Chapter
13 – Pertemuan Dengan Pak Tua
Pagi-pagi sekali,
ketika aku masih merasa lapar. Restoran Cina dengan nama ‘MENMEN’ tampak ramai
oleh banyaknya pengunjung dari seluruh kota, dan berbagai macam percakapan
terjadi baik di dalam maupun di luar dapur.
“Terima kasih telah
menunggu. Roasted Pork Ramen, Soy Ramen, dan set makan malam Gyoza sudah siap.”
“Oh, disini!”
Orang tua itu berseru
seolah-olah sedang menunggu makanan itu. Seperti yang dijanjikannya, lelaki tua
itu mengajakku makan ramen di luar.
Aku mencoba tetap
sabar menunggu sampai kasusnya selesai, tetapi aku tahu bahwa dia akan mulai
bertingkah bodoh untuk menghindari mentraktirku. Itu sebabnya aku memintanya
pergi bersamaku di hari terakhir liburan sekolahku.
Sebenarnya, aku
memaksanya untuk melakukannya dan seperti yang ku duga, pada awalnya dia
mencoba pura-pura tidak tahu.
“Baiklah kalau
begitu, Makanannya sudah siap, akankah kita makan? Hm, ada apa?”
“...Tidak, tak ada
apa-apa, sungguh.”
Itu adalah sikap yang
agak menyenangkan bagi seseorang yang selama ini berwajah muram. Apa tidak semenyenangkan
itu untuk sesekali mentraktirku makan?
Aku terdiam terhadap
perubahan suasana hatinya yang tiba-tiba, tetapi lelaki tua itu tidak keberatan
dengan kesunyian dan kerja kerasku.
“SUSUSU!! Ah, seperti
yang dirumorkan, ramen ini enak sekali!”
“ZUZUZU!! Kau benar,
ini enak.”
Seperti yang
diharapkan dari sesuatu yang mengudara di TV dan sering muncul di berbagai
majalah. Mi rebusnya dimasak sempurna, sup transparan, semua yang ada di ramen
ini tampak begitu lezat.
Oke sekarang,
selanjutnya adalah Gyoza. Aku memindahkan sumpitku, mengambil satu dan
membawanya ke mulutku. Ya, makanan ini sangat enak.
Itu ramen Menmen
untukmu. Aku tidak dapat menemukan satu pun cacat dalam makanan mereka.
“Tapi tetap saja, Kau
punya cukup keberuntungan untuk berjumpa teroris tepat setelah kau
menyelesaikan hari kedua, sejak sekolahmu dimulai.”
Orang tua itu berbicara
sambil makan ramennya.
“Aku tahu. Tapi, hei,
aku akan berhutang padamu karena sekarang aku bisa makan makanan enak. Tak
seburuk itu jika kau bertanya padaku.”
“Teroris ditaklukkan
demi sebuah ramen...”
Senyum pahit tersirat
di wajah pria tua itu ketika dia bergumam. Yah, terlepas dari alasannya, itu
bukan karenaku tapi nasib sial para teroris. Mereka memilih satu-satunya
sekolah di mana seseorang menyimpan skill dari dunia lain sepertiku dari
sepuluh ribu sekolah yang ada.
“Yah, bagaimanapun
juga, senang melihatmu baik-baik saja.”
“Tidak mungkin aku
berakhir di tempat seperti itu, kau tahu.”
“Ha ha ha!! Ya, Kau
ada benarnya.”
Beberapa saat setelah
dia terkekeh, lelaki tua itu berbicara sembari membuat ekspresi nostalgia.
“Kalau dipikir-pikir,
saat pertama kali kita bertemu kau juga seperti ini.”
“Pertama kali?”
“Hari pertama kita
bertemu.”
“Ah... maksudmu hari
itu.”
Tidak seperti lelaki
tua yang berpikir kembali tentang waktu itu dengan suasana hati yang emosional,
aku tidak peduli sedikit pun tentang hal itu.
“Kau tahu, Aku
benar-benar terkejut saat itu. Siapa yang tahu kalau seseorang yang bisa
melakukan hal semacam itu benar-benar ada.”
Orang tua itu menutup
matanya mengingat peristiwa hari itu.
ーーーーーーーーーーーーーーー
(Old Man Point of View)
“Sialan, apa
maksudnya dengan 'kerjakan pekerjaanmu dengan tekun'?! Bagaimana kalau kau
menganggapnya serius juga, dasar bajingan bodoh!!”
Pada hari itu,
setelah aku ditegur tanpa alasan oleh bosku, aku mengeluh dalam perjalanan
kembali dari sebuah bar ke tempatku. Karena aku mabuk, langkahku menjadi
sempoyongan. Tapi tiba-tiba, ketika aku tak mantap berjalan di jalan yang
gelap—
GYAAAH!!
Jeritan dari daerah
sekitar mencapai telingaku. Jeritan apa ini? Apakah dari bangunan terdekat?
Meskipun sedikit
mabuk, aku kembali ke akalku dan segera bergegas ke gedung tempat suara jeritan
itu berasal.
Sesampainya di sana
dan melihat ke dalam gedung, aku menemukan seseorang berbaring di tanah. Aku
berlari ke tempatnya, tetapi aku langsung menghentikan langkahku tepat di
tengah jalan. Alasannya karena aku melihat sekilas sosok bocah laki-laki yang
dikelilingi oleh beberapa penjahat yang memegang pisau.
Whoa whoa, apa yang
terjadi di sini? Aku harus menyelamatkannya.
Aku membuat tekadku
dan bersiap untuk berlari, namun, apa yang aku saksikan di depanku adalah
sesuatu yang tidak dapat diprediksi oleh siapa pun. Sekumpulan angin berbentuk
bola muncul entah dari mana dan mulai menyerang para penjahat.
“Gyaaaah!!”
“T-Tolong aku!!”
“Ini salahku!!
Maafkan aku!! Tolong maafkan... Gyaah!!”
Dengan sekuat tenaga
mereka memohon pada bocah itu, tetapi dia tidak menunjukkan tanda untuk
menghentikan serangan bola angin itu. Bola angin tetap menghempaskan para
penjahat dan pilar-pilar di dalam gedung yang roboh menghasilkan suara yang
mengerikan.
Apa-apaan
ini? Apa yang sedang terjadi di sini?
Aku kehilangan
kata-kata untuk tontonan di depan mataku itu. Keadaan mabukku benar-benar
lenyap karena syok ekstrim dan aku tetap terdiam sembari menatap kejadian itu.
Tidak butuh waktu
lama bagi bocah itu untuk menyadari kehadiranku; dia melirikku, tatapan waspada
di matanya. Oke, aku tahu situasinya tidak baik...
Pada tingkat itu, aku
pastinya akan bernasib sama seperti para penjahat itu. Aku mulai berpikir untuk
mengatakan sesuatu.
“Ah— Apa itu? Trik
sulap?”
“…Ha?”
Beberapa detik,
kesunyian mengikuti kata-kataku sebelum bocah itu menunjukkan bahwa dia
bingung. Uh? Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?
“A... Tidak, tunggu.
Aku bukan orang yang mencurigakan. Aku seorang polisi.”
“Polisi?”
Anak itu terbelalak
tepat setelah aku mengucapkan kata, ‘Polisi’.
“Apa yang dilakukan
seorang petugas di tempat seperti ini?”
“Kebetulan. Aku
mendengar beberapa teriakan dan segera bergegas kemari dan mendapatimu memukuli
orang-orang itu.”
Meskipun telah
mendengar penjelasanku, tatapan anak itu tampaknya masih menyimpan beberapa
keraguan. Aku tahu tidak akan ada kemajuan jika kita terus berada dalam situasi
seperti ini.
“Katakan padaku,
siapa kau? Apa itu tadi trik sulap?”
“Tidak, trik sulap
seperti itu tidak ada di dunia ini.”
Aku kira dia ada
benarnya.
“Yah, bagaimana kalau
sedikit rubah pemandangan. Baiklah, mau makan ramen?”
“Ha,
ramen?”
“Ya, ada warung ramen
di dekat sini. Bagaimana dengan itu?”
Saat ini, aku
membelakanginya dan secara perlahan mulai berjalan, tetapi bocah itu memintaku
berhenti.
“Tunggu. Bukankah
kita seharusnya melakukan sesuatu tentang orang-orang ini dulu?”
Bocah itu menunjuk
pada para penjahat yang tergeletak di tanah.
“Ah, ya ... Biarkan
saja mereka.”
“Kau akan membiarkan
mereka?!!”
“Bukan berarti mereka
akan mati atau semacamnya. Jadi ya, biarkan saja mereka. Shiftku hari ini sudah
berakhir dan ini hanya akan memberiku pekerjaan yang tidak perlu.”
“...Apa kau
benar-benar seorang polisi?”
“Ya, aku adalah
perwira yang hebat. Jadi ayo pergi. Entah kenapa, malam ini aku sangat ingin
makan ramen.”
Bocah itu
mengikutiku, ekspresinya masih dipenuhi kebingungan. Kami akhirnya tiba di
kedai ramen dan kemudian, memulai percakapan sebagai awal pembicaraan kami.
“ZUZUZU!!... Hoo,
dipanggil ke dunia lain...”
“ZUZUZU!! Kau percaya
padaku?”
“Yah, setelah apa
yang kulihat sebelumnya, tak ada yang bisa ku katakan...?”
Sejujurnya, itu bukan
cerita yang masuk akal seperti yang dia katakan, tapi bagiku, itu tidak
terdengar seperti sebuah kebohongan.
“Dunia lain kah...
Hei, bisakah kau memeriksa statusku untuk melihat apakah aku punya beberapa
skill?”
“Tunggu sebentar.”
Kata anak itu sembari
dengan hati-hati menatapku.
“Kau punya dua skill
seni bela diri.”
“Serius? Tapi mungkinkah
itu karena aku berlatih Judo dan Karate?”
“Mungkin.”
Bukankah itu artinya
aku tidak memiliki banyak skill? Hal ini membuatku sedih.
“Yah, faktanya bahwa
kau punya skill itu sudah sangat mengesankan. Bagaimanapun juga, tidak semua
orang punya skill semacam itu.”
Mungkin karena
kelihatannya aku sedikit tidak bersemangat, bocah itu sedikit menghiburku.
Apa dia
mengkhawatirkanku? Apa ini, dia orang yang melebihi apa yang ku pikirkan pada
awalnya.
“Terima kasih.”
“Tentang apa?”
Aku samar-samar
tersenyum pada bocah lelaki yang berpura-pura tidak tahu itu; dia kemudian
kembali ke mangkuknya dan kembali melanjutkan makan.
“Kalau dipikir-pikir,
apa yang kau lakukan di tempat tadi?”
“Hm? Ah, aku berniat
mencoba beberapa skill sihir baru tetapi aku tak sengaja terlibat dengan para
penjahat itu. Jadi aku memutuskan untuk mengalahkan mereka sendirian.”
Anak itu dengan
santai menyatakannya, seperti tidak merasa buruk tentang itu sama sekali. Yah,
para penjahat itu tidak beruntung kali ini. Tapi, entah kenapa, aku merasa
sedikit kasihan pada mereka saat itu.
“Tapi tetap saja,
skill itu cukup nyaman, ‘kan? Bisakah kau melakukan apa pun yang kau inginkan
pada mereka?”
“Bukan apapun yang ku
inginkan. Tapi ya, mereka memang nyaman.” (T/N : mereka = skill Kamiya)
“Begitu ya...
baiklah! Sudah ku keputusan!”
Aku dengan hati-hati
meletakkan sumpitku di atas mangkuk dan menoleh melihat anak lelaki itu.
“Jika sesuatu terjadi
mulai sekarang, datang saja padaku jika kau butuh bantuan. Aku seorang petugas
kepolisian. Aku cukup yakin bisa berguna untukmu suatu hari nanti.”
“Ha? Apa yang
tiba-tiba kau bicarakan? Apa kau akan mendapat keuntungan dari melakukan ini?”
“Dalam beberapa kasus,
aku mungkin bisa mengandalkanmu untuk membantuku dengan pekerjaanku. Jangan
khawatir, ini harusnya akan menjadi pekerjaan mudah untukmu. Tentu saja, aku
tidak akan membocorkan tentang skillmu. Bagaimana menurutmu? Mau bekerjasama
denganku?”
Setelah menyelesaikan
makan ramen, aku mengulurkan tanganku ke anak lelaki itu. Sementara tatapannya
melayang di antara tanganku dan wajahku, hingga akhirnya dia mencengkeramnya.
“Aku mungkin tak
kenal ampun jika kau berani mengkhianatiku.”
“Sama juga di disini.”
Begitu, kami saling
bertukar jabat tangan ramah.
“Aku tahu ini
terlambat untuk menanyakan ini, tapi... siapa namamu?”
“Ini sudah
terlambat... Aku Kamiya Yato.”
“Aku Ijida Tetsuji.”
“Ah, orang tua.”
“Orang tua!? Bisakah
setidaknya kau memanggilku Tuan Ijida?”
“Seorang lelaki tua
tetaplah orang tua. Mari bekerja sama mulai sekarang!”
“Dengarkan!! Yah,
terserahlah.”
Dan begitulah, awal
hubungan saling menguntungkan antara Kamiya Yato dan diriku.
ーーーーーーーーーーーーーーーー
(Yato’s Point of View)
“~Begitulah pertemuan
pertama kita, kan?”
Sungguh renungan yang
panjang. Yah, perjumpaan kami memang seperti itu.
Pada saat itu, aku
masih belum memiliki 【 Teleportation Magic 】
sehingga aku terpaksa memilih tempat konstruksi karena aku tidak bisa pergi
jauh. Meskipun, aku tidak berharap untuk bertemu dengan para penjahat itu.
Namun, ketika aku
memikirkannya kembali, aku bertanya-tanya mengapa aku tidak segera menghapus
ingatannya. Jika hal seperti itu terjadi padaku sekarang, aku pasti akan
membuatnya jatuh duluan.
...Entahlah
apa alasannya?
“Nah, banyak hal
terjadi sampai sekarang, tapi aku akan mengandalkanmu, partner.”
“Siapa yang partnermu?”
Berhentilah
semena-mena mengubahku menjadi partnermu begitu saja.
“Jangan seperti itu.
Beri aku Gyoza itu!”
“Ah, tung-! Itu yang terakhir!”
“Pria sejati tak akan
membiarkan masalah kecil ini membuatnya kesal.”
Orang tua itu berkata
sebelum tertawa terbahak-bahak. Orang ini terlalu penuh dengan dirinya sendiri.
Setelah itu, kami menikmati waktu kami ketika makan. Coba tebak ini yang kita
sebut sebagai hal yang tak terelakkan.
« Sebelumnya | List Chapter |
Selanjutnya »
:))))
BalasHapus