Chapter 1 – An Unknow World (Part V & VI)
Jam kedua setelah istirahat tampaknya pelajaran tentang Rangkaian Sihir.
Guru yang berdiri di depan kelas melakukan hal-hal seperti meninjau pelajaran sebelumnya dan membaca materi dengan pelajaran suara lantang.
Akan tetapi, Leticiel melirik sekilas buku pelajaran yang diambil oleh gadis berambut coklat yang duduk di sebelahnya. Meniru dia, Leticiel menempatkan buku pelajaran yang sama di atas mejanya serta buku catatan, meskipun dia ragu dia akan menulis apa di bukunya.
Rangkaian Sihir… Leticiel tahu itu. Itu adalah sesuatu yang digunakan untuk memperkenalkan para pemula pada Magecraft.
Kekuatan dan jangkauan Magecraft ditentukan oleh imajinasi seseorang serta kemampuan pemrosesan informasi dan perhitungan yang mereka miliki. Bagaimanapun juga, meminta seorang pemula untuk merampalkan Magecraft secara langsung hanya akan menghasilkan sebuah kegagalan.
Rangkaian Sihir dikembangkan untuk membangun kedua hal itu. Dengan menggunakan rangkaian sihir berulang kali seseorang akan menjadi terbiasa dengan langkah pemrosesan dan perhitungan Magecraft, begitu mereka sudah terbiasa dengan rangkaian sihir maka rangkaian sihir tidak lagi diperlukan. Bahkan, untuk mencapai tingkat di mana Magecraft dapat digunakan melalui imajinasi saja, akan jauh lebih mudah dan lebih efisien untuk melakukan perhitungan langsung daripada melalui rangkaian.
Karena fakta itu, dasar rangkaian sihir tidak akan berguna bagi Leticiel, yang dikehidupan sebelumnya telah menjadi penyihir terbaik di kerajaan. Terus terang, kelas ini hanya akan menjadi waktu senggang bagi Leticiel.
"... sel, Nona Drossel."
Leticiel, yang baru saja mengingat kembali masa lalunya, ditarik kembali ke kenyataan oleh suara yang memanggil namanya.
"…Sepertinya kau tidak memperhatikan barusan… Apakah kau berencana untuk menjawab pertanyaanku…?"
Guru itu menatap Leticiel dengan wajah jengkel. Setelah beberapa saat menatap kosong pada ekspresi itu, dia menyadari bahwa namanya sendiri telah dipanggil.
"Saya sangat menyesal. Saya tidak mendengar pertanyaannya, bisakah Anda mengulanginya lagi?"
“…B-Baiklah. Tolong timpa rangkaian dasar sihir api di papan tulis ini dengan rangkaian dasar sihir angin.”
Setelah mendengar pertanyaannya, Leticiel melihat rangkaian sihir yang tertulis di papan tulis. Dia membelalakkan matanya karena kaget.
Rangkaian dasar sihir Api telah ditulis di sana. Atau lebih tepatnya, sesuatu yang sangat mirip dengan rangkaian dasar sihir api telah ditulis di sana.
Leticiel mengerti bahwa rangkaian itu berasal dari Fire System. Akan tetapi, perbedaan antara rangkaian dasar yang dia tahu dan yang ada di papan tulis bagaikan surga dan neraka.
Untuk memulainya, rangkaian rumus telah diperluas terlalu jauh. Karena rangkaian dasar adalah dasar dari Magecraft, mereka harus menjaga jumlah yang dikeluarkan seminimal mungkin. Namun, ruang lingkup ukuran ini akan menempatkan beban yang tidak perlu pada bagian pengolahan informasi.
Selain itu, ada terlalu banyak variabel tidak berguna untuk Kontrol Target. Tidak terpikirkan siapa pun akan menggunakan formula dengan variabel-variabel ini sebagai dasar untuk membuat yang lainnya bisa digunakan secara langsung. Variabel-variabel ini akan saling membatalkan satu sama lain dan hasil yang diinginkan tidak akan tercapai.
Bahkan dikehidupan sebelumnya, Leticiel belum pernah melihat rangkaian seburuk ini. Rangkain itu dipenuhi dengan ketidak bergunaan. Konsumsi Mana sangat buruk, dan efisiensi konversinya adalah yang pling buruk.
Sejak awal mustahil untuk menggunakan rangkaian dengan tingkat inefisiensi seperti ini untuk Magecraft, apalagi menimpanya dengan rangkaian sihir angin dasar. Sebenarnya apa yang terjadi pada tingkat Magecraft... tingkat sihir di dunia ini?
Ketika Drossel menatap kosong ke arah papan tulis, gurunya dan semua teman sekelasnya mengira dia terdiam karena dia tidak bisa melakukannya.
Tawa nyaring mulai mengisi ruang kelas, Rocheford dan para pengikutnya ada di antara mereka. Sang Guru menghela nafas sambil menatap Drossel setelah melihat keadaan kelas.
"… Jadi kau tidak mengerti, seperti yang aku duga. Baiklah kalau begitu…"
Kata-katanya terpotong oleh suara keras Leticiel yang menendang kursinya saat dia berdiri.
Leticiel mulai berjalan ke depan kelas. Ruang kelas mulai tenang ketika para siswa menatap Leticiel sambil bertanya-tanya apa yang dilakukannya. Begitu dia tiba di depan kelas, dia menyambar sepotong kapur dari tangan guru dan mulai menulis rangkaian baru di sebelah rangkaian yang ada di papan tulis.
Semua suara tawa menghilang dan dalam sekejap ruang kelas menjadi sunyi. Semua orang di ruangan itu tercengang atas tindakan Drossel yang tak terduga. Mereka bertanya-tanya apa yang sedang terjadi pada dunia saat mereka terdiam menatapnya.
Leticiel sangat marah. Mungkin, jika di ruangan ini ada orang yang tahu tentang rangkaian sihir dari kehidupan sebelumnya, dia pasti akan setuju dengan reaksinya.
Leticiel tidak mungkin disebut penyihir nomor satu Rizenrose tanpa sebuah alasan. Dia adalah seorang Maniac Magecraft yang ingin terus mengembangkan magecraftya. Meskipun dia mengutamakan orang-orang dan keluarganya di luar waktu yang dihabiskannya di medan perang, dia akan meluamgkan sisanya dalam penelitian rangkaian sihir.
Fokusnya adalah mengurangi kerumitan dan beban pada penggunanya tanpa harus mengimbangi kekuatan Magecraft. Sebagai seseorang yang berusaha untuk memangkas kedua faktor untuk rangkaian sihir, dia telah berhasil mencapai tujuan itu.
Ya, dia sudah menemukan batas dari rangkaian sihir sebelum dia meninggal. Leticiel memiliki pengetahuan tentang rangkaian yang paling baik dan efisien.
Dari sudut pandang seorang gadis seperti dia, tidak berlebihan untuk menyebut hal yang tergambar di depan matanya, rangkaian sihir sampah, penghujatan terhadap Magecraft itu sendiri.
Meskipun dia tidak tahu berapa banyak waktu yang telah berlalu sejak kematiannya, Leticiel bertanya-tanya kapan dan bagaimana semuanya menjadi sangat tak sesuai sehingga rangkaian dan teori buruk ini tersebar begitu luas. Dia ingin mencari orang yang menyebarkan ini dan menginterogasinya selama satu jam penuh.
Tawa tak menyenangkan bisa terdengar di dalam kelas.
Untuk beberapa alasan, aura hitam pekat muncul dari sosok gadis yang memegang sepotong kapur di depan kelas. Sosok yang bahkan membuat beberapa siswa menjerit ketakutan adalah sosok yang benar-benar bisa disebut 'Ice Demon'. Bahkan sang guru harus mundur dengan wajah pucat. Sebelum ada yang menyadarinya, badai salju yang tak terlihat mulai berhembus kencang di seluruh kelas; bahkan ada yang pingsan karena ketakutan.
Tak lama kemudian, rangkaian sihir di papan tulis telah selesai. Leticiel dengan sepenuh hati tersenyum pada rangkaian sempurna yang telah digambarnya. Raut wajahnya merupakan perwujudan dari perasaan gembiranya itu sendiri.
Ketika dia meletakkan sepotong kapur, badai salju yang telah menyerang ruang kelas menghilang secara bersamaan.
Di papan tulis ada rangkaian yang lebih sederhana dibandingkan dengan yang digambarkan oleh sang guru.
Setiap bagian yang perlu dihapus telah sepenuhnya dia hilangkan, variabel yang tak berguna telah digantikan oleh yang lebih spesifik, dan beberapa fungsi telah ditambahkan pada bagian yang telah dihilangkan sebelumnya, ini adalah rangkaian sihir yang Leticiel kenal.
Leticiel menatapnya dengan mata terpesona. Sementara minatnya pada orang lain telah lenyap, gairah dan keuletannya untuk Magecraft telah meningkat lebih besar.
“Ini adalah rangkaian dasar sihir api yang benar. Untuk menjawab pertanyaan anda, saya telah menimpanya dengan rangkaian dasar sihir angin. Silakan menggunakannya untuk pelajaran."
Dia berbalik menghadap si guru, dan di wajahnya ada senyuman yang menawan yang bisa dibayangkan siapa pun. Bahkan si guru yang telah dipenuhi dengan ketakutan terkejut melihat senyumanannya.
Jadi bahkan Ice Demon itu bisa membuat senyuman seperti ini, ya. Itu bukan senyumannya yang merendahkan, bukan pula tawa menjijikkan yang menyebalkan seperti sebelumnya. Itu adalah senyum langsung dari hatinya.
Pada saat siswa lain mengedipkan mata mereka, Leticiel sudah kembali ke ekspresi biasanya yang khas. Sementara dia masih memiliki pandangan kosong, dia membungkuk dan kembali ke tempat duduknya.
“…U-uuum! Baru saja, apa…"
Begitu Leticiel duduk, suara malu-malu keluar dari gadis yang duduk di sebelahnya.
Untuk beberapa alasan, warna kulit gadis itu menjadi lebih buruk dibandingkan pagi tadi. Itu tidak lagi putih atau biru, melainkan pucat seperti mayat.
"Apakah kau baik-baik saja? Lebih baik istirahat jika kau tidak enak badan."
"D-dan kaulah yang berbicara…!?"
Meskipun Leticiel khawatir tentang kondisinya, gadis itu mengeluarkan teriakan histeris yang terdengar cukup keras.
Semua teman sekelas di sekitarnya berbalik ke arah Leticiel. Di antara mereka ada yang mengkritik dengan tatapan tajam, sementara yang lain hanya mengintip ke arahnya.
"Um ... Apa aku melakukan sesuatu yang salah?"
"Hah….!? kau benar-benar tidak menyadarinya!?”
"Uh… Apa maksudmu dengan… 'itu'?"
"Apa kau serius!? Apa lagi yang bisa terjadi, jika bukan badai salju yang membuat ruangan ini menjadi seperti ini!?”
"Badai salju…?"
Gadis itu menjelaskan kepada Leticiel secara terperinci apa yang terjadi di ruang kelas sementara dia menghadap papan tulis.
Menurutnya, aura hitam telah naik dari punggung Leticiel saat dia mengeluarkan suara yang sangat tidak menyenangkan. Selain itu, untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, sesuatu yang mirip badai salju tiba-tiba menyerang ruang kelas dan menyebabkan banyak orang pingsan.
Jika yang dikatakan gadis itu benar, maka Leticiel benar-benar telah menyebabkan masalah bagi semua orang. Sementara dia minta maaf, ada juga satu hal yang ingin dia katakan sebelumnya.
"Terima kasih banyak, aku baru mendengar sesuatu yang menarik."
"Sama sekali tidak ada yang baik tentang itu!! Bagaimana kau mendapatkan "sesuatu yang menarik" dari pembicaraan kita tadi!? Hanya mimpi buruk, itu hanya mimpi buruk!!”
“Aku tahu aku telah menyebabkan masalah bagi semua orang. Aku sangat menyesal tentang itu."
"... Kenapa sekarang kau meminta maaf seperti biasa…!"
Gadis itu kemudian bergumam bahwa dia tidak perlu mengeluh atau berbicara lagi dengan mata berkaca-kaca. Leticiel berpikir bahwa dia mungkin mengatakan sesuatu yang membuat gadis itu kesal.
'Sesuatu yang menarik' yang Leticiel sebutkan adalah badai salju tak kasat mata yang telah menyerang ruang kelas.
Magecraft. Seni yang mengumpulkan Mana dari atmosfer dan menggunakan tubuh penggunanya sebagai media untuk mengubah fenomena. Fenomena yang dihasilkan dan ruang lingkupnya dapat disesuaikan dengan kehendak penggunannya. Namun, semakin tinggi kerumitan atau skalanya, semakin tinggi beban yang dirasakan penggunanya.
Badai salju menyeramkankan yang dilihat teman-temana sekelasnya sepertinya adalah hasil dari Mana di kelas yang sesuai dengan kemarahan Leticiel. Kemarahannya telah diproyeksikan ke dalam bentuk fisik dan mengamuk di seluruh ruangan. Meskipun para pengguna seharusnya hanya dapat menggunakan Magecraft secara sadar, mampu menggunakannya secara bawah sadar adalah bukti seberapa kuat kekuatan gangguan fenomenanya.
Selain itu, itu telah menelan seluruh ruang kelas tanpa Leticiel berkeringat. Badai salju dari sebelumnya sama sekali tidak membebani tubuhnya.
(Tubuh ini, mungkin saja sangat cocok dengan Magecraft?)
Menyadari kemungkinan itu, Leticiel tertawa kecil.
Bahkan dengan tubuh sebelumnya, Leticiel tidak bisa menyebabkan fenomena Magecraft muncul tanpa sadar. Tetapi tubuh ini mampu melakukannya. Dengan latihan yang cukup, dia bisa menjadi penyihir yang lebih hebat dibandingkan sebelumnya.
Para siswa yang mengamatinya dengan curiga tidak menyadari bahwa pintu ke tahap selanjutnya telah terbuka di dalam Leticiel.
Secara kebetulan, Leticiel menangkap tatapan Christa. Dia duduk di depan kelas. Wajahnya agak pucat, namun, dia memelototi Leticiel dengan mata yang begitu tajam, seolah-olah dia sedang menatap musuh bebuyutannya.
Walaupun dia telah memakai wajah cantik sejak pagi, penampilannya saat ini adalah Hannya. Karena tidak ada orang lain yang memandangi Christa, tatapan tajam seorang wanita yang menjadi iri karena tidak diperhatikan.
Leticiel mengira kepribadian adik perempuannya sesuai dengan penampilannya, tetapi bahkan jika dia menyadari bahwa itu tidak benar, kenyataan bahwa Leticiel tidak tertarik pada Christa tidak berubah.
Leticiel memutuskan untuk mengabaikan Christa, yang masih menatapnya tajam.
(…Aku harus mengatakan, hanya beberapa jam sejak aku berpindah, tapi aku sudah lelah dengan semua yang terjadi sejauh ini.)
Untuk menjauhkan diri dari ruang kelas yang bising, Leticiel menjatuhkan diri di atas mejanya.
Lingkungan baru, masyarakat baru, akal sehat baru, dunia baru. Pengetahuan dan informasi tak dikenal telah mengalir tanpa henti ke Leticiel seperti air terjun; tidak mengherankan kalau dia akan merasa sangat lelah.
Kelopak mata Leticiel perlahan tertutup saat dia dengan samar menyarankan pada dirinya sendiri bahwa menulis dan mengatur apa yang dia pelajari sejauh ini akan baik untuk menghindarkan dirinya dari kebingungan di masa depan.
* * *
Dia seharusnya tidak memiliki Kekuatan Sihir sama sekali, kan? Bagaimana Drossel berhasil melakukan itu?
Tanpa mempedulikan keributan di ruang kelas atau tatapan teman-teman sekelasnya, Drossel berbaring telungkup di atas mejanya, tidur. Gadis yang duduk di sebelahnya… Mirandalette Lulu Wald menatap sosok tertidurnya dengan bingung.
Sejujurnya, Mirandalette takut pada Drossel dan tidak ingin terlibat dengannya. Tidak hanya Drossel yang tidak memiliki Kekuatan Sihir sama sekali, dia juga pemarah dan sulit bergaul.
Pada hari upacara masuk, dia memukul adiknya sendiri karena marah. Rumor itu segera menyebar ke seluruh akademi dan dia dijauhi saat hari pendaftaran. Karena itu, Drossel adalah seseorang yang Mirandalette tidak ingin terlibat dengannya.
(…Tapi, apakah Drossel… selalu menjadi orang seperti ini…?)
Dari kelas sejarah ke kelas rangkaian sihir dan bahkan sekarang, ruang kelas telah bergumam tentang Drossel, yang sikap dan ucapannya sangat berbeda dengan dirinya yang biasanya.
Karena dia takut dengan rumor itu, dia hanya melihat Drossel dari kejauhan. Namun, wajah yang riang dan lembut di depan mata Mirandalette telah melemparkannya dalam satu kebingungan. Drossel yang duduk di sebelahnya berbeda jauh dari yang pernah dirumorkan.
Sementara Mirandalette sedang kebingungan, keributan di kelas berlanjut.
Untuk beberapa saat si guru terbelalak menatap rangkaian yang digambar di papan tulis, lalu tiba-tiba kembali ke akal sehatnya. Dia segera mengeluarkan memo dari sakunya dan mulai dengan cepat menuliskan sesuatu.
"Semuanya, sisa kelas hari kalian bisa belajar sendiri…!"
Sambil masih memegang buku catatan yang baru saja selesai ditulisnya, si guru membuat pengumuman singkat sebelum berlari keluar meninggalkan kelas.
Terimakasih banyak min
BalasHapus