Web Suka-Suka Translate Light Novel dan Web Novel

Kamis, 28 Juni 2018

My Entire Class Was Summoned to Another World Except for Me Chapter 11 - Bahasa Indonesia


Chapter 11 - Aku Tak Mengharapkan Dia Memelukku

Apa yang harus aku lakukan dalam situasi seperti ini?
Aku sedikit terkejut karena tiba-tiba saja Kamaishi-san memelukku dengan erat sembari masih meneteskan air matanya. Namun, untungnya dia tak melihatku menggunakan sihir teleportasi dan skill menebas leher.
Meskipun begitu, aku merasa situasi ini jauh lebih menyusahkan jika dibandingkan dengan membuka rahasiaku.
Bagaimana aku harus membalasnya?
Jujur, Aku lebih suka jika orang lain tahu kemampuanku daripada melihat diriku dalam situasi seperti ini. Untuk seorang sepertiku yang jarang berkomunikasi dengan orang lain, pastinya berpikir itu akan menyusahkan dan akan kesulitan menanganinya. 
Sekarang? Haruskah aku melakukan sesuatu? Di situasi seperti ini, haruskah aku membalas pelukannya juga? Memeluknya? Haruskah aku memeluknya!? Eee!! Baiklah akan aku lakukan!
Aku membulatkan tekadku dan dengan erat membalas pelukan Kamaishi. Akhirnya, Kamaishi tampak terlihat lebih tenang dan diam-diam membenamkan wajahnya di dadaku. Sepertinya keputusanku melakukannya adalah keputusan yang tepat.
Selanjutnya, apa yang harus aku lakukan? Bicara padanya? Tidak, aku tidak bisa melakukan sesuatu sesulit itu. Ini masih terlalu awal untuk menanyakannya. Mari kita tunggu sebentar lagi.
Untuk beberapa saat aku akhirnya menunggu Kamaishi berhenti menangis. Aku tidak tahan melihat keadaannya saat ini.
Dia baru saja mengalami pengalaman yang menakutkan. Aku berharap tidak meninggalkan sisi Kamaishi.
Sayangnya, hal itu tak terelakkan. Dia baru saja mengalami pengalaman yang mengerikan.
Aku tetap berdiri diam selama beberapa menit sampai akhirnya Kamaishi berhenti menangis mulai melepaskan pelukannya. Namun, entah mengapa wajahnya yang semula dipenuhi air mata, kini berubah memerah cerah.
“Apa kau sudah tenang sekarang?”
“Y-Ya. makasih, Kamiya-kun.”
“Tak apa-apa, tapi wajahmu terlihat memerah, apa kau yakin kau baik-baik saja? Jangan bilang kalau dia melakukan sesuatu padamu?”
“T-Tidak!! Aku baik-baik saja!! Jangan khawatir tentang itu!!”
Untuk beberapa alasan, Kamaishi tampak gugup menjawab pertanyaanku saat aku mengomentari wajahnya yang memerah. Jika dia bersikeras tentang itu, maka aku percaya dia harusnya baik-baik saja. Aku juga tak melihat sesuatu yang aneh dalam statusnya.
“K-Kalau dipikir-pikir lagi, bagaimana kau tahu aku ada di sini?”
Sangat terlihat jelas dia mencoba mengubah topik pembicaraan, tetapi karena hal itu akan sangat merepotkan, aku memutuskan untuk mengikuti langkahnya.
“Aku bergegas ke sini setelah melihatmu dari salah satu jendela, ketika teroris itu menyeretmu ke dalam.”
“B-Begitukah ... Apa kau sudah selesai dengan permintaan itu?”
“Ya, aku sudah mengurusnya.”
“A-Aku mengerti~”
Kamaishi mulai bertingkah aneh ketika percakapan mencapai titik cangung, jadi aku mengajakknya meninggalkan tempat itu.
“Sekarang, ayo kita keluar.”
“Y-Ya. Tentu saja.”
Kamaishi setuju ketika dia meninggalkan gudang depan. Setelah aku memastikan dia pergi, aku mengalihkan pandanganku ke teroris yang terbaring di lantai.
Aku harus melakukan sesuatu tentang orang ini sebelum pergi. Tidak mungkin aku meninggalkannya seperti ini. Sepertinya terlalu aneh baginya karna sendirian di tempat ini.
Ketika aku memutuskan melakukan sesuatu, aku meletakkan tanganku pada tubuh teroris dan menggunakan Teleportation Magic untuk memindahkannya ke ruang kelas di mana yang lainnya roboh.
Pada akhirnya semuanya akan baik-baik saja.
Setelah aku memastikankan bahwa teroris itu sudah diteleport dengan benar ke ruang kelas, aku segera meninggalkan gudang. Aku menelpon lelaki tua itu dan segera setelah itu, semua teroris berhasil diamankan dan para sandera, termasuk kami, dilindungi oleh polisi.
Kasus ditutup!
ーーーーーーーーーーーーーーー
(Kamaishi POV)
Setelah kembali ke rumah, aku masuk ke kamarku tanpa membuat satu pun suara, melempar tasku ke lantai, dan diam-diam jatuh di atas tempat tidurku.
Itu hari yang panjang.
Ketika aku mengingat kejadian yang terjadi hari ini, aku ingat saat ketika aku mendadak memeluk Kamiya dan wajahku menjadi merah menyala.
Aku tidak ingin mengingat ini.
Aku membenamkan wajahku di tempat tidur dan menunggu rasa maluku sedikit mereda, tetapi segera aku mulai mengingat kembali beberapa saat sebelum Kamiya datang menyelamatkanku.
Aku masih bisa mengingat dengan jelas wajah tengkorak, suara, dan paksaan dari teroris yang mencoba menyerangku.
Itu sangat menakutkan...
Hanya dengan memikirkan situasi di mana Kamiya tidak datang untuk menolongku, tanganku tidak bisa berhenti gemetar. Itu sebabnya aku sangat senang ketika dia muncul dan menyelamatkanku saat itu.
Bahkan jika dia hanya kebetulan melihatku, itu tidak mengubah fakta kalau dia telah menyelamatkanku.
Kamiya…
Dadaku berdebar-debar ketika aku memikirkannya. Wajahku memanas setiap kali aku mengingat suara, wajah, dan tindakannya dalam situasi itu.
 Ku kira aku benar-benar... Ya, tidak ada perasaan lain selain yang satu ini.
Setelah menegaskan kembali perasaanku, aku menguatkan tekadku.
“Aku ingin berbicara lebih banyak dengan Kamiya besok.”
Aku ingin membangun hubungan lebih akrab dengannya dengan berbicara lebih sering dengannya.
Dan suatu hari, aku bisa bersama... KYAA!! Apa yang aku katakan!!
Aku berguling-guling di tempat tidurku dalam kepanikan karena aku termakan khayalan liarku. Pada saat ini, aku melupakan sesuatu yang penting, yaitu sekolah kami akan ditutup selama seminggu.
Tentu saja, tidak perlu disebutkan lagi betapa malunya aku, ketika mengingat kenyataan itu.

1 komentar: