Chapter 14 – Sebuah
Rute Wajib
Sudah seminggu sejak serangan teroris itu terjadi
di sekolah kami, karenanya, sekolah kami harus di liburkan untuk sementara
waktu. Namun, hari ini hari ketika kami mulai bersekolah
kembali.
“Selamat pagi, Kamiya-kun.”
“Pagi, Kamaishi.”
Seperti biasa, Kamaishi
menyapaku ketika aku memasuki kelas dan duduk di kursiku.
“Sekolah akhirnya dimulai. Apa yang
kau lakukan minggu ini, Kamiya-kun?”
“Ayo kita ingat, aku hanya
membaca beberapa buku dan tidur siang sepanjang hari, itu saja.”
“Sudah kuduga.”
Kamaishi mengungkapkan senyum pahit
di wajahnya.
Aku tidak bisa mengatakan padanya
bahwa aku sebenarnya sedang terbang di langit dan makan ramen yang lezat. Namun,
mengesampingkan masalah ramen, aku tidak mungkin berpikir untuk mengatakan
kalau sekarang aku memiliki skill untuk terbang.
Dia pasti akan berpikir aku sudah
gila setelah serangan teroris itu.
Dan itu hanya akan membuatku terlihat seperti orang
aneh.
“Bagaimana denganmu, Kamaishi-san?”
“Aku membantu ibuku di rumah, dan
sedikit belajar.”
“Seperti yang diharapkan darimu, huh.”
Beberapa saat setelah obrolan yang
bersahabat kami, bel berbunyi, menandakan awal kelas akan di mulai. Tepat
ketika setelah mereka mendengar suara itu, semua siswa bergegas ke tempat duduk
mereka dan mengeluarkan buku mereka masing-masing.
Aku tidak yakin apakah hal itu
diterapkan ke sekolah lain, tetapi kami diberi tambahan waktu 10 menit untuk
membaca buku. Pada saat-saat seperti ini, biasanya aku memilih Light Novel
untuk dibaca, tetapi kali ini berbeda.
Yang saat ini yang ku siapkan adalah
buku kosakata Bahasa Inggris.
Untuk alasannya, itu karena aku
memiliki kesulitan dalam memahami bahasa asing ketika aku melakukan latihan terbangku
beberapa hari yang lalu.
Aku hanya bisa mendengarkan orang
yang berbicara denganku sampai aku mendapatkan sebuah skill, tapi jujur,
rasanya sangat menyedihkan untuk melakukannya, jadi, aku berakhir dengan
memindahkannya.
Singkatnya, aku sekarang membaca
buku kosakata ini untuk mendapatkan skill yang sesuai.
Ketika aku membaca, siswa di sebelahku
menatapku dengan ekspresi yang tidak biasa, tetapi aku mengabaikannya. Aku dengan
mudah membaca buku itu.
“Skill【English Comprehension】 telah diperoleh.” (T/N : Skill Pemahaman
Bahasa Inggris)
Hah?
Tunggu sebentar, 【Pemahaman Bahasa
Inggris】 dan bukan【Pemahaman Bahasa】?
Sejenak aku kebingungan, tapi
kemudian aku kembali tenang.
Aku hanya membaca buku berbahasa Inggris, jadi wajar
jika aku mendapatkan skill bahasa Inggris. Mendapatkan
skill semua bahasa hanya dari membaca sebuah buku bahasa Inggris, itu adalah
hal yang benar-benar mustahil.
Jika itu masalahnya, bukankah itu
berarti aku harus mendapatkan pengetahuan dasar bahasa apa pun jika aku ingin
mendapatkan pemahaman skill di dalamnya? Sepertinya aku tidak akan bisa
mendapatkannya saat ini. Ketika aku hampir
menyerah, tiba-tiba sebuah ide terlintas di pikiranku.
Mungkin
jika aku menaikkan levelnya, 【Pemahaman Bahasa Inggris】bisa berubah menjadi 【Language Comprehension】
Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku
terus membaca untuk mencobanya.
“Skill naik level. 【Pemahaman Bahasa Inggris】naik level menjadi 【Wide English Knowledge】.”
(T/N
: Wide English Knowledge = Pengetahuan Bahasa Inggris yang Luas)
Tidak, aku salah. Kau pasti bercanda, ‘kan?
Bukan ini yang ku inginkan! Jadi ini mustahil, bagaimanapun juga. Tidak, tunggu! Aku tidak akan menyerah
sampai pada titik ini. Masih ada kesempatan.
Ketika aku memutuskan untuk tidak
menyerah, aku melanjutkan membaca sekali lagi. Namun, menaikkan
level skill ke level kedua cukup menghabiskan banyak waktu. Kali ini aku membaca hampir dua halaman lebih untuk menaikkan levelnya.
“Skill naik level. 【Wide English Knowledge】naik level menjadi【Wide
Conversational Knowledge】.”
Sempurna!
Ini yang aku cari-cari.
Aku langsung bergegas memeriksa
deskripsi skill baruku.
«Wide
Conversational Knowledge»
Memungkinkan
memahami berbagai macam bahasa. Efeknya
memberi kesan yang baik kepada pihak lain selama berbicara dengan sedikit
pengaruhnya.
Oh, ini dia! Ini yang
aku inginkan. Aku tidak begitu peduli dengan
efek terakhir itu, tapi ini bagus.
Bel berbunyi tepat setelah aku menyelesaikan
membaca keterangannya.
Guru wali kelas memasuki ruang kelas dan memulai
pelajaran hari ini.
Kelas pagi telah berakhir dan
istirahat makan siang baru saja dimulai. Aku diajak oleh Kamaishi untuk
makan bersamanya, dan seperti biasa kami berdua pergi ke atap.
Kami duduk di bangku yang sama
karena kebiasaan dan menikmati waktu bersama dengan mengobrol sembari memakan
bekal makan siang kami.
Sampai Kamaishi mendadak menanyakanku sebuah pertanyaan.
“Kalau dipikir-pikir, Kamiya-kun. Apa kau
pernah melakukan pekerjaan rumah?”
“Pekerjaan rumah? Tidak
pernah melakukannya.”
“Bukankah kau pernah
berpikir untuk melakukannya suatu hari nanti?”
“Yah, di rumahku, aku tak begitu
yakin, tapi kurasa aku tidak pernah perlu melakukannya.”
Ibuku bukan hanya seorang
koki profesional, tetapi juga ahli dalam pekerjaan rumah tangga. Dia tidak meninggalkan sedikit
pun debu dan melakukan cucian sempurna yang terkadang membuatku ragu jika
pakaianku diganti dengan yang baru.
Jujur, aku tidak mempunyai
kesempatan untuk membantunya.
Tidak sepertiku, Karen terkadang membantunya sesekali semejak
dia mewarisi keterampilannya.
Mengira itu sesuatu yang sudah melekat dalam dirinya,
itulah sebabnya aku tidak punya kesempatan membantu. Yah, setidaknya aku bisa saja mendapatkan skill yang
memungkinkanku bisa melakukannya, meskipun itu tidak berarti apa-apa. Belum lagi, ini tugas yang merepotkan.
“Hee, ibumu benar-benar hebat.”
“Dia hampir sempurna, dalam berbagai
hal.”
“Ya. Tapi
tidakkah kau berpikir untuk melakukannya?”
“Hm, aku berpikir kalau akan lebih
baik jika aku bisa membantu.”
Aku akan bisa membuat sesuatu untuk
dimakan kapan pun yang aku mau dan semuanya. Nah, itu
kalau aku bisa melakukan pekerjaan rumah tangga.
“Ibumu tidak mengajarimu bagaimana
melakukan pekerjaan rumah?”
“Tidak, ibuku sangat teliti ketika sedang
memasak atau melakukan pekerjaan rumah lainnya, jadi aku tidak perlu repot-repot
bertanya padanya.”
Aku lebih suka berusaha
untuk mendapatkan sebuah skill daripada meminta ibuku untuk mengajariku. Ketika aku menjawabnya,
Kamaishi mulai melirik wajahku sembari terlihat seolah-olah ingin mengatakan
sesuatu.
“D-Dalam hal ini, aku
ingin, untuk, kau tahu, mengajarimu cara memasak? Mungkin.”
Tidak, itu merepotkan, jadi aku akan
menolaknya. Tentu saja, tidak mungkin aku langsung menolak tawarannya
seperti ini.
Berhenti menatapku dengan tatapan
mata seperti itu!
Kau membuatku lebih sulit untuk menolaknya.
“T-Tidak?”
Ketika aku tetap terdiam, wajah
Kamaishi berubah gelap dan suaranya sedikit menurun.
...Sepertinya
aku tidak bisa menolak untuk yang satu ini.
“Kalau begitu, tolong.”
Tepat ketika aku memberinya persetujuan,
Kamaishi mendapatkan kembali raut wajahnya yang ceria sembari menghembuskankan
napas lega, tampaknya itu sangat melegakan.
Apa
ini rute wajib? Hal yang
tidak mungkin untuk dihindari!
“Sekarang sudah diputuskan, di mana
kau akan mengajariku?”
“Kau bisa datang ke tempatku. Ibuku tidak
akan pulang sampai larut malam.”
“Oke, jadi hari ini aku akan datang
ke tempatmu.”
“Ya, mari lakukan yang terbaik.”
“Ah, un. Ya.”
Itu mungkin akan berakhir hanya
beberapa menit setelah aku memulainya. Jika aku mempelajarinya
sebagai sebuah skill, aku akan mampu melakukan sebagian besar perkerjaannya.
Sementara itu, untuk beberapa alasan
Kamaishi membuat pose kemenangan, aku yang duduk di sampingnya menghela nafas
sembari membayangkan masalah apa yang akan aku lalui nantinya.
« Sebelumnya | List Chapter |
Selanjutnya »
........
BalasHapus