Web Suka-Suka Translate Light Novel dan Web Novel

Selasa, 10 Juli 2018

Konjiki no Wordmaster Chapter 152 - Bahasa Indonesia


Chapter 152 - Keputusan Eveam

“Mereka mengamuk?” (Eveam)
“Ya, mereka mengamuk dengan kekuatan yang mengerikan hingga menghancurkan semua yang dilaluinya sampai dia berhenti. Dan lagi, amukannya tak berhenti di situ, bahkan amukan itu terjadi pada semua Val Kiria Series . Menimbang bahwa boneka-boneka itu adalah duplikat dari Raja Iblis yang memiliki kebijaksanaan dan kekuatan yang setara dengan yang aslinya, bayangkan saja setiap keberadaan itu didorong ke arah dorongan untuk menghancurkan. Aku yakin kau pasti mengerti apa yang menyebabkan hal itu, kan?” (Aquinas)
Itu akan sama persis seperti pemandangan dari Neraka.
“K-Kenapa hal seperti itu bisa terjadi?” (Shublarz)
Shublarz bertanya sambil mengalami ketegangan di pipinya.
“Sederhananya, sihir mereka lepas kendali.” (Aquinas)
“Mereka tidak bisa mengendalikan sihirnya?” (Eveam)

“Ya, duplikat dari Raja Iblis tentunya sangat istimewa. Namun, kekuatan Raja Iblis terlalu besar untuk mereka kontrol. Pada awalnya, penahanan itu stabil tapi wadah yang menahan kekuatan Raja Iblis secara bertahap menjerit kesakitan karena mereka tak mampu menahan jumlah kekuatan sihir yang begitu besar. Pada akhirnya, wadahnya hancur.” (Aquinas)
Itu mirip dengan ketika sebuah bendungan runtuh karena kekuatan merusak dari air yang berusaha untuk menahannya.
“Tentu saja, Raja Iblis tidak tinggal diam dan menghancurkannya dengan tangannya sendiri. Bahkan para duplikat, tak punya semua kemampuan dari Raja Iblis. Jadi, para Val Kiria berhasil dikalahkan oleh Raja Iblis. Namun, konsekuensinya juga besar.” (Aquinas)
Akibat pertarungan antara Val Kiria dan Raja Iblis, negara itu hancur. Para penduduknya juga hampir musnah.
“I-Itu yang terjadi.....?” (Eveam)
Eveam memasang ekspresi sedih.
“Setelah itu, Raja Iblis menyembunyikan keberadaan Val Kiria Series. Mereka menjadi keberadaan yang tidak ada di dunia ini. Dan kemudian, dia mengambil waktu sekali lagi untuk mengumpulkan orang-orang sebangsanya dan benar-benar mendirikan sebuah negara dengan tangannya sendiri.” (Aquinas)
“Jadi Raja Iblis menyembunyikan keberadaan mereka sehingga generasi mendatang tidak akan terbebani tentang hal itu?” (Eveam)
“Ya.” (Aquinas)
“Bukankah itu terlalu egois? Dia menciptakan mereka untuk dirinya sendiri, orang-orang terluka karena mereka, selain itu... dia menyembunyikan perbuatannya sendiri...” (Eveam)
Eveam gemetar karena marah. Dia tidak bisa membiarkankan keegiosan Raja Iblis pertama.
“Aku tahu kata-kata Yang Mulia itu terdengar masuk akal. Namun, ada alasan lain dari penyembunyian itu.” (Aquinas)
“L... Lainnya?” (Eveam)
“Dia tidak ingin meninggalkan keberadaan yang berbahaya seperti Val Kiria Series. Ini karena mereka belum sempurna bahkan dengan pengetahuan milik Raja Iblis. Jika Val Kiria tidak sempurna, tragedi seperti sebelumnya akan lahir kembali. Raja Iblis menilai kalau hal itu tidak boleh diteliti hanya karena rasa ingin tahu saja, jadi dia mengubur dalam-dalam bagaimana cara membuat Val Kiria dalam kegelapan.” (Aquinas)
Sudah pasti akan menjadi masalah untuk meninggalkan cara membuat keberadaan yang berbahaya seperti sesuatu yang tidak dapat dikendalikan oleh siapa pun di dunia ini. Karena Raja Iblis tidak dapat menyelesaikannya, dia berpikir bahwa mustahil bagi orang lain untuk menyelesaikannya.
Karena alasan inilah, Raja Iblis pertama tidak meninggalkan cara pembuatannya untuk generasi mendatang, karena takut seseorang menghasilkan Val Kiria yang tak sempurna dan tidak ada yang bisa menghentikannya.
“Muu...” (Eveam)
Tak diketahui apakah Eveam malu karena komentarnya beberapa waktu yang lalu, dia melihat ke bawah.
Walaupun begitu, dia merasakan kenyataan bahwa Raja Iblis yang mendapatkan warga sipil yang terlibat mungkin adalah sesuatu yang harus diingat di dunia dalam beberapa perwujudan atau bentuk.
Raja Iblis tampaknya berpikir bahwa jika hal itu diingat, orang berikutnya dapat membuat kebijakan yang lebih baik dalam menanggapi hal itu.
“Aku mengerti, itu pasti akan menyebabkan ketidaknyamanan jika ditemukan oleh generasi masa depan. Tapi Kiria... ada.” (Eveam)
“Seperti yang dikatakan Yang Mulia. Bahkan aku sendiri terkejut ketika aku mendengar dari Kiria kalau dia adalah Val Kiria. Itu artinya...” (Aquinas)
“Avoros?” (Eveam)
Aquinas mengangguk pada kata-kata Eveam.
“Meskipun aku masih tidak yakin, aku takut kemungkinan dia tahu cara pembuatan...” (Aquinas)
“Walaupun begitu, kenapa kau bisa tahu hal seperti itu?” (Marione)
Itu adalah keraguan utama Marione. Pandangan semua orang beralih ke Aquinas. Mengikuti pandangan mereka, Aquinas yang matanya tertutup, menghembuskan nafas dan perlahan membuka matanya. Lalu, dia menjawab.
“.....Adapun orang-orang itu, tidak semuanya tewas. Ada sejumlah orang yang, tentu saja, berhasil selamat. Aku adalah salah satu orang yang memiliki hubungan dengan mereka.” (Aquinas)
Dengan kata lain, Aquinas mendengar cerita itu dari salah seorang keturunan orang yang berhasil selamat dari kejadian itu.
“Aku mengerti... tapi, untuk berpikir Kiria berasal dari keadaan seperti itu...” (Eveam)
“Tidak heran kau tidak mengetahui hal itu. Bahkan aku sendiri baru-baru ini mendengar ceritanya. Mungkin Cuma aku satu-satunya di negara ini yang tahu tentang hal itu.” (Aquinas)
“Muu, Yang Mulia, situasinya tidak akan berubah meskipun cerita Aquinas benar. Terlepas dari itu, perang di hadapan kita adalah masalah utama sekarang. Bagaimana seharusnya kita memperlakukan para tawanan?” (Marione)
Marione yang menangkap para tawanan, bertanya bagaimana bertindak lepas dari kebuntuan saat ini.
“Ah, terima kasih sudah mengingatkanku. Pertama-tama, aku telah membuat keputusan tentang hal itu.” (Eveam)
Eveam bertukar pandang ke orang-orang di sekitarnya dan menghembuskan nafas besar.
"Kali ini, aku membuat kalian semua menangkap Humas dan Gabranth yang memasuki benua setan. Namun, aku tidak punya niat untuk merampas kehidupan para tawanan itu.” (Eveam)
Keempat orang itu yang tahu cara berpikirnya tidak mengatakan apa-apa. Semua orang tetap diam meskipun Marione memiliki wajah kesal.
“Aku bermaksud untuk membebaskan para tawanan, dan menciptakan bersama mereka sebuah perjanjian non-agresi.” (Eveam)
“Hou, bukan sebuah aliansi...?” (Aquinas)
Dia memelototi Aquinas yang berbicara dengan sindiran tajam.
“Bahkan aku mengerti kalau mustahil untuk membentuk aliansi dalam situasi saat ini. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk memberikan prioritas pada kedamaian Evila saat ini.” (Eveam)
“Tapi Yang Mulia~, apakah anda benar-benar berpikir pihak lain akan menerima usulan seperti itu?” (Shublarz)
"Ayo lihat. Rekan yang mengkhianati kita adalah Humas, dan kebanggaan Gabranth mengalami kerugian dalam pertempuran menakjubkan terakhir. Oleh karena itu...” (Ornoth)
Shublarz dan Ornoth masing-masing berbicara. Lebih dari setengah tahun lalu, Evila bertarung melawan Gabranth sekali. Meskipun perang segera diakhiri dengan Eveam yang menghancurkan jembatan, Eveam dan yang lainnya mengakui kalau mereka telah merusak kebanggaan Gabranth pada waktu itu.
"Mungkin...... itu akan mustahil dengan Humas. Ada kemungkinan besar kalau raja mereka akan mengkhianati kita bahkan jika kita menggunakan tawanan mereka sebagai alasan untuk sebuah aliansi. Setelah semua yang dikatakan dan dilakukannya, dia siap mengorbankan para pahlawan yang seharusnya menjadi kartu andalan mereka.” (Ornoth)
"Hmm~, maka dari itu masih ada kemungkinan untuk bernegosiasi dengan Gabranth-?” (Shublarz)
“Ya, mereka adalah ras yang menghargai ikatan di atas segalanya. Meskipun kemungkinannya sangat rendah, itu masih memungkinkan untuk melakukannya.” (Eveam)
“Aku merasa sepertinya itu akan membuang-buang usaha jika pasangannya adalah Beast King itu, meskipun...” (Marione)
Marione mengucapkan kata-kata itu sementara dia samar-samar menggelengkan kepalanya ke samping menunjukkan sebuah penolakan.
“Tentu saja, orang-orang itu begitu menghargai ikatan diantara sesamanya. Namun, mereka tidak pernah mengakui kekalahan saat bertarung. Mereka akan terus maju untuk memenangkan pertarungan bahkan jika mereka harus mempertaruhkan nyawanya.” (Ornoth)
“Namun, ada rekan mereka saat ini. bukan?” (Marione)
“Tetap saja, mereka tidak akan berhenti. Karena orang-orang itu adalah orang yang berpikiran sederhana yang haus darah.” (Ornoth)
Rasa Haus darah meluap dari Marione. Dia masih menyimpan kebencian terhadap Gabranth, karena istri dan anaknya dibunuh oleh mereka.
“....Meskipun begitu, aku menyarankan itu.” (Eveam)
“Tetap saja, bagaimana anda akan menangani mereka jika mereka tak memiliki niat untuk berhenti?” (Ornoth)
Eveam menutup matanya dan menutup rapat-rapat bibirnya. Semua orang menunggu tanggapannya. Dan kemudian, dia membuka mulutnya.
“Pada saat itu…Kita akan melawan mereka.” (Eveam)
Marione membatu setelah mendengar respon Eveam ketika dia tertangkap basah olehnya. Sebenarnya, bukan hanya Marione. Semua orang kecuali Aquinas terkejut mendengarnya.
Mereka tidak pernah mengharapkan kata-kata “Bertarung” untuk keluar dari mulut Eveam.
“Y-Yang Mulia? Anda mengerti apa yang akan ditimbulkan akibat pertempuran?” (Shublarz)
Shublarz yang tercengang bertanya pada Eveam.
“Ya, jika permintaanku tak diterima, maka satu-satunya pilihan yang tersisa adalah melawan mereka. Kita hanya menunda peperangan tetapi kegelisahan tak akan memudar bahkan ketika kita menghancurkan jembatan.” (Eveam)
“A-Anda ada benar~nya.” (Shublarz)
"Aku dibuat mengerti kalau tak akan ada yang berubah seolah-olah kita mengabaikan mereka dan menunggu pihak lain untuk bergerak.” (Eveam)
Tampaknya dia telah belajar dari kesalahan sebelumnya. Kesalahannya adalah jangan pernah percaya pada seorang rekan secara membabi buta.
“Karena itu, jika permintaan tak diterima, kita akan bertarung. Selain itu, kita akan menguasai mereka dan membiarkan mereka merasakan kekuatan impian kita! Keinginan kita untuk kedamaian sejati!” (Eveam)
“Dengan kekuatan... bukan?” (Marione)
Dia menegaskan pertanyaan Marione dengan anggukan sambil mengatupkan giginya.
“Ya, bagaimanapun juga, aku ingin menahan diri dari membunuh sebanyak mungkin.... itulah sebabnya aku memutuskan untuk mengajukan usul dengan membebaskan para tawanan!” (Eveam)
Setelah mereka mendengar usulnya, orang-orang yang berkumpul di tempat itu kehilangan kata-katanya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar