Web Suka-Suka Translate Light Novel dan Web Novel

Kamis, 05 Juli 2018

My Entire Class Was Summoned to Another World Except for Me Chapter 15 - Bahasa Indonesia


Chapter 15 - Apakah Itu Mungkin Bagi Manusia?



Setelah sekolah kami berakhir, kami berdua menuju rumah Kamaishi. Dia berjalan memimpin jalan, dan aku mengikutinya.
“Silakan masuk, Kamiya-kun.”
“Baiklah, maaf mengganggu.”
Didesak oleh Kamaishi, aku melepas sepatuku dan berjalan ke ruang tamu. Itu desain yang cukup sederhana namun tampak hidup.
“Baiklah, haruskah kita mulai? Tolong letakkan tasmu di sofa itu dan bawakan aku salah satu paket bahan ke sini.”
Mengikuti perintahnya, aku meletakkan tasku di sofa dan membawa kantong belanjaan ke dapur. Rupanya kami akan membuat kari untuk makan malam Kamaishi.
Sebelum kami tiba di sini, Kamaishi dan aku pergi berbelanja di mana seorang wanita tua penjaga toko menusuk kami dengan mengatakan jika kami bedua sedang pergi berkencan.
Dia juga bertanya apakah kami pasangan yang sudah menikah. Apakah dia tidak melihatnya dari seragam sekolah kami? Bagaimana bisa siswa sekolah menjadi pasangan yang sudah menikah?
“Oke, pertama-tama, kau harus mengupas kulit sayuran.”
Pinta Kamaishi ketika dia mengeluarkan wortel dari tas dan mengupasnya menggunakan sebuah pengupas.
“Kita melakukannya dengan menggerakkan pengupas dengan cara seperti ini dan secara perlahan mengupasnya. Aku biasa melakukannya menggunakan pisau, tetapi untukku yang masih belajar, menggunakan pengupas adalah pilihan terbaik.”
Setelah dia selesai mengucapkan kalimatnya, Kamaishi menghentikan tangannya dan menyerahkan pengupas dan wortel  yang setengah dikupas itu padaku.
“Ini, coba lakukan. Aku akan mengupas sisanya.”
“Baik.”
Aku menerima pengupas dan wortel itu, lalu aku mulai mengupasnya. Yah, setidaknya aku bisa melakukan ini tanpa menggunakan skillku.
Setelah selesai mengupas, belum sempat aku memanggil Kamaishi aku tercengang oleh pemandangan di depan mataku. Dia mengupas kulit sayuran lain menggunakan pisau, namun kecepatan itu sunguh luar biasa.
Hal itu membuat suara gemeresik ketika dia mengupas sayuran, Kamaishi terus mengupas sayuran-sayuran itu seperti sebuah mesin.
Ada apa ini?! Apakah mungkin manusia bisa mengelupas semua ini dengan sempurna? Aku belum pernah melihat ibuku memasak. Aku ingin tahu apakah dia ahli seperti ini juga.
Ketika aku tak sengaja terus menatap penampilan Kamaishi, dia menyadari pandanganku dan menghentikan tangannya.
“Ah, apakah kau sudah selesai, Kamiya-kun?”
“Y-Ya.”
“Ada apa?”
“Um, aku hanya berpikir kalau kemampuanmu luar biasa.”
“Benarkah? Aku pikir itu biasa-biasa saja.”
Ini hal biasa? Jika itu benar, maka mendapatkan skillCookingakan sangat bagus. Tidak, itu bukan karena skillnya tapi itu karena Kamaishi yang luar biasa.
Sebuah skill hanyalah pilihan unggul yang memberikan sejumlah besar kemampuan yang tetap. Karena itulah, kemampuan seseorang yang memiliki skill yang sama akan sangat berbeda tergantung dari usaha yang dilakukannya.
Selain itu, aku tidak yakin kenapa, tetapi skillCookingdan skill serupa tidak memiliki opsi naik level, yang mendukung konsep usaha.
Ngomong-ngomong, ibuku memiliki keterampilan terintegrasi yang disebut House Chore Master. Dan itulah ibuku. (T/N : House Chore Master = Ahli Pekerjaan Rumah Tangga)
“Baiklah, mari kita coba memotong sayuran berikutnya. Aku akan menunjukkan caranya dulu.”
Seperti yang dikatakannya, kali ini Kamaishi memilih kentang untuk dikupas dan mulai memotongnya dengan pisau. Dia bergerak perlahan sambil memberikan penjelasan cara menguapasnya. Setelah selesai dengan satu kentang, dia memberiku pisaunya.
“Sekarang giliranmu, Kamiya-kun.”
Aku mengambil pisau darinya dan mulai mencoba memotong kentang seperti yang dia lakukan sebelumnya. Gerakanku agak canggung, tetapi aku berhasil mengupas satu kentang utuh.
“SkillCookingtelah dipelajari.”
Setelah memotong satu kentang, suara mengema memberitahuku bahwa aku memperoleh sebuah skill. Sudah dipelajari? SkillSuper Growthini sunguh mengagumkan.
“Oke, sekarang ayo coba wortel.”
Kamaishi memberiku wortel. Aku mengambilnya dan mulai memotong dengan kecepatan yang jelas berbeda dari sebelumnya. Ini luar biasa. Tanganku bergerak dengan lancar. Ini berkat kemampuan skillku.
Aku sempat terkejut dengan kecepatanku memotong, aku memotong seluruh wortel menjadi potongan-potongan kecil hanya dalam hitungan beberapa detik. Kamaishi yang melihat hal itu tampak terkejut juga.
“Ini luar biasa, Kamiya-kun!! Kau sudah bisa menggerakkan tanganmu secepat ini!?”
“Yah, ya, hanya saja aku sudah terbiasa dengan itu.”
Kamaishi menjawab dengan helaan nafas kekaguman.
“Seperti biasa, kau benar-benar hebat, Kamiya-kun...”
Hal yang hebat bukanlah aku tetapi skillku. Setelah itu, kami mulai membuat makan malam dengan penuh semangat sampai kelas memasak Kamaishi akhirnya hampir berakhir.
ーーーーーーーーーーーーーーーーー
Setelah kami selesai memasak makan malam, Kamaishi dan aku beristirahat di ruang tamu.
“Ini, Kamiya-kun.”
Aku menerima secangkir teh hitam dari Kamaishi dan menyesapnya. Luar biasa, betapa menenangkan. Setelah menyesap untuk kedua kalinya teh yang disuguhkan padaku, aku mengucapkan terima kasih kepada Kamaishi.
“Terima kasih untuk hari ini, Kamaishi-san. Berkatmu, skill memasakku menjadi lebih baik.”
“Tidak apa-apa. Jangan khawatir, aku melakukannya karena aku menginginkannya. Walaupun aku sedikit terkejut karena perkembanganmu yang begitu cepat sehingga dalam waktu singkat, tadi berubah menjadi memasak biasa.”
Aku tersenyum pahit setelah mendengar kalimat terakhir itu. Tak bisa dipungkiri, itu memang berubah menjadi pesta memasak sederhana daripada sesi belajar memasak.
“Tapi kau luar biasa, Kamiya-kun. Aku tidak pernah berpikir kau bisa melakukannya hanya dalam waktu sehari.”
“Tapi aku masih jauh dari kemampuan memasakmu, Kamaishi-san.”
Jujur ​​saja, sepertinya aku tidak akan segera menyusulnya. Aku bertanya-tanya bagaimana dia bisa sejauh itu?
Kami menghabiskan beberapa saat mengobrol tentang hal-hal yang berbeda, hingga aku mengalihkan pandanganku ke jam yang tergantung di dinding. Saat itu sudah pukul 5 sore. Sepertinya aku akan pulang sedikit terlambat.
“Kalau begitu, aku harus pergi sekarang.”
“Ah, biarkan aku mengantarmu sampai depan.”
Mengatakan itu, Kamaishi mengantarku sampai depan pintu masuk apartemennya.
“Baiklah, sampai jumpa besok.”
“Ya, sampai besok, Kamiya-kun.”
Saat aku akan meletakkan tanganku di kenop pintu, Kamaishi memanggilku untuk berhenti.
“Ah, tunggu, Kamiya-kun. Ada kulit sayuran di bahumu.”
Dia kemudian mendekatiku dan mengambil kulit kecil dari pundakku. Hanya untuk mengambil sepotong kecil kulit sayuran wajahnya semakin dekat hingga mencapai ujung hidungku. Dan pada saat itu...
“Aku pulang!”
Seorang wanita yang tidak kukenal masuk dari pintu di belakang kami.
“Aku tidak punya banyak pekerjaan hari ini jadi aku kembali lebih awal... dari biasanya...”
Belum sempat wanita itu melangakah ke dalam, wajah wanita itu menjadi sangat kaku setelah menyadari aku dan Kamaishi.
“O-Okaasan!?”
Kamaishi tersentak kaget setelah melihat wanita itu. Seperti dugaanku, dia adalah ibunya Kamaishi. Namun, ini bukan situasi terbaik yang bisa ditemukan.
Saat ini, aku membalikkan punggungku ke pintu masuk sementara Kamaishi bersembunyi di hadapanku dengan wajahnya yang hampir tidak terlihat. Aku mengira cukup jelas bahwa siapa pun yang melihat kami dari dekat pintu, hanya akan melihat seorang pria dan seorang wanita dengan wajah mereka yang saling bedekatan satu sama lain.
Ibu Kamaishi tetap terdiam selama beberapa detik, lalu mengumpulkan kembali ketenangannya dan menutup pintu.
“M-Maaf. Sepertinya aku mengganggu waktu kalian.”
“T-Tunggu, Bu!! Jangan salah paham.” (TL/N : Adegan kesalahpahaman ada di sini! :v)
Kamaishi mengejar ibunya dengan kebingungan untuk meluruskan kesalahpahaman yang baru saja terjadi.
Selang beberapa waktu kemudian, Kamaishi menyeret ibunya kembali ke sini dan dengan panik menyelesaikan masalah ini. Ibunya tampaknya telah memahami situasinya, tetapi rupanya ia terlihat senang karena putrinya membawa seorang bocah laki-laki ke rumah, dia berbicara kepadaku dengan cara yang menunjukkan tanda seolah-olah dia memintaku untuk merawat putrinya.
Wajah Kamaishi memerah setelah itu, sementara aku hanya bisa membalas dengan senyuman canggung.
Dan kemudian, Kamaishi berkata dengan wajah memerah.
“Ibuku bertanya banyak hal.”
Saat ini, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menghiburnya.
ーーーーーーーーーーーーーーーーー
Bonus
Suatu hari, karena penasaran aku memutuskan mengintip ibuku saat dia sedang memasak.
“Hmhmhmhm
Dengan bersenandung yang melegakan dada, dia mengambil pisau dan hendak memotong beberapa sayuran.
Shupapapapapa!!!
Dalam sekejap mata, semua sayuran dipotong bersih. Kecepatannya tidak bisa dibandingkan dengan Kamaishi.
“Hm, bagus juga untuk hari ini
Aku tetap menatap kecepatan super ibuku ketika sedang memasak dengan wajah tercengang. Ibuku benar-benar manusia super.
 



1 komentar: