Chapter 19 - Aku Sedang Dipermainkan
Itu adalah pagi hari setelah aku
menemukan kejadian kemunculan para monster. Aku saat ini sedang menuju ke
sekolahku seperti biasa, aku sempat menonton berita pagi dan menyadari kalau
tidak ada berita terkait dengan monster yang muncul. Kelihatannya, para monster
itu tidak muncul di tempat lain.
Dari perubahan peristiwa ini, aku dapat
menyimpulkan kalau mereka hanya muncul di sekitarku. Aku tak bisa membantu,
tetapi merasa ada semacam tanggung jawab untuk memunculkan mereka saat ini.
Tidak masalah berapa kali aku memikirkan kemungkinan lain, aku hanya bisa
menyimpulkan kalau mereka sengaja dikirim kepadaku.
Maksudnya apa? Apakah ada seseorang
yang menyuruhku untuk mengalahkan mereka semua? Tetapi untuk tujuan apa? Apa yang
mereka coba lakukan dengan mengirim monster-monster itu untuk dikalahkan? Apa
mereka mencoba menguji kekuatanku? Apakah ini sebuah jebakan?
Keraguan dan kemungkinan yang tak
terhitung jumlahnya di dalam kepalaku tidak bisa berhenti tumbuh. Namun, untuk
saat ini, aku mengerti kalau mereka hanya muncul di dekatku. Jadi, kelihatannya,
apa yang harus aku lakukan selanjutnya sudah jelas bagiku.
Aku harus membasmi setiap monster yang
bermunculan sampai mereka berhenti muncul. Meskipun, itu akan menjadi tugas
yang merepotkan. Aku tidak punya pilihan lain dalam hal ini. Aku tidak bisa
membiarkan mereka ditemukan oleh orang biasa.
“Selamat pagi, Kamiya-kun.”
“Selamat pagi, Kamaishi-san.”
Seperti biasa, Kamaishi adalah orang
pertama yang menyapaku ketika aku tiba di kelas. Nah, untuk seseorang yang tak
punya banyak teman, bukan yang pertama, itu lebih seperti aku satu-satunya yang
dia sapa.
Sama berlakunya untuk Kamaishi, aku
hanya menyapanya ketika aku memasuki kelas; melihat dia berbicara dengan orang
lain itu akan menjadi sebuah pemandangan yang sangat langka.
Dia mungkin tidak punya teman lain.
Gadis yang malang.
“Apa kau mendengar tentang itu,
Kamiya-kun? Ada yang bilang kalau kemarin terdengar suara teriakan aneh di
sekolah.”
Tanganku berhenti di tengah-tengah
meletakkan tasku. Jangan bilang kalau mereka benar-benar mendengar suara
monster yang menjerit.
Yah, memikirkannya secara logis, jika
seekor monster berteriak di tengah-tengah area perumahan, kemungkinan akan ada
seseorang yang mendengar suaranya.
“Hee... Benarkah?”
“Beberapa orang juga bilang kalau mereka menemukan seekor monster. Aku ingin
tahu apa semua itu benar.”
Jadi bahkan ada beberapa saksi yang
melihatnya.
Ini buruk, akan merepotkan jika
seseorang berhasil mengambil fotonya.
Ku kira mulai sekarang aku harus
memusnahkan mereka segera setelah kemunculannya.
Aku memikirkannya setelah mendengar apa
yang dikatakan Kamaishi.
ーーーーーーーーーーーーーーーーーーーー
Pelajaran dimulai dan seperti biasa aku
tidur, saat tiba-tiba aku mendeteksi sebuah sihir dan langsung berdiri dengan
penuh semangat.
Seekor monster telah muncul.
Semua orang di kelas memiliki ekspresi
bingung di wajah mereka karena melihatku yang tiba-tiba bangun. Ayolah ,
setidaknya cari waktu yang lebih baik untuk kemunculannya.
“K-Kamiya. Apa yang terjadi?”
Bingung oleh gerakanku yang tak
terduga, Sensei itu menanyaiku.
“Sensei, aku merasa tak enak badan,
bisakah aku pergi ke ruang kesehatan?”
“Y-Ya... Pastinya karena sesuatu seperti
itu yang membuatmu terbangun di kelasku. Aku mengerti, kau bisa pergi.”
Itu
terlalu berlebihan.
Tidak peduli berapa banyak aku tidur di
kelasnya, reaksi ini terlalu berlebihan. Aku memiliki keinginan untuk mengeluh,
tetapi ini bukan saatnya untuk berdebat tentang hal sepele seperti itu.
Aku langsung meninggalkan ruang kelas
dan berpindah ke tempat di mana aku mendeteksi monster itu.
ーーーーーーーーーーーーーーーーーーーー
Setelah mengalahkan monster-monster
yang muncul, Kamaishi mengajakku untuk pulang bersama. Saat ini, monster yang
muncul tidak terlalu sulit untuk ditangani karena mereka langsung menghilang
hanya dengan sebuah tendangan.
Namun, secara perlahan monster-monster
itu semakin kuat. Mungkin ada waktu di masa depan ketika aku harus menghadapi
lawan yang kuat.
“Dan setelah itu—”
“Hee, itu bagus—”
Saat Kamaishi dan aku berjalan pulang
sambil mengobrol, cahaya tak terduga muncul di hadapan kami.
Ah,
ini tidak bagus.
“Ah, apa itu?”
“Eh?”
Saat cahaya itu muncul, aku mengalihkan
perhatian Kamaishi dengan mengubah arah pandangan matanya. Memanfaatkan
kesempatan itu, aku menggunakan 【Wind
Magic】 untuk memotong kepala monster itu dan
menjatuhkannya keluar dari jalan kami.
Hampir
saja. Bukankah mereka hanya muncul di tempat dengan sedikit orang?
“Apa? Apa yang terjadi?”
“Tidak, ternyata itu hanya
imajinasiku.”
Aku menjawab Kamaishi dan kami kembali
berjalan. Sekali lagi, cahaya terbentuk di hadapan kami.
“Ah, ada sesuatu yang terbang di sana!”
“Eh? Apa yang terbang?”
Sekali lagi, aku memanfaatkan momen itu
untuk menggunakan【Wind
Magic】 dan menyingkirkan monster itu.
Apa
ini?! Kenapa mereka muncul di tempat yang sama?!
“Ada apa ini? Apa yang terbang?”
“Tidak, rupanya itu hanya imajinasiku
lagi.”
Saat menjawabnya dengan kata-kata itu,
kami terus berjalan. Untuk ketiga kalinya, sebuah cahaya muncul di hadapan
kami.
Kau
pasti becanda?! Jangan lagi?!
“Kamaishi-san!”
“Eh? Eeeh?!”
Menggunakan kekuatanku, aku meraih
kedua pundak Kamaishi dan mengubah secara paksa pandangannya ke wajahku.
Kamaishi tercengang oleh tindakanku yang tiba-tiba dan pipinya memerah setelah
menyadari betapa dekatnya dia dengan wajahku.
Aku mengurus monster itu secara instan
dengan menggunakan 【Wind
Magic】 sembari memastikan untuk terus menatap
Kamaishi tepat di matanya.
Ini terlalu berbahaya. Siapa yang
mengira mereka akan muncul tiga kali berturut-turut?
Tapi, dengan ini, aku bisa menegaskan
satu hal yang tak kumengerti sampai sekarang. Aku sedang dipermainkan
seseorang.
“U-Um, Kamiya-kun. Apa itu? I-Ini
terlalu mendadak.”
Saat aku menyadari kalau wajahku masih
menghadap ke arah Kamaishi, yang pipinya memerah, aku mulai memikirkan alasan
apa yang bisa diterima olehnya.
“Ah... Ada sesuatu di rambutmu.”
Aku bertingkah seolah-olah aku
mengambil sesuatu dari rambutnya lalu membiarkannya pergi. Karena dia mengalami
masa-masa sulit dengan apa yang terjadi, Kamaishi menjaga ekspresi wajahnya
yang memerah.
Aku sekarang punya pemahaman yang lebih
kuat tentang situasi saat ini.
Pertama, ada seseorang yang mengirim
monster-monster itu ke dunia ini. Yang kedua adalah untuk beberapa alasan dia
menargetkanku.
Aku tidak begitu yakin tentang apa yang
dia rencanakan, tapi setidaknya aku tahu apa yang sedang terjadi sekarang.
Setelah aku menemukan pelakunya, aku
akan menghabisinya dengan satu serangan.
Sementara diam-diam menyembunyikan kemarahanku
yang membara dalam diriku, aku pergi menghampiri Kamaishi untuk menyingkirkan
kebingungannya.
« Sebelumnya | List Chapter |
Selanjutnya »
( ͡°Ĺ̯ ͡° )( ͡°Ĺ̯ ͡° )( ͡°Ĺ̯ ͡° )( ͡°Ĺ̯ ͡° )
BalasHapus