Chapter 171 – Duel Perdana Arnold dan Muir
“Uu...” (Marione)
“Marione! Marione,
apa kau baik-baik saja?!” (???)
Duel antara
Marione dan Leowald telah berakhir.
Eveam dan yang lainnya bergegas menuju Marione yang
telah kehilangan kesadaran. Mereka kemudian
membawa Marione keluar dari kawah dan mulai menyembuhnya.
Setelah beberapa saat, Marione
kembali sadar.
“.....Yang.... Yang Mulia.....”
(Marione)
Marione telah berjuang sampai saat
ini, dan merenungkan kekalahannya.
Dia mengepalkan tinjunya dan berkata dengan wajah penuh
penyesalan.
“Ke... Kekuatan saya tidak cukup...
saya mohon maaf....” (Marione)
Marione
mengharapkan untuk mendengar kata-kata kasar dan kritikan darinya. Bagaimanapun
juga, dia membual tentang meraih kemenangan dengan cepat. Namun, ketika Leowald mulai serius, itu berakhir dengan dia
menghadapi serangan yang menentukan akhir pertarungan.
Marione dikalahkan begitu saja dan dihajar
habis-habisan walaupun dia adalah bagian dari 《Cruel》, Marione tidak bisa mengatakan apa pun sebagai balasan
jika dia ditegur. Namun, Eveam hanya
menggelengkan kepalanya dalam diam dan berkata:
“Jangan bilang hal seperti itu!”
(Eveam)
Semua pikiran negatif Marione
tersapu oleh kata-kata Eveam.
“Yang Mulia?” (Marione)
“Memang memalukan kalau kau kalah; Namun, itu bukan berarti
aku tak lagi memiliki keyakinan padamu!” (Eveam)
“…………”
(Marione)
“Daripada memikirkan tentang bagaimana kau kalah; kau sudah berhasil mendorong Beast King sejauh itu. Jika dia berpartisipasi dalam duel selanjutnya, kami akan
memiliki pemahaman yang baik tentang kemampuannya. Itu akan memberkan
sedikit keuntungan bagi pihak kita.” (Eveam)
“Yang Mulia……” (Marione)
Ekspresi suram
Marione terhalau saat melihat senyum cerah Eveam. Rasa tenang
mulai mengalir dari hatinya. Secara perlahan,
Marione memejamkan matanya dan mengucapkan:
“Kata-kata
anda...... terlalu banyak untuk orang seperti saya. Lain
kali...... saya pasti akan membawakan kemenangan untuk anda, Yang Mulia.”
(Marione)
“Aa, aku akan mengharapkannya!”
(Eveam)
Pada kata-kata itu, mata Marione
secara perlahan terbuka ketika dia tersenyum samar, dan kemudian dia menutup
matanya lagi.
Eveam
mempercayakan perawatan Marione kepada salah satu bawahan yang ada di sana dan
menatap bagian tengah kawah sebagai persiapan untuk pertempuran berikutnya.
Babak kedua duel dimulai.
“Kerja bagus, Ayah!” (Leglos)
Pada kemenangan
Leowald, 『Gabranth』 bermunculan
dalam perayaan. Semua orang memompa tinju mereka dengan sukacita.
Dan orang yang paling banyak
berteriak adalah Pangeran Pertama, Leglos.
“Hmm, itu pertarungan yang cukup
menyenangkan.” (Leowald)
Leowald menjawab dengan anggukan
puas.
“Uoo~ aku juga ingin cepat-cepat
bertarung!” (Lenion)
Jadi kata
Pangeran Kedua Lenion.
Tubuhnya berdebar-debar dan dia tidak bisa menahan
senyumannya setelah merasakan perasaan yang meluap dari pertempuran sebelumnya.
“Baiklah, bagaimana, Kukulia dan
Mimir? Seperti itulah pertarungan yang sebenarnya.” (Leowald)
Sementara Leowald merayakan kemenangannya, beberapa
wajah di sana menegang setelah melihat duel nyata untuk pertama kalinya. Tingkat kekerasan itu, serta bahaya kehilangan nyawa mungkin
saja mengejutkan mereka.
“……Apa Ayah tetap bertarung dalam
keadaan seperti ini?” (Kukulia)
Putri Pertama
Kukulia menanyakan ini.
Dia bagaikan cerminan Leowald dengan rambut pendek
berwarna merah kecoklatan muda.
Dia mewarisi
mata Ayahnya yang agak tajam, bahkan pada usia muda. Semua orang
juga setuju bahwa dia juga memiliki kesan seorang yang cantik, yang mungkin di
warisinya dari Ibunya, Blantha.
“Ya, benar. Dalam sebuah perang,
hidup seseorang bisa dengan mudahnya hilang. Itulah
kenapa semua orang bertarung dengan semua yang mereka miliki, sehingga mereka
tidak akan mati.” (Leowald)
“…………”
(Kukulia)
“Tentu saja, kau
tidak bisa merasa tidak takut.
Bagaimanapun juga, kau— tunggu, bukan hanya kau, tapi
Mimir juga bilang kalau kalian berdua ingin melihat ini dengan mata kepala
kalian sendiri. Awalnya, aku tak berniat
membiarkan kalian ikut dengan kami ke duel, namun, aku mengizinkan kalian
melakukannya. Apa kalian tahu kenapa?” (Leowald)
Kukulia dan Mimir menggelengkan kepala mereka.
“Yah, artinya,
pertarungan ini akan menentukan masa depan ras kita. Terlebih lagi,
justru karena ini adalah duel khusus, aku percaya kalian mampu mengamatinya.
Karenanya, aku ingin kalian berdua menyaksikan titik
balik dalam sejarah ras kita dengan mata kepala kalian sendiri.” (Leowald)
“......Kenapa?” (Kukulia)
“Itu karena kalian adalah harapan
untuk era selanjutnya.” (Leowald)
Meskipun benar
bahwa sekarang, Leowald adalah orang yang memerintah 『Gabranth』, pada akhirnya,
orang lain yang akan menggantikannya.
Jika, melalui beberapa kemalangan, putra tertua Leglos
atau putra kedua Lenion tewas selama perang, maka para penerus selanjutnya
adalah Kukulia atau Mimir.
“Namun, jika seorang yang menjadi pemimpin selanjutnya
tak tahu tentang kenyataan perang, suatu saat nanti sebuah masalah pastinya
akan muncul. Itu akan menjadi
lebih nyata di era saat ini.” (Leowald)
Itulah kenapa dia ingin menunjukkan pada mereka
bagaimana perang yang mengerikan bisa terjadi. Dia ingin menunjukkan kepada mereka semua hal ini melalui
pertarungannya.
Terlepas dari apakah atau tidaknya 『Gabranth』 bisa menang atau kalah dalam duel ini, itu tak akan
mengubah kenyataan bahwa ini akan menjadi titik balik besar untuk ras mereka. Itulah
kenapa Leowald menilai kalau mengalami titik balik ini sangatlah penting.
Dengan lembut Leowald meletakkan
tangannya di atas kepala Mimir dan Kukulia.
“Jadi, perhatikan baik-baik dan belajarlah untuk hidup
seperti mereka yang menghadapi pertarungan ini!” (Leowald)
“......Aku mengerti.” (Kukulia)
“……Ya.” (Mimir)
Leowald mengangguk puas pada kedua
jawaban mereka.
“Selanjutnya adalah...... kalian.”
(Leowald)
Leowald mengarahkan pandangannya ke
arah para petarung selanjutnya.
“Ma, jika seperti itu, kalau begitu saya
akan pergi.” (???)
Mengatakan ini sambil menggaruk
kepalanya yang gatal adalah Rarashik.
“Yah, saya melakukan ini hanya untuk memeriksa
perkembangan murid-murid saya yang bodoh ini.” (Rarashik)
Rarashik melirik dibelakangnya di Arnold dan Muir. Wajah mereka kaku karena gugup. Terutama Muir, yang tampak seperti dia bisa pingsan setiap
saat ketika wajahnya tampak memucat.
Kali ini, ketiganya yang akan
berpartisipasi dalam duel.
“Jangan terlalu gugup, Arnold. Tidak peduli
lawan apa yang kita hadapi, aku akan mengalahkan mereka dengan sekuat tenaga!”
(Leowald)
Meskipun Arnold mengerti bahwa itu
adalah Leowald dari semua orang yang mengatakan ini, itu tidak menghilangkan
kenyataan bahwa nasib rasnya bergantung pada pertempuran ini. Arnold
tidak pernah menduga bahwa dia akan diminta untuk berpartisipasi dalam perang
yang begitu penting. Tidak peduli seberapa
banyak dia telah dilatih untuk ini, itu wajar bagi tubuhnya untuk gemetar
ketakutan.
Tubuh Muir gemetar dengan kaku juga. ‘Jika memungkinkan, aku benar-benar tidak
ingin bertarung’, pikir Muir. Meskipun dia
mengikuti kata-kata perpisahan Hiiro dan berlatih dengan keras untuk menjadi
lebih kuat, berdiri di atas panggung besar seperti ini, membuatnya mengciut
dari rasa takut.
“Oi Rara, meskipun kami sudah
memutuskan urutan pesertanya, apa kau tak memberi tahu Arnold dan Muir?”
(Leowald)
“Saya tahu, Leo-sama. Jika
orang-orang ini terlalu pengecut, saya akan meninggalkan mereka
sendirian." (Rarashik)
“Aa, tidak...... aku tidak
mengatakan sesuatu seperti itu......” (Leowald)
“Tidak peduli apa yang anda katakan,
jika mereka benar-benar takut maka mereka seharusnya sudah pergi sekarang. Bagaimanpun
juga, mereka masih di sini; mereka telah
memutuskan untuk tinggal. Jika mereka mati tanpa
bisa memberikan semuanya, maka penilaian saya benar-benar salah dan saya akan
menyerah.” (Rarashik)
Setelah mendengar ucapan Rarashik,
Arnold dan Muir berpikir sendiri: ‘Tidak,
tidak, bukankah kata-katanya terlalu berlebihan?
Itu sama sekali tidak terjadi!’ Karena
mereka merasakan kejutan seperti aliran listrik yang mengalir di tubuh mereka.
Ya, seharusnya mereka bisa mundur
sekarang. Namun, seperti yang dia katakan, mereka bertahan sampai
sekarang karena mereka ingin melihat Hiiro. Mereka
ingin menunjukkan kekuatan mereka sekarang pada Hiiro.
Jadi, mereka benar-benar bersyukur
karena diizinkan untuk bertempur di panggung besar hanya karena alasan itu. Hanya
supaya mereka bisa menunjukkan perkembangan mereka padanya.
Itulah kenapa mereka ingin
menanggapi harapan Rarashik dan Leowald yang telah mengakui kekuatan mereka. Meskipun
sudah terlambat, mereka akhirnya berpikir kalau mereka berdua bisa
melakukannya.
Arnold dan Muir saling menatap dan
mengangguk. Melihat keadaan keduanya, Rarashik menyeringai.
“Saa... Ayo pergi, kalian berdua! Saatnya
membuat debut kalian berdua mencolok!” (Rarashik)
“O,
ou-!” (Arnold)
“Y-Ya!” (Muir)
Masing-masing dari ketiganya memompa
diri dan berteriak keras dan menuju ke pusat kawah.
Di jantung kawah adalah Silva, menunggu
untuk diberikan surat-surat yang mengkonfirmasikan setiap nama-nama partisipasi
yang bertarung. Dan dengan demikian, kedua tim dari masing-masing sisi untuk
putaran kedua saling berhadapan.
“Ehem! Sekarang,
biarkan saya memastikannya sekali lagi! Untuk
pihak『Gabranth』, para pesertanya adalah Rarashik-dono, Arnold-dono,
dan Muir-dono! Adapun pihak『Evila』, para pesertanya adalah Shublarz-dono, Herbreed-dono,
dan Eonis-dono! Apakah saya benar?” (Silva)
Kedua belah pihak mengangguk sebagai
subuah jawaban.
Herbreed adalah pria jangkung yang
memiliki tiga tanduk yang tumbuh dari dahinya, mencirikan penampilannya yang
gagah. Eonis adalah seorang gadis, hanya sedikit lebih tinggi dari
Muir dan karena alasan tertentu tampak mengenakan sebuah topeng mata.
Kebetulan, ada dua perempuan dan
satu laki-laki di masing-masing tim.
“Oi Arnold, masih terlalu awal
bagimu untuk menghadapi Shublarz itu. Jadi aku akan menjadi orang
yang bertarung dengannya... apa kau dengar?” (Rarashik)
Sambil diam-diam mencoba mendiskusikan
taktik dengan Arnold, Rarashik menyadari bahwa Arnold sedang menatap tajam ke
arah orang yang berdiri di hadapannya.
“Nn……”
(Arnold)
Shublarz mendesah panjang, menggoda,
dan kemudian mata Arnold menjadi merah.
*BAGO-!*
“Nohou-!”
(Arnold)
Tiba-tiba Rarashik menmukul kepala
Arnold yang mulai menanggapinya sembari menjerit kesakitan.
“Ap-apa yang kau lakukan Shishou?!”
(Arnold)
“Diam kau murid bodoh! Sampai
kapan kau berencana menatap dada wanita itu?” (Rarashik)
“T-Tidak tidak tidak, A-A-A-Aku
tidak melakukan hal seperti itu!” (Arnold)
“......Paman.....” (Muir)
Dengan putus asa mencoba membela
dirinya, Arnold tidak dapat menyangkal tindakan cabul sebelumnya ketika Muir
mengutarakan kekecewaannya.
“Hohou, kalau begitu kau tidak suka
melihat payud*ra itu?
Kau sama sekali tidak tertarik?” (Rarashik)
“E? A, Tidak,
M—Meski aku pikir itu adalah hal yang luar biasa, e-entah bagaimana aku tidak
bisa menahannya selain menatapnya...... A—” (Arnold)
“......Paman.......” (Muir)
Dan begitulah nasib Arnold telah tertutup. Dia
ditendang hingga terbalik oleh Rarashik, didorong mendekati kematian bahkan
sebelum duel dimulai.
“Fufufu, sungguh pria yang menarik~”
(Shublarz)
Sembari meremas payudar*nya di
antara kedua lengannya, dada Shublarz sudah cukup ditekankan. Di
sampingnya, Herbreed mengalihkan pandangannya saat pipinya secara perlahan
memerah, sementara Eonis memiringkan lehernya saat dia meniru tindakan yang
dilakukan Shublarz pada dadanya sendiri. (TL/N : Yey!! Ada FS dari Succubus a.k.a Sublarz
dan si Loli a.k.a Eonis :v)
*drip*
*drip* *drip* *drip* *drip* *drip*……
Bagaimanapun juga, ada seseorang
yang tidak boleh dilupakan.
Lebih dari Arnold, seorang cabul yang penuh nafsu
menatap puncak kembar Shublarz dari kejauhan.
“Nofooooooooo-! Sungguh
luar biasa! Aah, tapi tidak boleh! Saya seharusnya netral! Tidak
peduli berapa banyak kamu mencoba untuk menggoda saya, saya tak akan menyerah!
NAMUN! Setelah duel ini
berakhir, saya akan menatap dan memijatnya sesuai keinginan hatiku!” (Silva)
“Memalukaaaaaaaan!” (Liliyn)
Tiba-tiba Liliyn datang dari langit
berputar seperti pembuka botol.
Dia mengeksekusi tumitnya jatuh tepat di atas kepala
Silva, membuat daging cincang darinya.
*Dogagagagagagaga-!
“Binyunpuu-!?”
(Silva)
Kepala Silva terkubur di bawah
tanah, dan hanya kakinya yang bisa terlihat mencuat keluar dari tanah— dengan
demikian, gambaran orang cabul telah berakhir.
“Kau seharusnya tidak memihak
siapapun, bajing*n!” (Liliyn)
“O……Gu……”
(Silva)
“Jawab aku!” (Liliyn)
“…Ya…… My…… Lord……” (Silva)
Liliyn mengatakannya sembari
menyeret Silva ke belakang.
Orang-orang yang ada disana benar-benar terkejut.
“Ap, apa yang baru saja terjadi……”
(Arnold)
Semua orang bertanya-tanya apa yang
baru saja terjadi. Tapi,
tidak satu pun dari mereka yang mampu menjawab
pertanyaan Arnold.
“Nofofofofo! Baiklah , semuanya,
duel akan segera dimulai! Nofofofofo!” (Silva)
Silva yang bangkit kembali
mengatakannya dengan sopan dan membungkukkan kepalanya ketika dia berjalan
kembali ke arena.
“O, oi, hidung orang tua itu
berdarah sampai separah itu dan dia masih baik-baik saja?” (Arnold)
“Y, ya......” (Muir)
Muir juga bertanya-tanya tentang
keadaan Silva. Namun, karena orang itu sendiri tidak mempedulikannya sama
sekali, mereka tidak mendesaknya lebih jauh lagi.
“Ehem! Maka sekarang,
saya akan meriksa sekali lagi, petarung yang akan ditunjuk sebagai『Raja』 dari setiap sisi! Untuk kelompok『Gabranth』 yang akan menjadi raja adalah Rarashik-dono dan adapun
di kelompok 『Evila』 yang ditunjuk sebagai raja adalah Shublarz-dono,
benar?” (Silva)
Kedua pihak mengangguk. Duel kali
ini mengikuti sistem 《Agasshi》, di mana
dua tim yang terdiri dari beberapa orang akan bertarung, dengan satu orang dari
masing-masing tim yang ditunjuk sebagai 『Raja』.
Untuk melindungi sang 『Raja』, anggota
lain akan mengabdikan diri mereka untuk mendukung sang 『Raja』. Dalam kasus
duel satu lawan satu, dua peserta tunggal jelas akan menjadi sang『Raja』. Dalam hal
ini, siapa pun yang dikalahkan adalah yang kalah. Namun, untuk kasus banyaknya orang, yang mana sang『Raja』 berhasil
dikalahkan pertama maka dipastikan kelompok itu akan kalah.
Itu tidak berarti bahwa anggota lain
tidak berguna: orang yang kurang pengalaman jika dibandingkan dengan sisi lain,
maka tugas melindungi 『Raja』 akan menjadi
jauh lebih sulit, sehingga meningkatkan kemungkinan akan kekalahan di tim
mereka.
“Lalu, apakah kedua belah pihak
sudah selesai dengan persiapannya?” (Silva)
Ketika Silva mengucapkan kata-kata
itu, kedua belah pihak melompat menjauh dari satu sama lain. Mengambil
itu sebagai konfirmasi, Silva menarik napas dalam-dalam dan:
“Baiklah, ronde kedua dimulai!” (Silva)
Perjuangan sebenarnya teman
seperjalanan Hiiro: Arnold dan Muir; telah
dimulai.
« Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya »
Dari pertarungan pertama evilia ga diuntungin mulu jir
BalasHapus