Web Suka-Suka Translate Light Novel dan Web Novel

Minggu, 17 Maret 2019

Yuusha no Furi mo Raku Janai–Riyuu? Ore ga Kami dakara– Prolog Bahasa Indonesia


Prolog

Sebuah kota besar di Jepang.
Aku, Keika Hiko-no-Mikoto, memandang ke bawah mengamati lokasi pembangunan dari atas sebuah bangunan.
Wafuku(1) biru pekatku berkibar diterpa angin, dan sebuah Tachi(2) di pinggangku bergoyang.
Terlihat semuanya mulai rata. Tampaknya mereka menyesuaikan kembali lahan itu untuk keperluan Olimpiade. Para penggali menggali jalanan, bulldozer memindahkan tanah dan pasir. Dan Go-Shintai(3)–yang di rendahkan dari patung dewa ke batu besar mulai hancur saat dipindahkan.
Haah, aku menghela nafas sembari melihat ke langit. Geta(4)ku mengeluarkan suara ketika aku menurunkan kakiku.
“Setelah 1000 tahun berkerja keras… aku gagal menjadi dewa…”
Aku pernah menjadi dewa yang paling terhormat diantara banyaknya dewa. Namun, saat itu aku terlalu sombong dan menghiraukan umat manusia.
Bagaimanpun juga, itu adalah sebuah kesalahan.
Terutama ketika aku tidak menyebut diriku dalam mimpi Norinaga Motoori saat dia menciptakan kembali Kojiki(5) selama Era Edo.
Mengapa aku harus dekat dengan manusia?
Saat itu aku tak mengerti tentang hal ini. Bahkan ketika Dewa Ametarasu mengunjungi Norinaga Motoori di samping tempat tidurnya. Aku lupa bahwa Kojiki yang asli sudah hilang.
Pada akhirnya namaku menghilang dari Kojiki dan aku menjadi dewa gelandangan. Namun masih ada kuil yang menyembah Go-Shintai milikku. Akan tetapi, selama Shimbutsubunri pada periode Meiji, kuil dewa tanpa nama dirobohkan atas nama Kirishitan. Setelah itu Go-Shintai miliku di letakkan di persimpangan jalan untuk mengumpulkan kepercayaan walaupun cuma sedikit.
-–Tapi.
Seperti yang terlihat. Go-Shintai miliku hancur selama pengerjaan dasar rekonstruksi. Jadi sekarang tak mungkin bagiku untuk menghubungi seseorang lagi.
Ini adalah nasib dewa arogan yang menghiraukan manusia. Sekarang aku tak punya apa-apa lagi.
Aku dengan ringan menggelengkan kepalaku. Tak ada yang bisa kulakukan bahkan jika aku meruntukkan perasaanku. Aku tidak bisa memperbaikinya lagi, tidak peduli betapa aku menyesalinya.
“–Aku akan pulang.”
Aku menggambil labu air di pinggangku dan menuangkan air di sekitarku. Lalu kemudian aku meletakkan kedua tanganku bersamaan dan mulai melantunkan, “O, orang yang menghubungkan surga dan waktu, Heaven Bird Ship God. Mematuhi panggilanku dan membuka jalan! «Spirit World Gate»”
Bwoosh--, sebuah lubang berwarna pelangi terbuka di hadapanku. Aku telah mengumumkan bahwa aku akan menjadi dewa yang disembah oleh banyak orang ketika aku turun dari Takamagahara(6) , namun pada akhirnya aku pulang ke rumah dengan tangan kosong, jadi apa yang harus aku katakan sekarang.
Aku merasa frustasi hanya dengan memikirkannya –Hm?
“Ah, sial! Aku lupa menentukan tujuannya!”
Sudah lama sekali sejak aku menggunakan mantra untuk berpindah dan aku benar-benar lupa tentang itu. Ketika tubuhku mulai terhisap, aku berusaha menahannya dengan berpegangan pada ujung gerbang.
“T-Tunggu dulu! Berhenti! Membeku!”
Hal itu tidak akan berhenti hanya dengan berteriak saja. Sungguh  kekuatan hisapannya sangat luar biasa.
Seperti yang diharapkan dari kekuatan dewa yang masih memliki orang-orang yang percaya padanya.
Aku tak kuat lagi menahannya. Peganganku mulai lepas dan aku mulai terhisap dengan kuat, tubuh dan pandanganku bergetar dan berputar-putar.
Langit biru, awan putih, dan pandangan coklat menjauh seolah-olah semuanya tercampur.
“Uwaaa! Berhenti! Aku ingin kembali, bodoh!!”
Aku mengayunkan tanganku dengan keras untuk melawannya, tapi semuanya tak berdaya menghadapi mantra yang telah dipanggil.
Pada akhirnya aku terhisap dalam dimensi dan tak tahu kemana aku akan pergi.


Note :
1.      Wakufu = Pakaian tradisional Jepang.
2.      Tachi = Pedang panjang Jepang.
3.     Go-ShIntai = Objek Pemujaan/ objek yang juga berfungsi sebagai tempat hunian roh.
4.     Geta = Sandal tradisional Jepang.
5.     Kojiki = Kumpulan mitos tentang asal–usul empat pulau asal Jepang, dan Kami-sama/Dewa.
 6.   Takamagahara = Tempat tinggal para dewa dalam mitologi Jepang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar