Web Suka-Suka Translate Light Novel dan Web Novel

Rabu, 04 Juli 2018

My Entire Class Was Summoned to Another World Except for Me Chapter 14 - Bahasa Indonesia


Chapter 14 – Sebuah Rute Wajib

Sudah seminggu sejak serangan teroris itu terjadi di sekolah kami, karenanya, sekolah kami harus di liburkan untuk sementara waktu. Namun, hari ini hari ketika kami mulai bersekolah kembali.
“Selamat pagi, Kamiya-kun.”
“Pagi, Kamaishi.”
Seperti biasa, Kamaishi menyapaku ketika aku memasuki kelas dan duduk di kursiku.
“Sekolah akhirnya dimulai. Apa yang kau lakukan minggu ini, Kamiya-kun?”
“Ayo kita ingat, aku hanya membaca beberapa buku dan tidur siang sepanjang hari, itu saja.”
“Sudah kuduga.”
Kamaishi mengungkapkan senyum pahit di wajahnya.
Aku tidak bisa mengatakan padanya bahwa aku sebenarnya sedang terbang di langit dan makan ramen yang lezat. Namun, mengesampingkan masalah ramen, aku tidak mungkin berpikir untuk mengatakan kalau sekarang aku memiliki skill untuk terbang.
Dia pasti akan berpikir aku sudah gila setelah serangan teroris itu. Dan itu hanya akan membuatku terlihat seperti orang aneh.
“Bagaimana denganmu, Kamaishi-san?”
“Aku membantu ibuku di rumah, dan sedikit belajar.”
“Seperti yang diharapkan darimu, huh.”
Beberapa saat setelah obrolan yang bersahabat kami, bel berbunyi, menandakan awal kelas akan di mulai. Tepat ketika setelah mereka mendengar suara itu, semua siswa bergegas ke tempat duduk mereka dan mengeluarkan buku mereka masing-masing.
Aku tidak yakin apakah hal itu diterapkan ke sekolah lain, tetapi kami diberi tambahan waktu 10 menit untuk membaca buku. Pada saat-saat seperti ini, biasanya aku memilih Light Novel untuk dibaca, tetapi kali ini berbeda.
Yang saat ini yang ku siapkan adalah buku kosakata Bahasa Inggris.
Untuk alasannya, itu karena aku memiliki kesulitan dalam memahami bahasa asing ketika aku melakukan latihan terbangku beberapa hari yang lalu.
Aku hanya bisa mendengarkan orang yang berbicara denganku sampai aku mendapatkan sebuah skill, tapi jujur, rasanya sangat menyedihkan untuk melakukannya, jadi, aku berakhir dengan memindahkannya.
Singkatnya, aku sekarang membaca buku kosakata ini untuk mendapatkan skill yang sesuai.
Ketika aku membaca, siswa di sebelahku menatapku dengan ekspresi yang tidak biasa, tetapi aku mengabaikannya. Aku dengan mudah membaca buku itu.
“SkillEnglish Comprehension telah diperoleh.” (T/N : Skill Pemahaman Bahasa Inggris)
Hah? Tunggu sebentar, Pemahaman Bahasa Inggris dan bukanPemahaman Bahasa?
Sejenak aku kebingungan, tapi kemudian aku kembali tenang. Aku hanya membaca buku berbahasa Inggris, jadi wajar jika aku mendapatkan skill bahasa Inggris. Mendapatkan skill semua bahasa hanya dari membaca sebuah buku bahasa Inggris, itu adalah hal yang benar-benar mustahil.
Jika itu masalahnya, bukankah itu berarti aku harus mendapatkan pengetahuan dasar bahasa apa pun jika aku ingin mendapatkan pemahaman skill di dalamnya? Sepertinya aku tidak akan bisa mendapatkannya saat ini. Ketika aku hampir menyerah, tiba-tiba sebuah ide terlintas di pikiranku.
Mungkin jika aku menaikkan levelnya, Pemahaman Bahasa Inggrisbisa berubah menjadi Language Comprehension
Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku terus membaca untuk mencobanya.
“Skill naik level. Pemahaman Bahasa Inggrisnaik level menjadi Wide English Knowledge.” (T/N : Wide English Knowledge = Pengetahuan Bahasa Inggris yang Luas)
Tidak, aku salah. Kau pasti bercanda, ‘kan? Bukan ini yang ku inginkan! Jadi ini mustahil, bagaimanapun juga. Tidak, tunggu! Aku tidak akan menyerah sampai pada titik ini. Masih ada kesempatan.
Ketika aku memutuskan untuk tidak menyerah, aku melanjutkan membaca sekali lagi. Namun, menaikkan level skill ke level kedua cukup menghabiskan banyak waktu. Kali ini aku membaca hampir dua halaman lebih untuk menaikkan levelnya.
“Skill naik level. Wide English Knowledgenaik level menjadiWide Conversational Knowledge.”
Sempurna! Ini yang aku cari-cari.
Aku langsung bergegas memeriksa deskripsi skill baruku.
«Wide Conversational Knowledge»
Memungkinkan memahami berbagai macam bahasa. Efeknya memberi kesan yang baik kepada pihak lain selama berbicara dengan sedikit pengaruhnya.
Oh, ini dia! Ini yang aku inginkan. Aku tidak begitu peduli dengan efek terakhir itu, tapi ini bagus.
Bel berbunyi tepat setelah aku menyelesaikan membaca keterangannya. Guru wali kelas memasuki ruang kelas dan memulai pelajaran hari ini.
Kelas pagi telah berakhir dan istirahat makan siang baru saja dimulai. Aku diajak oleh Kamaishi untuk makan bersamanya, dan seperti biasa kami berdua pergi ke atap.
Kami duduk di bangku yang sama karena kebiasaan dan menikmati waktu bersama dengan mengobrol sembari memakan bekal makan siang kami. Sampai Kamaishi mendadak menanyakanku sebuah pertanyaan.
“Kalau dipikir-pikir, Kamiya-kun. Apa kau pernah melakukan pekerjaan rumah?”
“Pekerjaan rumah? Tidak pernah melakukannya.”
“Bukankah kau pernah berpikir untuk melakukannya suatu hari nanti?”
“Yah, di rumahku, aku tak begitu yakin, tapi kurasa aku tidak pernah perlu melakukannya.”
Ibuku bukan hanya seorang koki profesional, tetapi juga ahli dalam pekerjaan rumah tangga. Dia tidak meninggalkan sedikit pun debu dan melakukan cucian sempurna yang terkadang membuatku ragu jika pakaianku diganti dengan yang baru.
Jujur, aku tidak mempunyai kesempatan untuk membantunya. Tidak sepertiku, Karen terkadang membantunya sesekali semejak dia mewarisi keterampilannya.
Mengira itu sesuatu yang sudah melekat dalam dirinya, itulah sebabnya aku tidak punya kesempatan membantu. Yah, setidaknya aku bisa saja mendapatkan skill yang memungkinkanku bisa melakukannya, meskipun itu tidak berarti apa-apa. Belum lagi, ini tugas yang merepotkan.
“Hee, ibumu benar-benar hebat.”
“Dia hampir sempurna, dalam berbagai hal.”
“Ya. Tapi tidakkah kau berpikir untuk melakukannya?”
“Hm, aku berpikir kalau akan lebih baik jika aku bisa membantu.”
Aku akan bisa membuat sesuatu untuk dimakan kapan pun yang aku mau dan semuanya. Nah, itu kalau aku bisa melakukan pekerjaan rumah tangga.
“Ibumu tidak mengajarimu bagaimana melakukan pekerjaan rumah?”
“Tidak, ibuku sangat teliti ketika sedang memasak atau melakukan pekerjaan rumah lainnya, jadi aku tidak perlu repot-repot bertanya padanya.”
Aku lebih suka berusaha untuk mendapatkan sebuah skill daripada meminta ibuku untuk mengajariku. Ketika aku menjawabnya, Kamaishi mulai melirik wajahku sembari terlihat seolah-olah ingin mengatakan sesuatu.
“D-Dalam hal ini, aku ingin, untuk, kau tahu, mengajarimu cara memasak? Mungkin.”
Tidak, itu merepotkan, jadi aku akan menolaknya. Tentu saja, tidak mungkin aku langsung menolak tawarannya seperti ini.
Berhenti menatapku dengan tatapan mata seperti itu! Kau membuatku lebih sulit untuk menolaknya.
“T-Tidak?”
Ketika aku tetap terdiam, wajah Kamaishi berubah gelap dan suaranya sedikit menurun.
...Sepertinya aku tidak bisa menolak untuk yang satu ini.
“Kalau begitu, tolong.”
Tepat ketika aku memberinya persetujuan, Kamaishi mendapatkan kembali raut wajahnya yang ceria sembari menghembuskankan napas lega, tampaknya itu sangat melegakan.
Apa ini rute wajib? Hal yang tidak mungkin untuk dihindari!
“Sekarang sudah diputuskan, di mana kau akan mengajariku?”
“Kau bisa datang ke tempatku. Ibuku tidak akan pulang sampai larut malam.”
“Oke, jadi hari ini aku akan datang ke tempatmu.”
“Ya, mari lakukan yang terbaik.”
“Ah, un. Ya.”
Itu mungkin akan berakhir hanya beberapa menit setelah aku memulainya. Jika aku mempelajarinya sebagai sebuah skill, aku akan mampu melakukan sebagian besar perkerjaannya.
Sementara itu, untuk beberapa alasan Kamaishi membuat pose kemenangan, aku yang duduk di sampingnya menghela nafas sembari membayangkan masalah apa yang akan aku lalui nantinya.



1 komentar: