Web Suka-Suka Translate Light Novel dan Web Novel

Rabu, 18 Juli 2018

Konjiki no Wordmaster Chapter 171 - Bahasa Indonesia

Chapter 171 – Duel Perdana Arnold dan Muir

“Uu...” (Marione)
“Marione! Marione, apa kau baik-baik saja?!” (???)
Duel antara Marione dan Leowald telah berakhir. Eveam dan yang lainnya bergegas menuju Marione yang telah kehilangan kesadaran. Mereka kemudian membawa Marione keluar dari kawah dan mulai menyembuhnya.
Setelah beberapa saat, Marione kembali sadar.
“.....Yang.... Yang Mulia.....” (Marione)
Marione telah berjuang sampai saat ini, dan merenungkan kekalahannya. Dia mengepalkan tinjunya dan berkata dengan wajah penuh penyesalan.
“Ke... Kekuatan saya tidak cukup... saya mohon maaf....” (Marione)
Marione mengharapkan untuk mendengar kata-kata kasar dan kritikan darinya. Bagaimanapun juga, dia membual tentang meraih kemenangan dengan cepat. Namun, ketika Leowald mulai serius, itu berakhir dengan dia menghadapi serangan yang menentukan akhir pertarungan.

Marione dikalahkan begitu saja dan dihajar habis-habisan walaupun dia adalah bagian dari Cruel, Marione tidak bisa mengatakan apa pun sebagai balasan jika dia ditegur. Namun, Eveam hanya menggelengkan kepalanya dalam diam dan berkata:
“Jangan bilang hal seperti itu!” (Eveam)
Semua pikiran negatif Marione tersapu oleh kata-kata Eveam.
“Yang Mulia?” (Marione)
“Memang memalukan kalau kau kalah; Namun, itu bukan  berarti aku tak lagi memiliki keyakinan padamu!” (Eveam)
“…………” (Marione)
“Daripada memikirkan tentang bagaimana kau kalah; kau sudah berhasil mendorong Beast King sejauh itu. Jika dia berpartisipasi dalam duel selanjutnya, kami akan memiliki pemahaman yang baik tentang kemampuannya. Itu akan memberkan sedikit keuntungan bagi pihak kita.” (Eveam)
“Yang Mulia……” (Marione)
Ekspresi suram Marione terhalau saat melihat senyum cerah Eveam. Rasa tenang mulai mengalir dari hatinya. Secara perlahan, Marione memejamkan matanya dan mengucapkan:
“Kata-kata anda...... terlalu banyak untuk orang seperti saya. Lain kali...... saya pasti akan membawakan kemenangan untuk anda, Yang Mulia.” (Marione)
“Aa, aku akan mengharapkannya!” (Eveam)
Pada kata-kata itu, mata Marione secara perlahan terbuka ketika dia tersenyum samar, dan kemudian dia menutup matanya lagi.
Eveam mempercayakan perawatan Marione kepada salah satu bawahan yang ada di sana dan menatap bagian tengah kawah sebagai persiapan untuk pertempuran berikutnya.
Babak kedua duel dimulai.
“Kerja bagus, Ayah!” (Leglos)
Pada kemenangan Leowald, Gabranth bermunculan dalam perayaan. Semua orang memompa tinju mereka dengan sukacita.
Dan orang yang paling banyak berteriak adalah Pangeran Pertama, Leglos.
“Hmm, itu pertarungan yang cukup menyenangkan.” (Leowald)
Leowald menjawab dengan anggukan puas.
“Uoo~ aku juga ingin cepat-cepat bertarung!” (Lenion)
Jadi kata Pangeran Kedua Lenion. Tubuhnya berdebar-debar dan dia tidak bisa menahan senyumannya setelah merasakan perasaan yang meluap dari pertempuran sebelumnya.
“Baiklah, bagaimana, Kukulia dan Mimir? Seperti itulah pertarungan yang sebenarnya.” (Leowald)
Sementara Leowald merayakan kemenangannya, beberapa wajah di sana menegang setelah melihat duel nyata untuk pertama kalinya. Tingkat kekerasan itu, serta bahaya kehilangan nyawa mungkin saja mengejutkan mereka.
“……Apa Ayah tetap bertarung dalam keadaan seperti ini?” (Kukulia)
Putri Pertama Kukulia menanyakan ini. Dia bagaikan cerminan Leowald dengan rambut pendek berwarna merah kecoklatan muda.
Dia mewarisi mata Ayahnya yang agak tajam, bahkan pada usia muda. Semua orang juga setuju bahwa dia juga memiliki kesan seorang yang cantik, yang mungkin di warisinya dari Ibunya, Blantha.
“Ya, benar. Dalam sebuah perang, hidup seseorang bisa dengan mudahnya hilang. Itulah kenapa semua orang bertarung dengan semua yang mereka miliki, sehingga mereka tidak akan mati.” (Leowald)
“…………” (Kukulia)
“Tentu saja, kau tidak bisa merasa tidak takut. Bagaimanapun juga, kau— tunggu, bukan hanya kau, tapi Mimir juga bilang kalau kalian berdua ingin melihat ini dengan mata kepala kalian sendiri. Awalnya, aku tak berniat membiarkan kalian ikut dengan kami ke duel, namun, aku mengizinkan kalian melakukannya. Apa kalian tahu kenapa?” (Leowald)
Kukulia dan Mimir menggelengkan kepala mereka.
“Yah, artinya, pertarungan ini akan menentukan masa depan ras kita. Terlebih lagi, justru karena ini adalah duel khusus, aku percaya kalian mampu mengamatinya. Karenanya, aku ingin kalian berdua menyaksikan titik balik dalam sejarah ras kita dengan mata kepala kalian sendiri.” (Leowald)
“......Kenapa?” (Kukulia)
“Itu karena kalian adalah harapan untuk era selanjutnya.” (Leowald)
Meskipun benar bahwa sekarang, Leowald adalah orang yang memerintah Gabranth, pada akhirnya, orang lain yang akan menggantikannya. Jika, melalui beberapa kemalangan, putra tertua Leglos atau putra kedua Lenion tewas selama perang, maka para penerus selanjutnya adalah Kukulia atau Mimir.
“Namun, jika seorang yang menjadi pemimpin selanjutnya tak tahu tentang kenyataan perang, suatu saat nanti sebuah masalah pastinya akan muncul. Itu akan menjadi lebih nyata di era saat ini.” (Leowald)
Itulah kenapa dia ingin menunjukkan pada mereka bagaimana perang yang mengerikan bisa terjadi. Dia ingin menunjukkan kepada mereka semua hal ini melalui pertarungannya.
Terlepas dari apakah atau tidaknya Gabranth bisa menang atau kalah dalam duel ini, itu tak akan mengubah kenyataan bahwa ini akan menjadi titik balik besar untuk ras mereka. Itulah kenapa Leowald menilai kalau mengalami titik balik ini sangatlah penting.
Dengan lembut Leowald meletakkan tangannya di atas kepala Mimir dan Kukulia.
“Jadi, perhatikan baik-baik dan belajarlah untuk hidup seperti mereka yang menghadapi pertarungan ini!” (Leowald)
“......Aku mengerti.” (Kukulia)
“……Ya.” (Mimir)
Leowald mengangguk puas pada kedua jawaban mereka.
“Selanjutnya adalah...... kalian.” (Leowald)
Leowald mengarahkan pandangannya ke arah para petarung selanjutnya.
“Ma, jika seperti itu, kalau begitu saya akan pergi.” (???)
Mengatakan ini sambil menggaruk kepalanya yang gatal adalah Rarashik.
“Yah, saya melakukan ini hanya untuk memeriksa perkembangan murid-murid saya yang bodoh ini.” (Rarashik)
Rarashik melirik dibelakangnya di Arnold dan Muir. Wajah mereka kaku karena gugup. Terutama Muir, yang tampak seperti dia bisa pingsan setiap saat ketika wajahnya tampak memucat.
Kali ini, ketiganya yang akan berpartisipasi dalam duel.
“Jangan terlalu gugup, Arnold. Tidak peduli lawan apa yang kita hadapi, aku akan mengalahkan mereka dengan sekuat tenaga!” (Leowald)
Meskipun Arnold mengerti bahwa itu adalah Leowald dari semua orang yang mengatakan ini, itu tidak menghilangkan kenyataan bahwa nasib rasnya bergantung pada pertempuran ini. Arnold tidak pernah menduga bahwa dia akan diminta untuk berpartisipasi dalam perang yang begitu penting. Tidak peduli seberapa banyak dia telah dilatih untuk ini, itu wajar bagi tubuhnya untuk gemetar ketakutan.
Tubuh Muir gemetar dengan kaku juga. ‘Jika memungkinkan, aku benar-benar tidak ingin bertarung’, pikir Muir. Meskipun dia mengikuti kata-kata perpisahan Hiiro dan berlatih dengan keras untuk menjadi lebih kuat, berdiri di atas panggung besar seperti ini, membuatnya mengciut dari rasa takut.
“Oi Rara, meskipun kami sudah memutuskan urutan pesertanya, apa kau tak memberi tahu Arnold dan Muir?” (Leowald)
“Saya tahu, Leo-sama. Jika orang-orang ini terlalu pengecut, saya akan meninggalkan mereka sendirian." (Rarashik)
“Aa, tidak...... aku tidak mengatakan sesuatu seperti itu......” (Leowald)
“Tidak peduli apa yang anda katakan, jika mereka benar-benar takut maka mereka seharusnya sudah pergi sekarang. Bagaimanpun juga, mereka masih di sini; mereka telah memutuskan untuk tinggal. Jika mereka mati tanpa bisa memberikan semuanya, maka penilaian saya benar-benar salah dan saya akan menyerah.” (Rarashik)
Setelah mendengar ucapan Rarashik, Arnold dan Muir berpikir sendiri: ‘Tidak, tidak, bukankah kata-katanya terlalu berlebihan? Itu sama sekali tidak terjadi!’ Karena mereka merasakan kejutan seperti aliran listrik yang mengalir di tubuh mereka.
Ya, seharusnya mereka bisa mundur sekarang. Namun, seperti yang dia katakan, mereka bertahan sampai sekarang karena mereka ingin melihat Hiiro. Mereka ingin menunjukkan kekuatan mereka sekarang pada Hiiro.
Jadi, mereka benar-benar bersyukur karena diizinkan untuk bertempur di panggung besar hanya karena alasan itu. Hanya supaya mereka bisa menunjukkan perkembangan mereka padanya.
Itulah kenapa mereka ingin menanggapi harapan Rarashik dan Leowald yang telah mengakui kekuatan mereka. Meskipun sudah terlambat, mereka akhirnya berpikir kalau mereka berdua bisa melakukannya.
Arnold dan Muir saling menatap dan mengangguk. Melihat keadaan keduanya, Rarashik menyeringai.
“Saa... Ayo pergi, kalian berdua! Saatnya membuat debut kalian berdua mencolok!” (Rarashik)
“O, ou-!” (Arnold)
“Y-Ya!” (Muir)
Masing-masing dari ketiganya memompa diri dan berteriak keras dan menuju ke pusat kawah.
Di jantung kawah adalah Silva, menunggu untuk diberikan surat-surat yang mengkonfirmasikan setiap nama-nama partisipasi yang bertarung. Dan dengan demikian, kedua tim dari masing-masing sisi untuk putaran kedua saling berhadapan.
“Ehem! Sekarang, biarkan saya memastikannya sekali lagi! Untuk pihakGabranth, para pesertanya adalah Rarashik-dono, Arnold-dono, dan Muir-dono! Adapun pihakEvila, para pesertanya adalah Shublarz-dono, Herbreed-dono, dan Eonis-dono! Apakah saya benar?” (Silva)
Kedua belah pihak mengangguk sebagai subuah jawaban.
Herbreed adalah pria jangkung yang memiliki tiga tanduk yang tumbuh dari dahinya, mencirikan penampilannya yang gagah. Eonis adalah seorang gadis, hanya sedikit lebih tinggi dari Muir dan karena alasan tertentu tampak mengenakan sebuah topeng mata.
Kebetulan, ada dua perempuan dan satu laki-laki di masing-masing tim.
“Oi Arnold, masih terlalu awal bagimu untuk menghadapi Shublarz itu. Jadi aku akan menjadi orang yang bertarung dengannya... apa kau dengar?” (Rarashik)
Sambil diam-diam mencoba mendiskusikan taktik dengan Arnold, Rarashik menyadari bahwa Arnold sedang menatap tajam ke arah orang  yang berdiri di hadapannya.
“Nn……” (Arnold)
Shublarz mendesah panjang, menggoda, dan kemudian mata Arnold menjadi merah.
*BAGO-!*
“Nohou-!” (Arnold)
Tiba-tiba Rarashik menmukul kepala Arnold yang mulai menanggapinya sembari menjerit kesakitan.
“Ap-apa yang kau lakukan Shishou?!” (Arnold)
“Diam kau murid bodoh! Sampai kapan kau berencana menatap dada wanita itu?” (Rarashik)
“T-Tidak tidak tidak, A-A-A-Aku tidak melakukan hal seperti itu!” (Arnold)
“......Paman.....” (Muir)
Dengan putus asa mencoba membela dirinya, Arnold tidak dapat menyangkal tindakan cabul sebelumnya ketika Muir mengutarakan kekecewaannya.
“Hohou, kalau begitu kau tidak suka melihat payud*ra itu? Kau sama sekali tidak tertarik?” (Rarashik)
“E? A, Tidak, M—Meski aku pikir itu adalah hal yang luar biasa, e-entah bagaimana aku tidak bisa menahannya selain menatapnya...... A—” (Arnold)
“......Paman.......” (Muir)
Dan begitulah nasib Arnold telah tertutup. Dia ditendang hingga terbalik oleh Rarashik, didorong mendekati kematian bahkan sebelum duel dimulai.
“Fufufu, sungguh pria yang menarik~” (Shublarz)
Sembari meremas payudar*nya di antara kedua lengannya, dada Shublarz sudah cukup ditekankan. Di sampingnya, Herbreed mengalihkan pandangannya saat pipinya secara perlahan memerah, sementara Eonis memiringkan lehernya saat dia meniru tindakan yang dilakukan Shublarz pada dadanya sendiri. (TL/N : Yey!! Ada FS dari Succubus a.k.a Sublarz dan si Loli a.k.a Eonis :v)
*drip* *drip* *drip* *drip* *drip* *drip*……
Bagaimanapun juga, ada seseorang yang tidak boleh dilupakan. Lebih dari Arnold, seorang cabul yang penuh nafsu menatap puncak kembar Shublarz dari kejauhan.
“Nofooooooooo-! Sungguh luar biasa! Aah, tapi tidak boleh! Saya seharusnya netral! Tidak peduli berapa banyak kamu mencoba untuk menggoda saya, saya tak akan menyerah! NAMUN! Setelah duel ini berakhir, saya akan menatap dan memijatnya sesuai keinginan hatiku!” (Silva)
“Memalukaaaaaaaan!” (Liliyn)
Tiba-tiba Liliyn datang dari langit berputar seperti pembuka botol. Dia mengeksekusi tumitnya jatuh tepat di atas kepala Silva, membuat daging cincang darinya.
*Dogagagagagagaga-!
“Binyunpuu-!?” (Silva)
Kepala Silva terkubur di bawah tanah, dan hanya kakinya yang bisa terlihat mencuat keluar dari tanah— dengan demikian, gambaran orang cabul telah berakhir.
“Kau seharusnya tidak memihak siapapun, bajing*n!” (Liliyn)
“O……Gu……” (Silva)
“Jawab aku!” (Liliyn)
“…Ya…… My…… Lord……” (Silva)
Liliyn mengatakannya sembari menyeret Silva ke belakang. Orang-orang yang ada disana benar-benar terkejut.
“Ap, apa yang baru saja terjadi……” (Arnold)
Semua orang bertanya-tanya apa yang baru saja terjadi. Tapi, tidak satu pun dari mereka yang mampu menjawab pertanyaan Arnold.
“Nofofofofo! Baiklah , semuanya, duel akan segera dimulai! Nofofofofo!” (Silva)
Silva yang bangkit kembali mengatakannya dengan sopan dan membungkukkan kepalanya ketika dia berjalan kembali ke arena.
“O, oi, hidung orang tua itu berdarah sampai separah itu dan dia masih baik-baik saja?” (Arnold)
“Y, ya......” (Muir)
Muir juga bertanya-tanya tentang keadaan Silva. Namun, karena orang itu sendiri tidak mempedulikannya sama sekali, mereka tidak mendesaknya lebih jauh lagi.
“Ehem! Maka sekarang, saya akan meriksa sekali lagi, petarung yang akan ditunjuk sebagaiRaja dari setiap sisi! Untuk kelompokGabranth yang akan menjadi raja adalah Rarashik-dono dan adapun di kelompok Evila yang ditunjuk sebagai raja adalah Shublarz-dono, benar?” (Silva)
Kedua pihak mengangguk. Duel kali ini mengikuti sistem Agasshi, di mana dua tim yang terdiri dari beberapa orang akan bertarung, dengan satu orang dari masing-masing tim yang ditunjuk sebagai Raja.
Untuk melindungi sang Raja, anggota lain akan mengabdikan diri mereka untuk mendukung sang Raja. Dalam kasus duel satu lawan satu, dua peserta tunggal jelas akan menjadi sangRaja. Dalam hal ini, siapa pun yang dikalahkan adalah yang kalah. Namun, untuk kasus banyaknya orang, yang mana sangRaja berhasil dikalahkan pertama maka dipastikan kelompok itu akan kalah.
Itu tidak berarti bahwa anggota lain tidak berguna: orang yang kurang pengalaman jika dibandingkan dengan sisi lain, maka tugas melindungi Raja akan menjadi jauh lebih sulit, sehingga meningkatkan kemungkinan akan kekalahan di tim mereka.
“Lalu, apakah kedua belah pihak sudah selesai dengan persiapannya?” (Silva)
Ketika Silva mengucapkan kata-kata itu, kedua belah pihak melompat menjauh dari satu sama lain. Mengambil itu sebagai konfirmasi, Silva menarik napas dalam-dalam dan:
“Baiklah,  ronde kedua dimulai!” (Silva)
Perjuangan sebenarnya teman seperjalanan  Hiiro: Arnold dan Muir; telah dimulai.



1 komentar: