Chapter 166 - Keadaan Victorias
(Author’s Note: Mari kita memperlambat ceritanya sedikit…. Adegan action dan
(akhirnya) duel akan terjadi di chapter selanjutnya)
ーーーーー
Saat ini kegemparan terjadi di
istana kerajaan 【Victorias】, seorang wanita muda tengah tersiksa oleh pikirannya
tengah berjalan dengan tergesa-gesa.
Tampaknya, selama konferensi
perdamaian, negosiasi dengan 『Evila』 berakhir dengan sebuah kegagalan. Pada saat
yang sama, dia juga mendengar kabar bahwa para petinggi militer dan ayahnya,
Rudolf dinyatakan hilang.
Ya, wanita muda itu adalah putri
pertama, Lilith.
Dia belum diberi tahu tentang semua rincian
kejadian mengenai konferensi itu.
Dia mendengar para pahlawan yang
akrab dengannya juga ikut berada dalam misi pengawalan untuk konferensi. Itulah
alasan kenapa mereka tak berada di istana saat ini.
Berita tentang upaya diplomasi yang
gagal telah dilaporkan.
Dengan demikian, satu per satu bangsawan mulai panik
dan datang ke istana untuk mengadakan sebuah diskusi. Wajah para prajurit juga dipenuhi ketegangan dan rasa
frustrasi yang nampak jelas telihat dalam wajah mereka.
Lalu, saat itulah Lilith
diberhentikan oleh Vale Kimble : Letnan 2 tentara 『Humas』, pelatih para pahlawan, dan orang yang telah ditugaskan
untuk mempertahankan dinding istana. Lalu Vale segera mendekatinya.
“Ah, Lilith-sama!” (Vale)
“Vale-san! Um, apa itu
benar? Itu...... kalau ayah dan kapten lainnya
menghilang......?” (Lilith)
“Ah, ya......” (Vale)
Tak ada kabar yang baik untuk
disampaikan, Vale terlihat khawatir.
Setelah melihat Vale yang seperti
itu, Lilith merasa ada sesuatu yang aneh; dia memiringkan kepalanya lalu
bertanya :
“A-Apa ada masalah muncul?” (Lilith)
Dia bertanya-tanya apakah ada
masalah yang lebih serius dibandingkan dengan menghilangnya sang Raja.
“Ah,
tidak...... itu......” (Vale)
Karena itu adalah hal yang sulit
untuk dikatakan, Vale tampak ragu-ragu untuk mengatakannya.
“Tolong katakan padaku!” (Lilith)
Meskipun dia takut, Lilith menguatkan
dirinya dan sedikit menaikkan suaranya. Setelah melihat tekad Lilith,
Vale menelan dengan gugup.
“……Saya mengerti. Kebenarannya adalah……” (Vale)
Para prajurit yang kembali dari
perang memberi tahu Vale tentang peristiwa yang telah terjadi. Peristiwa
di konferensi, di 【Demon
Capital : Xaos】; dia sendiri
bahkan tidak bisa mempercayai kata-katanya ketika dia menjelaskan apa yang
sebenarnya terjadi pada Lilith.
“Hal, Hal semacam itu... itu tak
mungkin benar....” (Lilith)
Lilith bergumam sambil gemetar
mendengar apa yang terjadi.
“……Saya tahu apa yang anda rasakan. Bagamanapun
juga, hingga saat ini belum ada kabar dari Raja atau para pahlawan, jadi anda
tak mungkin berpikir itu bukanlah……” (Vale)
“Aku, Aku tak percaya!” (Lilith)
“Lilith-sama……”
(Vale)
“Maksudku! Hal-hal
seperti ayah yang berubah menjadi seekor monster dan para pahlawan yang
sekarat...... Aku tak percaya Taishi-sama akan dikalahkan oleh musuh!” (Lilith) (TL/N : Namanya juga perang neng, pasti ada
lah musuh yang lebih kuat daripada tuh pahlawan pujaanmu :3)
Lilith berusaha keras menahan air
matanya agar tak menetes;
Vale, dengan tampilan wajah menyakitkan, berkata :
“.......Ini adalah penyesalan
terdalam saya karena memberi tahu anda tentang hal ini......” (Vale)
Wajah Lilith menjadi semakin pucat,
dan kemudian......
“Lilith-sama!?”
(Vale)
Vale berhasil menangkap Lilith saat
dia akan roboh. Tampaknya dia tak bisa menahan lagi rasa keterkejutannya dan
akhirnya jatuh pingsan.
Perlu dicatat bahwa Lilith, dari
semua orang yang ada di negeri ini, adalah orang yang paling khawatir tentang
keadaan sang Raja dan para pahlawan. Mengetahui situasi mereka saat
ini merupakan sebuah kejutan besar untuknya.
Vale memahami bagaimana perasaannya,
rasa cemas muncul ketika dia menatap wajahnya.
“Siapa saja! Ada orang
di sana?!” (Vale)
Mendengar teriakannya, dua orang
pelayan bergegas berlari mendekatinya. Vale meminta mereka berdua
untuk membawa Lilith ke kamarnya.
Vale lalu berjalan ke ruangan yang
berbeda.
Ini adalah kamar tidur sang Raja. Kebetulan,
itu juga milik sang Ratu. Di dalam, ada sang
Ratu sedang beristirahat di tempat tidur, setelah roboh karena alasan yang sama
seperti Lilith.
Vale meminta pelayan di samping
pintu untuk meminta izin masuk.
Pelayan itu masuk ke dalam dan keluar setelah beberapa
saat. Pelayan itu lalu membukakan pintu.
Meskipun dia diberi izin untuk
berbicara sedikit dengannya, Vale masih merasa tegang saat dia melangkah masuk
dengan hati-hati.
Di dalam ruangan besar ada sebuah
tempat tidur besar, sangat dihiasi seperti yang diharapkan. Dia bisa
merasakan aura kelelahan yang datang dari Maris yang terbaring di atasnya.
“Kau adalah...... orang yang melatih
para pahlawan, kan?” (Maris)
Yang bergerak hanyalah matanya,
suara gemetar datang dari tenggorokannya yang ramping.
“Ya! Saya letnan
2 pasukan, Vale Kimble. Saya sangat berterima
kasih sepenuhnya pada anda karena mengizinkan saya melihat anda walaupun
situasinya seperti saat ini.” (Vale)
“...... Bagaimana keadaanya? Apakah kita
sudah sepenuhnya tahu situasinya?” (Maris)
Dia berkata tanpa ada kekuatan apa
pun dalam suaranya.
“Ya! Karena
kelancangan saya, Lilith-sama juga jatuh pingsan.” (Vale)
“……Apakah.... begitu. Anak itu
sudah mendengarnya juga ya......” (Maris)
“Saya mohon maaf, tidak ada alasan
untuk apa yang saya lakukan itu!
Untuk hukuman saya……” (Vale)
“Tidak, tak apa-apa.” (Maris)
“…………?”
(Vale)
Vale percaya kalau dia adalah
penyebab pingsannya Lilith.
Walaupun, dia terkejut ketika Maris memaafkannya,
meskipun dia mengharapkan sebuah hukuman atas tindakannya.
“Anak itu adalah anak perempuannya. Dia juga
berhak tahu. Meskipun hasil dari
keingintahuannya itu meninggalkan rasa sakit di hatinya, kau tak melakukan
kesalahan apa pun. Jadi tolong berhentilah
mengkhawatirkan hal-hal seperti itu.” (Maris)
“Maka, maka......” (Vale)
“Ini tanggung jawab anak itu untuk
mengatasi kesulitan ini sendirian.
Tak apa-apa. Dia lebih
kuat dariku. Dia pasti akan menemukan jawaban
yang benar.” (Maris)
“Ha,
haa……” (Vale)
“Lebih penting lagi, kita harus
mendiskusikan apa yang ada di depan. Negara ini sudah menjadi tidak
stabil. Kita membutuhkan seseorang untuk
melangkah maju dan mengelola negara. Kita tak
tahu kapan negara lain akan menyerang.” (Maris)
Itu sudah jelas. Tentu bisa
dikatakan bahwa negara itu saat ini sedang dalam kekacauan besar. Sang Raja yang merupakan pilar pedukung bagi negara telah
menghilang. Para pahlawan yang menjadi harapan
warga juga gagal kembali. Selain itu, sebagian
besar komandan tentara juga ikut menghilang.
Sekarang, kekuatan perang negara ini
menjadi sangat sedikit.
Ada desas-desus diantara kecemasan para warga. Jika
situasi ini terus berlanjut, negara-negara lain mungkin akan mengambil
kesempatan ini dan menyerbu negara ini.
Itulah kenapa ada kebutuhan untuk
seseorang yang akan naik ke atas dan menyatukan semua orang. Biasanya,
itu adalah Sang Ratu Maris atau Putri Pertama Lilith yang akan menyatukan semua
orang. Namun, keadaan mereka saat ini tak
memungkinkan untuk melakukan hal itu.
Selain itu, Vale sendiri tak
memiliki kemampuan untuk mengatur semua orang.
“Sungguh
mengecewakan”, pikir Vale. Dia tak memiliki kharisma yang
cukup untuk menarik orang dengan cara seperti itu. Dia sendiri sadar akan fakta itu.
Ketika Vale mengkhawatirkan apa yang
harus dilakukan,
“Apa tak masalah jika aku
mengandalkanmu? Aku pikir kau, yang seharusnya sudah dikenal baik di antara
para prajurit, akan lebih mampu melakukannya daripada diriku.” (Maris)
Saat Maris bertanya kepadanya
tentang hal itu, dia membuat ekspresi meminta maaf.
“T-Tidak.... saya tak sanggup......”
(Vale)
“Apakah…… begitu? Lilith juga
membuat wajah yang sama………” (Maris)
Ketika dia tersenyum pahit, Vale
merasa bahwa Maris tak ingin semuanya menderita akibat tindakan negara mereka
meskipun dia adalah seorang Ratu.
Dia berpikir bahwa orang inilah yang seharusnya
menggantikan Sang Raja, bahkan jika
hanya untuk sesaat berdiri dan memerintah negara, tak peduli seberapa keras
keadaannya.
Selain itu, Lilith adalah Lilith. Meskipun
dia bisa mengerti posisinya, dia merasa hatinya masih terlalu lemah. Dengan situasi saat ini, dia berpikir kalau Lilith akan
menunjukkan lebih banyak resolusi.
“Bagaimanapun juga, seperti yang
diharapkannya; jika Ratu yang mendukung negara adalah seseorang seperti
Lilith, seseorang yang lebih hebat dariku, warga negara akan memiliki kedamaian
pikiran……” (Maris)
“……Saya kira……” (Vale)
Pada saat itu, Maris menatap Vale
yang tampak seperti dia tiba-tiba telah menyadari sesuatu.
“Apa?” (Maris)
“T-Tidak... Saya, hanya saja, saya
tahu seseorang yang mampu memimpin kita dalam situasi saat ini.” (Vale)
“Kau tahu..... seseorang?” (Maris)
“Ya.” (Vale)
“......Apakah orang itu bisa
dipercaya?” (Maris)
“Dia adalah salah seseorang yang
anda kenal.” (Vale)
Mendengar kata-kata Vale, mata Maris
melebar ketika dia mulai menyadari siapa yang dibicarakannya.
“Ta-Tapi orang itu seharusnya tak
bisa kembali, kan?” (Maris)
“Tidak, orang hebat itu pasti bisa. Orang itu
tak bisa diam mengenai urusan negara ini. Ini
hanyalah firasat, tapi segera ……” (Vale)
Saat itu, salah satu pelayan
mendekat ke Maris dan membisikkan sesuatu ke telinganya.
Kemudian, dengan obat di tangan dan
senyum dia berkata,
“Berbicara tentang seorang iblis,
dia akhirnya muncul.” (Maris)
“Mu-Mungkinkah, Ratuku?” (Vale)
“Ya, orang itu ada di luar ruangan
ini. Dia mendapatkan izinku untuk masuk.” (Maris)
Mendengar kata-katanya, pelayan
berjalan menuju pintu.
Keduanya kemudian menatap ke arahnya.
Dan dengan munculnya orang itu,
wajah keduanya menunjukkan ekspresi lega.
“Maafkan atas gangguan saya. Nn? Apa, Vale juga di sini?” (???)
Orang itu adalah Guild Master, Judom
Lankars.
ーーーーー
(Author’s Note: Saya menulis karya khusus untuk Natal jadi nantikan itu
juga. Saya hampir mati karena banyaknya jumlah karakternya. Bab-bab akan dibagi
antara Malam Natal dan Hari Natal)
« Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya »
Note
: Ini “Author’s Note” emang dari
versi Inggrisnya di masukin, jadi mungkin emang dari RAWnya nih “Author’s Note” ada, karena ane males
ngecek RAW jadi ane ikut versi Inggris yang masukin “Author’s
Note” -nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar