Web Suka-Suka Translate Light Novel dan Web Novel

Rabu, 04 Juli 2018

My Entire Class Was Summoned to Another World Except for Me Chapter 13 - Bahasa Indonesia


Chapter 13 – Pertemuan Dengan Pak Tua

Pagi-pagi sekali, ketika aku masih merasa lapar. Restoran Cina dengan nama ‘MENMEN’ tampak ramai oleh banyaknya pengunjung dari seluruh kota, dan berbagai macam percakapan terjadi baik di dalam maupun di luar dapur.
“Terima kasih telah menunggu. Roasted Pork Ramen, Soy Ramen, dan set makan malam Gyoza sudah siap.”
“Oh, disini!”
Orang tua itu berseru seolah-olah sedang menunggu makanan itu. Seperti yang dijanjikannya, lelaki tua itu mengajakku makan ramen di luar.
Aku mencoba tetap sabar menunggu sampai kasusnya selesai, tetapi aku tahu bahwa dia akan mulai bertingkah bodoh untuk menghindari mentraktirku. Itu sebabnya aku memintanya pergi bersamaku di hari terakhir liburan sekolahku.
Sebenarnya, aku memaksanya untuk melakukannya dan seperti yang ku duga, pada awalnya dia mencoba pura-pura tidak tahu.
“Baiklah kalau begitu, Makanannya sudah siap, akankah kita makan? Hm, ada apa?”
“...Tidak, tak ada apa-apa, sungguh.”
Itu adalah sikap yang agak menyenangkan bagi seseorang yang selama ini berwajah muram. Apa tidak semenyenangkan itu untuk sesekali mentraktirku makan?
Aku terdiam terhadap perubahan suasana hatinya yang tiba-tiba, tetapi lelaki tua itu tidak keberatan dengan kesunyian dan kerja kerasku.
“SUSUSU!! Ah, seperti yang dirumorkan, ramen ini enak sekali!”
“ZUZUZU!! Kau benar, ini enak.”
Seperti yang diharapkan dari sesuatu yang mengudara di TV dan sering muncul di berbagai majalah. Mi rebusnya dimasak sempurna, sup transparan, semua yang ada di ramen ini tampak begitu lezat.
Oke sekarang, selanjutnya adalah Gyoza. Aku memindahkan sumpitku, mengambil satu dan membawanya ke mulutku. Ya, makanan ini sangat enak.
Itu ramen Menmen untukmu. Aku tidak dapat menemukan satu pun cacat dalam makanan mereka.
“Tapi tetap saja, Kau punya cukup keberuntungan untuk berjumpa teroris tepat setelah kau menyelesaikan hari kedua, sejak sekolahmu dimulai.”
Orang tua itu berbicara sambil makan ramennya.
“Aku tahu. Tapi, hei, aku akan berhutang padamu karena sekarang aku bisa makan makanan enak. Tak seburuk itu jika kau bertanya padaku.”
“Teroris ditaklukkan demi sebuah ramen...”
Senyum pahit tersirat di wajah pria tua itu ketika dia bergumam. Yah, terlepas dari alasannya, itu bukan karenaku tapi nasib sial para teroris. Mereka memilih satu-satunya sekolah di mana seseorang menyimpan skill dari dunia lain sepertiku dari sepuluh ribu sekolah yang ada.
“Yah, bagaimanapun juga, senang melihatmu baik-baik saja.”
“Tidak mungkin aku berakhir di tempat seperti itu, kau tahu.”
“Ha ha ha!! Ya, Kau ada benarnya.”
Beberapa saat setelah dia terkekeh, lelaki tua itu berbicara sembari membuat ekspresi nostalgia.
“Kalau dipikir-pikir, saat pertama kali kita bertemu kau juga seperti ini.”
“Pertama kali?”
“Hari pertama kita bertemu.”
“Ah... maksudmu hari itu.”
Tidak seperti lelaki tua yang berpikir kembali tentang waktu itu dengan suasana hati yang emosional, aku tidak peduli sedikit pun tentang hal itu.
“Kau tahu, Aku benar-benar terkejut saat itu. Siapa yang tahu kalau seseorang yang bisa melakukan hal semacam itu benar-benar ada.”
Orang tua itu menutup matanya mengingat peristiwa hari itu.
ーーーーーーーーーーーーーーー
(Old Man Point of View)
“Sialan, apa maksudnya dengan 'kerjakan pekerjaanmu dengan tekun'?! Bagaimana kalau kau menganggapnya serius juga, dasar bajingan bodoh!!”
Pada hari itu, setelah aku ditegur tanpa alasan oleh bosku, aku mengeluh dalam perjalanan kembali dari sebuah bar ke tempatku. Karena aku mabuk, langkahku menjadi sempoyongan. Tapi tiba-tiba, ketika aku tak mantap berjalan di jalan yang gelap—
GYAAAH!!
Jeritan dari daerah sekitar mencapai telingaku. Jeritan apa ini? Apakah dari bangunan terdekat?
Meskipun sedikit mabuk, aku kembali ke akalku dan segera bergegas ke gedung tempat suara jeritan itu berasal.
Sesampainya di sana dan melihat ke dalam gedung, aku menemukan seseorang berbaring di tanah. Aku berlari ke tempatnya, tetapi aku langsung menghentikan langkahku tepat di tengah jalan. Alasannya karena aku melihat sekilas sosok bocah laki-laki yang dikelilingi oleh beberapa penjahat yang memegang pisau.
Whoa whoa, apa yang terjadi di sini? Aku harus menyelamatkannya.
Aku membuat tekadku dan bersiap untuk berlari, namun, apa yang aku saksikan di depanku adalah sesuatu yang tidak dapat diprediksi oleh siapa pun. Sekumpulan angin berbentuk bola muncul entah dari mana dan mulai menyerang para penjahat.
“Gyaaaah!!”
“T-Tolong aku!!”
“Ini salahku!! Maafkan aku!! Tolong maafkan... Gyaah!!”
Dengan sekuat tenaga mereka memohon pada bocah itu, tetapi dia tidak menunjukkan tanda untuk menghentikan serangan bola angin itu. Bola angin tetap menghempaskan para penjahat dan pilar-pilar di dalam gedung yang roboh menghasilkan suara yang mengerikan.
Apa-apaan ini? Apa yang sedang terjadi di sini?
Aku kehilangan kata-kata untuk tontonan di depan mataku itu. Keadaan mabukku benar-benar lenyap karena syok ekstrim dan aku tetap terdiam sembari menatap kejadian itu.
Tidak butuh waktu lama bagi bocah itu untuk menyadari kehadiranku; dia melirikku, tatapan waspada di matanya. Oke, aku tahu situasinya tidak baik...
Pada tingkat itu, aku pastinya akan bernasib sama seperti para penjahat itu. Aku mulai berpikir untuk mengatakan sesuatu.
“Ah— Apa itu? Trik sulap?”
“…Ha?”
Beberapa detik, kesunyian mengikuti kata-kataku sebelum bocah itu menunjukkan bahwa dia bingung. Uh? Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?
“A... Tidak, tunggu. Aku bukan orang yang mencurigakan. Aku seorang polisi.”
“Polisi?”
Anak itu terbelalak tepat setelah aku mengucapkan kata, ‘Polisi’.
“Apa yang dilakukan seorang petugas di tempat seperti ini?”
“Kebetulan. Aku mendengar beberapa teriakan dan segera bergegas kemari dan mendapatimu memukuli orang-orang itu.”
Meskipun telah mendengar penjelasanku, tatapan anak itu tampaknya masih menyimpan beberapa keraguan. Aku tahu tidak akan ada kemajuan jika kita terus berada dalam situasi seperti ini.
“Katakan padaku, siapa kau? Apa itu tadi trik sulap?”
“Tidak, trik sulap seperti itu tidak ada di dunia ini.”
Aku kira dia ada benarnya.
“Yah, bagaimana kalau sedikit rubah pemandangan. Baiklah, mau makan ramen?”
“Ha, ramen?”
“Ya, ada warung ramen di dekat sini. Bagaimana dengan itu?”
Saat ini, aku membelakanginya dan secara perlahan mulai berjalan, tetapi bocah itu memintaku berhenti.
“Tunggu. Bukankah kita seharusnya melakukan sesuatu tentang orang-orang ini dulu?”
Bocah itu menunjuk pada para penjahat yang tergeletak di tanah.
“Ah, ya ... Biarkan saja mereka.”
“Kau akan membiarkan mereka?!!”
“Bukan berarti mereka akan mati atau semacamnya. Jadi ya, biarkan saja mereka. Shiftku hari ini sudah berakhir dan ini hanya akan memberiku pekerjaan yang tidak perlu.”
“...Apa kau benar-benar seorang polisi?”
“Ya, aku adalah perwira yang hebat. Jadi ayo pergi. Entah kenapa, malam ini aku sangat ingin makan ramen.”
Bocah itu mengikutiku, ekspresinya masih dipenuhi kebingungan. Kami akhirnya tiba di kedai ramen dan kemudian, memulai percakapan sebagai awal pembicaraan kami.
“ZUZUZU!!... Hoo, dipanggil ke dunia lain...”
“ZUZUZU!! Kau percaya padaku?”
“Yah, setelah apa yang kulihat sebelumnya, tak ada yang bisa ku katakan...?”
Sejujurnya, itu bukan cerita yang masuk akal seperti yang dia katakan, tapi bagiku, itu tidak terdengar seperti sebuah kebohongan.
“Dunia lain kah... Hei, bisakah kau memeriksa statusku untuk melihat apakah aku punya beberapa skill?”
“Tunggu sebentar.”
Kata anak itu sembari dengan hati-hati menatapku.
“Kau punya dua skill seni bela diri.”
“Serius? Tapi mungkinkah itu karena aku berlatih Judo dan Karate?”
“Mungkin.”
Bukankah itu artinya aku tidak memiliki banyak skill? Hal ini membuatku sedih.
“Yah, faktanya bahwa kau punya skill itu sudah sangat mengesankan. Bagaimanapun juga, tidak semua orang punya skill semacam itu.”
Mungkin karena kelihatannya aku sedikit tidak bersemangat, bocah itu sedikit menghiburku.
Apa dia mengkhawatirkanku? Apa ini, dia orang yang melebihi apa yang ku pikirkan pada awalnya.
“Terima kasih.”
“Tentang apa?”
Aku samar-samar tersenyum pada bocah lelaki yang berpura-pura tidak tahu itu; dia kemudian kembali ke mangkuknya dan kembali melanjutkan makan.
“Kalau dipikir-pikir, apa yang kau lakukan di tempat tadi?”
“Hm? Ah, aku berniat mencoba beberapa skill sihir baru tetapi aku tak sengaja terlibat dengan para penjahat itu. Jadi aku memutuskan untuk mengalahkan mereka sendirian.”
Anak itu dengan santai menyatakannya, seperti tidak merasa buruk tentang itu sama sekali. Yah, para penjahat itu tidak beruntung kali ini. Tapi, entah kenapa, aku merasa sedikit kasihan pada mereka saat itu.
“Tapi tetap saja, skill itu cukup nyaman, ‘kan? Bisakah kau melakukan apa pun yang kau inginkan pada mereka?”
“Bukan apapun yang ku inginkan. Tapi ya, mereka memang nyaman.” (T/N : mereka = skill Kamiya)
“Begitu ya... baiklah! Sudah ku keputusan!”
Aku dengan hati-hati meletakkan sumpitku di atas mangkuk dan menoleh melihat anak lelaki itu.
“Jika sesuatu terjadi mulai sekarang, datang saja padaku jika kau butuh bantuan. Aku seorang petugas kepolisian. Aku cukup yakin bisa berguna untukmu suatu hari nanti.”
“Ha? Apa yang tiba-tiba kau bicarakan? Apa kau akan mendapat keuntungan dari melakukan ini?”
“Dalam beberapa kasus, aku mungkin bisa mengandalkanmu untuk membantuku dengan pekerjaanku. Jangan khawatir, ini harusnya akan menjadi pekerjaan mudah untukmu. Tentu saja, aku tidak akan membocorkan tentang skillmu. Bagaimana menurutmu? Mau bekerjasama denganku?”
Setelah menyelesaikan makan ramen, aku mengulurkan tanganku ke anak lelaki itu. Sementara tatapannya melayang di antara tanganku dan wajahku, hingga akhirnya dia mencengkeramnya.
“Aku mungkin tak kenal ampun jika kau berani mengkhianatiku.”
“Sama juga di disini.”
Begitu, kami saling bertukar jabat tangan ramah.
“Aku tahu ini terlambat untuk menanyakan ini, tapi... siapa namamu?”
“Ini sudah terlambat... Aku Kamiya Yato.”
“Aku Ijida Tetsuji.”
“Ah, orang tua.”
“Orang tua!? Bisakah setidaknya kau memanggilku Tuan Ijida?”
“Seorang lelaki tua tetaplah orang tua. Mari bekerja sama mulai sekarang!”
“Dengarkan!! Yah, terserahlah.”
Dan begitulah, awal hubungan saling menguntungkan antara Kamiya Yato dan diriku.
ーーーーーーーーーーーーーーーー
(Yato’s Point of View)
“~Begitulah pertemuan pertama kita, kan?”
Sungguh renungan yang panjang. Yah, perjumpaan kami memang seperti itu.
Pada saat itu, aku masih belum memiliki Teleportation Magic sehingga aku terpaksa memilih tempat konstruksi karena aku tidak bisa pergi jauh. Meskipun, aku tidak berharap untuk bertemu dengan para penjahat itu.
Namun, ketika aku memikirkannya kembali, aku bertanya-tanya mengapa aku tidak segera menghapus ingatannya. Jika hal seperti itu terjadi padaku sekarang, aku pasti akan membuatnya jatuh duluan.
...Entahlah apa alasannya?
“Nah, banyak hal terjadi sampai sekarang, tapi aku akan mengandalkanmu, partner.”
“Siapa yang partnermu?”
Berhentilah semena-mena mengubahku menjadi partnermu begitu saja.
“Jangan seperti itu. Beri aku Gyoza itu!”
“Ah, tung-! Itu yang terakhir!”
“Pria sejati tak akan membiarkan masalah kecil ini membuatnya kesal.”
Orang tua itu berkata sebelum tertawa terbahak-bahak. Orang ini terlalu penuh dengan dirinya sendiri. Setelah itu, kami menikmati waktu kami ketika makan. Coba tebak ini yang kita sebut sebagai hal yang tak terelakkan.


1 komentar: