Chapter 15 - Apakah Itu Mungkin
Bagi Manusia?
Setelah sekolah kami berakhir, kami
berdua menuju rumah Kamaishi.
Dia berjalan memimpin jalan, dan aku mengikutinya.
“Silakan masuk, Kamiya-kun.”
“Baiklah, maaf mengganggu.”
Didesak oleh Kamaishi, aku melepas
sepatuku dan berjalan ke ruang tamu. Itu desain yang cukup
sederhana namun tampak hidup.
“Baiklah, haruskah kita mulai? Tolong
letakkan tasmu di sofa itu dan bawakan aku salah satu paket bahan ke sini.”
Mengikuti perintahnya, aku
meletakkan tasku di sofa dan membawa kantong belanjaan ke dapur. Rupanya
kami akan membuat kari untuk makan malam Kamaishi.
Sebelum kami tiba di sini, Kamaishi
dan aku pergi berbelanja di mana seorang wanita tua penjaga toko menusuk kami
dengan mengatakan jika kami bedua sedang pergi berkencan.
Dia juga bertanya apakah kami
pasangan yang sudah menikah.
Apakah dia tidak melihatnya dari seragam sekolah kami?
Bagaimana bisa siswa sekolah menjadi pasangan yang
sudah menikah?
“Oke, pertama-tama, kau harus
mengupas kulit sayuran.”
Pinta Kamaishi ketika dia
mengeluarkan wortel dari tas dan mengupasnya menggunakan sebuah pengupas.
“Kita melakukannya dengan menggerakkan
pengupas dengan cara seperti ini dan secara perlahan mengupasnya. Aku biasa
melakukannya menggunakan pisau, tetapi untukku yang masih belajar, menggunakan
pengupas adalah pilihan terbaik.”
Setelah
dia selesai mengucapkan kalimatnya, Kamaishi menghentikan tangannya dan
menyerahkan pengupas dan wortel yang
setengah dikupas itu padaku.
“Ini, coba lakukan. Aku akan
mengupas sisanya.”
“Baik.”
Aku menerima pengupas dan wortel
itu, lalu aku mulai mengupasnya.
Yah, setidaknya aku bisa melakukan ini tanpa menggunakan
skillku.
Setelah selesai mengupas, belum
sempat aku memanggil Kamaishi aku tercengang oleh pemandangan di depan mataku. Dia
mengupas kulit sayuran lain menggunakan pisau, namun kecepatan itu sunguh luar
biasa.
Hal itu membuat suara gemeresik
ketika dia mengupas sayuran, Kamaishi terus mengupas sayuran-sayuran itu
seperti sebuah mesin.
Ada apa ini?! Apakah
mungkin manusia bisa mengelupas semua ini dengan sempurna? Aku belum pernah melihat ibuku memasak. Aku ingin tahu apakah dia ahli seperti ini juga.
Ketika aku tak sengaja terus menatap
penampilan Kamaishi, dia menyadari pandanganku dan menghentikan tangannya.
“Ah, apakah kau sudah selesai,
Kamiya-kun?”
“Y-Ya.”
“Ada apa?”
“Um, aku hanya berpikir kalau
kemampuanmu luar biasa.”
“Benarkah? Aku pikir
itu biasa-biasa saja.”
Ini hal biasa? Jika itu
benar, maka mendapatkan skill【Cooking】akan sangat bagus. Tidak, itu
bukan karena skillnya tapi itu karena Kamaishi yang luar biasa.
Sebuah skill hanyalah pilihan unggul
yang memberikan sejumlah besar kemampuan yang tetap. Karena
itulah, kemampuan seseorang yang memiliki skill yang sama akan sangat berbeda
tergantung dari usaha yang dilakukannya.
Selain itu, aku tidak yakin kenapa,
tetapi skill【Cooking】dan skill serupa tidak memiliki opsi
naik level, yang mendukung konsep usaha.
Ngomong-ngomong, ibuku memiliki
keterampilan terintegrasi yang disebut 【House Chore Master】. Dan itulah
ibuku. (T/N : House Chore Master = Ahli Pekerjaan
Rumah Tangga)
“Baiklah, mari kita coba memotong
sayuran berikutnya.
Aku akan menunjukkan caranya dulu.”
Seperti yang dikatakannya, kali ini Kamaishi
memilih kentang untuk dikupas dan mulai memotongnya dengan pisau. Dia
bergerak perlahan sambil memberikan penjelasan cara menguapasnya. Setelah selesai dengan satu kentang, dia memberiku pisaunya.
“Sekarang giliranmu, Kamiya-kun.”
Aku mengambil pisau darinya dan mulai mencoba memotong
kentang seperti yang dia lakukan sebelumnya. Gerakanku agak canggung,
tetapi aku berhasil mengupas satu kentang utuh.
“Skill【Cooking】telah dipelajari.”
Setelah memotong satu kentang, suara
mengema memberitahuku bahwa aku memperoleh sebuah skill. Sudah
dipelajari? Skill【Super
Growth】ini sunguh
mengagumkan.
“Oke, sekarang ayo coba wortel.”
Kamaishi memberiku wortel. Aku
mengambilnya dan mulai memotong dengan kecepatan yang jelas berbeda dari
sebelumnya. Ini luar biasa. Tanganku bergerak dengan lancar. Ini berkat kemampuan
skillku.
Aku sempat terkejut dengan
kecepatanku memotong, aku memotong seluruh wortel menjadi potongan-potongan
kecil hanya dalam hitungan beberapa detik. Kamaishi yang melihat hal itu
tampak terkejut juga.
“Ini luar biasa, Kamiya-kun!! Kau sudah
bisa menggerakkan tanganmu secepat ini!?”
“Yah, ya, hanya saja aku sudah
terbiasa dengan itu.”
Kamaishi menjawab dengan helaan
nafas kekaguman.
“Seperti biasa, kau benar-benar
hebat, Kamiya-kun...”
Hal yang hebat bukanlah aku tetapi
skillku. Setelah itu, kami mulai membuat makan malam dengan penuh
semangat sampai kelas memasak Kamaishi akhirnya hampir berakhir.
ーーーーーーーーーーーーーーーーー
Setelah
kami selesai memasak makan malam, Kamaishi dan aku beristirahat di ruang tamu.
“Ini, Kamiya-kun.”
Aku menerima secangkir teh hitam
dari Kamaishi dan menyesapnya.
Luar biasa, betapa menenangkan. Setelah menyesap untuk kedua kalinya teh yang disuguhkan
padaku, aku mengucapkan terima kasih kepada Kamaishi.
“Terima kasih untuk hari ini,
Kamaishi-san. Berkatmu, skill memasakku menjadi lebih baik.”
“Tidak apa-apa.
Jangan khawatir, aku melakukannya karena aku
menginginkannya. Walaupun aku sedikit terkejut
karena perkembanganmu yang begitu cepat sehingga dalam waktu singkat, tadi
berubah menjadi memasak biasa.”
Aku tersenyum pahit setelah
mendengar kalimat terakhir itu.
Tak bisa dipungkiri, itu memang berubah menjadi pesta
memasak sederhana daripada sesi belajar memasak.
“Tapi kau luar biasa, Kamiya-kun. Aku tidak
pernah berpikir kau bisa melakukannya hanya dalam waktu sehari.”
“Tapi aku masih jauh dari kemampuan
memasakmu, Kamaishi-san.”
Jujur saja,
sepertinya aku tidak akan segera menyusulnya. Aku
bertanya-tanya bagaimana dia bisa sejauh itu?
Kami menghabiskan beberapa saat
mengobrol tentang hal-hal yang berbeda, hingga aku mengalihkan pandanganku ke
jam yang tergantung di dinding.
Saat itu sudah pukul 5 sore. Sepertinya aku akan pulang sedikit terlambat.
“Kalau begitu, aku harus pergi
sekarang.”
“Ah, biarkan aku mengantarmu sampai
depan.”
Mengatakan itu, Kamaishi mengantarku
sampai depan pintu masuk apartemennya.
“Baiklah, sampai jumpa besok.”
“Ya, sampai besok, Kamiya-kun.”
Saat aku akan meletakkan tanganku di
kenop pintu, Kamaishi memanggilku untuk berhenti.
“Ah, tunggu, Kamiya-kun. Ada kulit
sayuran di bahumu.”
Dia kemudian mendekatiku dan
mengambil kulit kecil dari pundakku. Hanya untuk mengambil sepotong
kecil kulit sayuran wajahnya semakin dekat hingga mencapai ujung hidungku.
Dan pada saat itu...
“Aku pulang!”
Seorang wanita yang tidak kukenal
masuk dari pintu di belakang kami.
“Aku tidak punya banyak pekerjaan
hari ini jadi aku kembali lebih awal... dari biasanya...”
Belum sempat wanita itu melangakah
ke dalam, wajah wanita itu menjadi sangat kaku setelah menyadari aku dan
Kamaishi.
“O-Okaasan!?”
Kamaishi tersentak kaget setelah
melihat wanita itu.
Seperti dugaanku, dia adalah ibunya Kamaishi. Namun, ini bukan situasi terbaik yang bisa ditemukan.
Saat ini, aku membalikkan punggungku
ke pintu masuk sementara Kamaishi bersembunyi di hadapanku dengan wajahnya yang
hampir tidak terlihat.
Aku mengira cukup jelas bahwa siapa pun yang melihat
kami dari dekat pintu, hanya akan melihat seorang pria dan seorang wanita
dengan wajah mereka yang saling bedekatan satu sama lain.
Ibu Kamaishi tetap terdiam selama
beberapa detik, lalu mengumpulkan kembali ketenangannya dan menutup pintu.
“M-Maaf. Sepertinya
aku mengganggu waktu kalian.”
“T-Tunggu, Bu!! Jangan salah
paham.” (TL/N : Adegan kesalahpahaman ada di sini!
:v)
Kamaishi mengejar ibunya dengan
kebingungan untuk meluruskan kesalahpahaman yang baru saja terjadi.
Selang beberapa waktu kemudian,
Kamaishi menyeret ibunya kembali ke sini dan dengan panik menyelesaikan masalah
ini. Ibunya tampaknya telah memahami situasinya, tetapi rupanya ia
terlihat senang karena putrinya membawa seorang bocah laki-laki ke rumah, dia
berbicara kepadaku dengan cara yang menunjukkan tanda seolah-olah dia memintaku
untuk merawat putrinya.
Wajah Kamaishi memerah setelah itu,
sementara aku hanya bisa membalas dengan senyuman canggung.
Dan kemudian, Kamaishi berkata
dengan wajah memerah.
“Ibuku bertanya banyak hal.”
Saat ini, aku tidak bisa berbuat
apa-apa selain menghiburnya.
ーーーーーーーーーーーーーーーーー
Bonus
Suatu hari, karena penasaran aku
memutuskan mengintip ibuku saat dia sedang memasak.
“Hmhmhmhm♪”
Dengan bersenandung yang melegakan
dada, dia mengambil pisau dan hendak memotong beberapa sayuran.
Shupapapapapa!!!
Dalam sekejap mata, semua sayuran
dipotong bersih.
Kecepatannya tidak bisa dibandingkan dengan Kamaishi.
“Hm, bagus juga untuk hari ini♪”
Aku tetap menatap kecepatan super
ibuku ketika sedang memasak dengan wajah tercengang. Ibuku
benar-benar manusia super.
« Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya »
Aduh wkwkwk
BalasHapus