meluangkan waktu untuk menyembuhkannya.
“Bagaimanapun juga, Mimir, bagaimana kau tahu Hiiro datang ke sini? Kami bahkan belum menyebarkan berita tentangnya, tapi...” (Leowald)
Pada pertanyaan Leowald, Mimir berkata, “Lihat itu.....” sambil memandang Rarashik. Mengikuti tatapan Mimir, mereka melihat sosok putih yang muncul di atas kepala Rarashik tanpa ada yang menyadarinya.
Hiiro sudah pernah melihat sosok itu sebelumnya. Menurut Rarashik, sosok putih itu adalah seekorSpirit. Hiiro mengingat Rarashik pernah mengatakan namanya adalah “Yuki-chan”. Penampilannya menyerupai kelinci salju yang dibuat oleh anak kecil pada hari-hari bersalju.
“........Chibi Usagi, jangan bilang kau........” (Hiiro)
“Nahahaha! Tepat sekali! Segera setelah kita datang ke sini, aku mengirim Yuki-chan ke tempat Mimir-sama. Tentu saja, itu untuk memberitahunya tentang kunjunganmu, kozou. (Rarashik)
“Apa itu benar, Mimir?” (Leowald)
Ketika Leowald bertanya padanya, Mimir jelas mengangguk sebagai sebuah penegasan.
“Ya. Meskipun Yuki-chan tak bisa berbicara, aku memintanya menuliskan kata-katanya menggunakan es.” (Mimir)
Aku mengerti. Jadi dia sadar keberadaanku karena Yuki yang memberitahunya. Artinya ketika dia berlari dengan kecepatan penuh dan memelukku, itu, tentu saja, itu tujuan Rarashik sejak awal.
“Kau benar-benar melakukannya, oi.....” (Hiiro)
“Nahaha, ini pembalasanku untuk yang sebelumnya.” (Rarashik)
Saat dia berpikir, akar dari penyerangan ini adalah sebuah dendam untuknya dari Rarashik saat berada rumahnya. Daripada merasa marah atas keengganannya untuk membiarkannya pergi, Hiiro lebih terkejut ketika dia tampak mendesah.
“N-Ngomong-ngomong Otou-sama, kenapa Hiiro-sama ada di sini? Berdasarkan apa yang Muir-chan bilang padaku, Hiiro-sama, um...... di medan perang nanti akan berada di sisi Evila.” (Mimir)
Wajahnya menjadi gelap karena cemas.
“Keliatannya dia datang hanya untuk merbicarakan sesuatu denganku.” (Leowald)
“Pembicaraan ........ dengan Otou-sama?” (Mimir)
“Umu. Mimir, tidak masalah jika kau ingin tinggal di sini, tapi jangan menghalangi, mengerti?” (Leowald)
“Y-Ya! Terima kasih banyak, Otou-sama!” (Mimir)
Setelah mengatakan itu, dia membungkuk. Kemudian, meskipun Leowald berpikir dia akan menjauh dari posisinya saat ini, untuk beberapa alasan, dia tetap berdiri di sebelah Hiiro.
“Mimir?” (Leowald)
“Ada apa, Otou-sama?” (Mimir)
“I-Iya, kenapa kau tak ke sini?” (Leowald)
“Aku tak bisa melakukan itu.” (Mimir)
“K-Kenapa?” (Leowald)
“Tempat ini bagus.” (Mimir)
Dia mengatakan itu dengan senyuman yang sangat cerah.
“Otou-sama bilang tak masalah jika aku tinggal di sini.” (Mimir)
“U-umu…” (Leowald)
Semua orang memang mendengarnya.
“Itu sebabnya Mimir tak akan berpisah dari sisi Hiiro-sama.” (Mimir)
Melihat dia menyatakannya begitu jelas, Leowald menilai kalau bahkan jika dia mengatakan hal lain, dia akan dengan keras kepala menolak untuk mendengarkan. Oleh karena itu, dia tak mengejar masalah ini lebih jauh.
“………… Aku rasa itu tak masalah. Kebetulan Hiiro, apa yang kau rencanakan setelah ini?” (Leowald)
“Ha?” (Hiiro)
“Setelah pembicaraan ini.” (Leowald)
“Aku berpikir untuk meminta seseorang menuntunku ke lokasi duel, tapi apa aku mendapatkan persetujuanmu untuk itu?” (Hiiro)
“Aku tak begitu keberatan, tapi bahkan jika kami tidak memandumu ke sana, kau bilang itu tak jadi masalah untukmu, kan?” (Leowald)
“Aku rasa juga begitu. Itu sebabnya aku pikir itu tak masalah. Jadi, terus terang, aku sudah tak punya urusan lagi di sini.....” (Hiiro)
“...... Dengan kata lain, kau berencana kembali?” (Leowald)
“Yeah.” (Hiiro)
Pada saat itu, Mimir menatapnya dengan sedih. Meskipun dia akhirnya bisa bertemu dengannya lagi..... nampaknya sulit baginya untuk berpisah darinya lagi.
“Kamu tak akan pergi menemui Arnold dan Muir?” (Leowald)
“Ya, aku sudah tanya Chibi Usagi, tapi sepertinya lebih baik tak bertemu  dengan mereka bedua sekarang. Aku akan menyisihkan reuni kami yang menggembirakan untuk saat ini.” (Hiiro)
“........Aku mengerti.” (Leowald)
Leowald melipat tangannya dan sedikit mengerang seolah dia sedang berpikir keras. Hiiro mengabaikannya saat dia mulai memfokuskan sihir ke ujung jarinya. Orang-orang yang melihat tindakannya yakin dia berencana meninggalkan tempat itu.
“Ini cukup menyenangkan.” (Hiiro)
Dan, tepat ketika dia hendak menulis sebuah kata,
“Yah, tunggu.” (Leowald)
Pada kata-kata Leowald, Hiiro berkedut dan berhenti bergerak.
“.......Apa?” (Hiiro)
“Tak perlu terburu-buru. Ambil saja waktumu di sini.” (Leowald)
Mimir, yang telah membuat ekspresi gelisah, tiba-tiba menjadi cerah dan menatap Leowald.
“Aku tolak. Tak ada alasan bagiKU untuk tinggal di sini.” (Hiiro)
Pada kata-kata Hiiro, Mimir langsung menjadi depresi.
“Hou, aku mengerti. Bahkan jika kami akan menyiapkan beberapa hiburan untukmu?'' (Leowald)
Hiiro berkedut saat dia mendengar kata-kata itu.
“...... hiburan, katamu?” (Hiiro)
“Yeah.” (Leowald)
“……Setidaknya aku akan tanya. Apa itu termasuk?” (Hiiro)
Merasa kalau dia telah menarik perhatian Hiiro, wajah Leowald menjadi tenang.
“Sebenarnya, kemarin kami mendapatkan beberapa Aqua Hound Meat……” (Leowald)
“Aku akan merepotkanmu untuk sementara waktu.” (Hiiro)
Hiiro tak pernah bisa melupakan nama Aqua Hound Meat . Alasannya adalah, setelah datang ke dunia ini, itu adalah hidangan daging yang meninggalkan kesan terbesar dalam dirinya.
Sejujurnya, dia merasa kalau dia ingin memakan daging itu lagi. Daging itu mengandung kelezatan yang sepertinya bisa membuatmu meleleh dengan kelezatannya.
“Ohh, aku mengerti, aku mengerti!” (Leowald)
Leowald melakukan gerakan pompa tinju kecil dan mengedip ke Mimir. Memang, dia sengaja membuat Hiiro tinggal demi Mimir. Dia adalah orang tua yang suka memanjakan anaknya.
Mimir tersenyum seperti bunga yang mekar ketika dia menatap wajah Hiiro.
“Hiiro-sama, sampai hiburan yang dijanjikan siap, silakan bicara dengan Mimir!” (Mimir)
“Sungguh merepotkan.” (Hiiro)
“Hau!” (Mimir)
Melihat dia menjatuhkan pundaknya seolah-olah dia telah menerima sebuah kejutan besar, Leowald berkata—
“Maafkan aku Hiiro, tapi tolong lakukan sesuai keinginan Mimir. Sebagai gantinya, kami akan menyiapkan makanan yang memuaskan untukmu." (Leowald)
“..............ini tak bisa dihindari.” (Hiiro)
Hiiro melepaskan efek dari 風の弾|Untouchable .
“Pimpin jalannya, Pita Biru.” (Hiiro)
“Hiiro-sama..... ya! Silahkan lewat sini!” (Mimir)
Saat dia mengatakan itu, mereka berdua meninggalkan ruangan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar